Chapter baru!!! Aku lupa memberikan informasi jika season dua dari buku ini di mulai sejak New Problem. Didedikasikan untuk lagu dari Niall Horan dan Louis Tomlinson serta para pembaca. Apresiasi sekecil apapun akan membuat penulis lebih semangat. Ada sedikit adegan dewasa dibagikan ini bagi yang merasa tidak nyaman dan di bawah umur silahkan di skip bagian tersebut.
>>>Bayangan Ventios di imajinasi Author
Sebuah cambuk yang terbuat dari kulit menyentuh tubuh sewarna emas itu. Cambuk hitam itu meninggalkan sebuah bekas berwarna merah dan sedikit mengeluarkan darah. Tidak ada teriakan keluar dari bibir pemuda itu. Bibirnya mengatup rapat meski terlihat dia menahan rasa sakit. Meski tubuhnya sudah penuh dengan luka cambukan, sayatan pisau, memar pukulan, dan sengatan listrik, pemuda bersurai hitam itu tetap diam. Rasa sakit di tubuhnya tidak sepadan dengan hatinya. Rasa kecewa terhadap dirinya sendiri lebih kuat. Kepalanya tertunduk, kedua kaki dan tangannya terikat di dinding dengan kuat.
Kali ini terdengar suara teriakan keras namun bukan dari dirinya. Seorang pemuda yang lebih muda di sebelahnyalah yang berteriak. Hatinya terasa seperti ditusuk ribuan jarum mendengar tiap teriakan dan isak tangis itu. Hatinya semakin hancur ketika melihat darah mengalir kebawah, mempertebal darah kering sebelumnya.
Manik hijau hutan Alex menatap algojo yang mengenakan topeng kulit yang menutupi wajahnya. Algojo itu lebih tinggi dari adiknya yang merupakan orang tertinggi diantara mereka bertujuh. Tubuhnya dipenuhi otot dan urat yang menonjol. Melupakan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Alex berteriak dengan semua udara yang tersisa di paru-parunya, "Kenapa? Kenapa Kalian melakukan ini pada kami?"
Algojo yang hanya mengenakan celana kulit di depannya menatap mereka dengan bengis. Dia berucap dengan nada gelapnya, "Kami hanya ingin tahu di mana saudara Kalian yang lain."
Sebuah lecutan kembali mengenai dada Alex. Panas membakar ditempat itu tadi, diantara rasa sakit itu Alex masih bisa bersuara, "Bukankah sudah kukatakan Kami tidak tahu,"
Alex merasa tidak ada harapan lagi. Dia menyalahkan dirinya yang begitu bodoh. Dia hanya seorang playboy yang suka memainkan hati para wanita, dia hanya berandalan yang suka menghabiskan uang, dia bukanlah Leon pemikir handal diantara mereka, bukan Reon yang penuh dengan ide gila, bukan Gia yang menguasai puluhan seni beladiri, bukan juga saudara kembarnya Arthur yang bijaksana. Dia hanya seorang Alex Conflagant Diavol, pemuda lemah yang penuh kekurangan.
Otak Alex memutar ingatan cepat bagaimana mereka tertangkap. Mereka berdua sedang di dapur ketika sebuah ledakan terdengar. Suara dobrakan pintu kemudian terdengar, orang-orang berbaju hitam membekab mereka dengan kain membuat mereka pingsan.
Bau keringat bercampur darah bercampur di udara yang panas. Baunya memuakkan namun pemuda itu tetap bertahan demi adiknya. Pemuda dengan rambut hitam malam yang acak-acakan itu bukanlah orang yang paling religius, namun dalam hatinya dia berdoa pada siapapun yang bisa menyelamatkan mereka untuk menolong mereka atau paling tidak adiknya. Karena Alex merasa malu tidak bisa melindungi adiknya, harga dirinya sebagai seorang kakak terinjak melihat si adik bungsunya terluka. Sebanyak apapun dia sering menggoda George, Alex tetap menyayangi adik kecilnya itu.
Rasa perih pada kulit Alex terasa menyengat, membuatnya tersadar dari keputusasaannya. Cambukan itu terus dia dapatkan bersama pertanyaan sama yang ditanyakan padanya sejak dia membuka mata hingga lima belas menit berikutnya.
Alex kurang tahu berapa lama mereka disekap di sini. Dia kehilangan perhitungan hari ketika membuka matanya di sel ini. Tidak ada jendela di sel tersebut, hanya sebuah pintu besi yang menjadi jalan keluar masuk dari tempat itu. Cercahan cahaya obor menerangi mereka dari sela-sela pintu besi.
Sejak Alex dan George berada di sel, mereka sudah diberi makan 7 kali. Atau mungkin bahasa yang lebih tepatnya dipaksa menelan roti keras dan sekantung air oleh para algojo tersebut. Kedua pipi mereka ditekan keras dengan sebuah tangan kemudian para algojo itu memasukkan roti keras itu dalam ukuran yang cukup besar hingga Alex dan George hampir tersedak, cara minumpun tidak kalah kasar, mereka menumpahkan gelas berisi minum di atas muka Alex dan George. Keduanya dalam keadaan lemah, kekurangan makanan dan air menyebabkan tubuh mereka perlahan melemah, ditambah jumlah luka yang mereka dapatkan. Hal yang megejutkan karena mereka masih sadar atau paling tidak Alex masih bisa bangun, melihat George sudah pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo Blood
FantasyDarah vampir dan dewa mengalir di tubuh mereka. Mereka kuat sekaligus menawan. Sulit untuk menolak kehadiran mereka. Saat mereka datang feromon yang kuat akan memenuhi indramu. Otakmu akan kehilangan kewarasan. kau akan jatuh terduduk dan memuja mer...