(Season II) Dream? or Real?

360 42 16
                                    

Author note kali ini isinya minta maaf semua berapa bulan author ini tidak update. Maafkan sibuk PKL sama UTS, tapi mayan sih PKLnya ke Bali. Sekali lagi maafkan author ini.

Ini harusnya menjadi tugas yang mudah. Arthur hanya butuh menarik Alex masuk ke alam mimpinya kemudian memperingatkannya sekaligus mengetahui posisi Alex. Kata-kata tidak mudah untuk dibuktikan, itu yang dialami Arthur. Mematerialkan dirinya di dalam mimpi Alex cukup mudah karena mereka terhubung sebagai satu, sayangnya kemunculan yang tidak diharapkan mengganggu rencana awal Arthur. Reaksi Arthur kalah cepat dengan pengganggu tersebut yang menembakkan cahaya berwarna ungu ke arah Alex. Arthur siaga, dia tahu dapat merasakan baik-baik saja, entah mantra apapun yang dilempar pengganggu itu sepertinya hanya memaksa Alex bangun. Manik Arthur meneliti pengganggu tersebut, bukan para anjing yang mengganggu, tidak ada anjing yang memiliki kemampuan untuk masuk ke alam mimpi, kekuatan mereka fokus pada dunia fisik.

"Tidak ingin pangeran Macareus memenggal kepalaku jika matenya melihat wajahku," manik hitam seperti obsidian, rambut pendek yang berantakan, Arthur merasa pria di depannya akan memberinya banyak masalah. Melihat pria itu memakai pakaian lengkap dan jubah hitam, pria berjanggut itu bisa dipastikan penyihir. Namun dengan aura gelap yang ia pancarkan pemilik manik hijau itu daat menyimpulkan jika pengganggu ini bukan pengganggu biasa.

"Sebuah kehormatan bisa bertemu Kalian meski di dalam mimpi Arthur Diavol, cerita tentangmu ternyata salah, Kau lebih indah dari dari apa yang dideskripsikan," pria itu sedikit menundukkan kepalanya sebelum melanjutkan dengan menjaga ketenangannya, "Namaku Cadmus Ambrosius."

Ambrosius? Arthur merasa pernah mendengar nama itu. Bukan ambrosia yang dimaksud Arthur, lebih muda lagi dari cerita tentang ambrosia. Nama itu mengingatkan Arthur pada sesuatu, atau mugkin seseorang, Arthur tidak begitu ingat. Arthur menilai pria bermanik hitam itu, "Ambrosius? Aku merasa namamu tidak terlalu asing."

"Jika keadaannya berbeda mungkin takdir Kita akan berbeda Pangeran!" Untuk sepersekian detik mendung melanda wajah itu, namun dalam kedipan mata Arthur mimik itu berubah menjadi lebih tegas, "Lupakan tentang itu! Aku datang kesini untuk menangkapmu."

Arthur menaikkan kedua alisnya seolah lawan bicaranya sedang mengatakan lelucon yang tidak lucu, telunjuknya mengarah ke dadanya sendiri, "Aku?"

"Mari Kita lihat sejauh mana Aku bisa membuktikan kata-kataku," Cadmus menyatukan kedua telapak tangannya, merapalkan sebuah mantra yang Arthur tahu mantra pemanggilan. Tidak ingin memberi lawannya kesempatan Arthur menerjang ke depan, sambil memanggil kedua pedangnya.

Arthur adalah penyerang jarak dekat sedangkan Cadmus seorang penyihir yang Arthur pastikan adalah penyerang jarak jauh.. Dari tempat dia muncul dan serangannya tadi Arthur mengestimasi jika jarak serangan lawan 100 hingga 200 meter. Meski begitu Arthur sangat yakin jika kemampuan bertarung jarak dekatnya lebih lemah. Kebanyakan para penyihir seperti itu, menguatkan kemampuan sihir mereka dan bergantung padanya hingga lupa tubuh mereka lemah.Berbeda dengan blasteran seperti dirinya, darah vampir dan dewa yang mengalir dalam dirinya memberikan kemampuan fisik melebihi para setengah dewa lainnya sekaligus kemampuan sihir di atas rata-rata, walau elemen sihirnya yang menyimpang dari kedua orang tuanya.

30, 20, 10, Arthur menghunuskan pedangnya bersiap melakukan tebasan horizontal dengan pedang kirinya. tongkat yang dipanggil Cadmus hampir utuh, kesempatannya cukup besar untuk mengakhiri pertarungan ini dengan cepat. Semua akan baik-baik saja sampai Arthur melihat raut mengasihani dari Cadmus. Jebakan, Arthur berteriak dalam hatinya. Sayangnya dengan jarak seperti itu membatalkan serangan sekaligus menjauh adalah hal yang mustahil. Tubuh Arthur dililit kain hitam yag ia ingat merupakan jubah Cadmus, pemilik surai hitam itu memberontak berusaha melepaskan diri namun kalah cepat. Dalam sepersekian detik tubuhnya sudah tertutup kain hitam seperti mumi,hanya menyisakan setengah wajahnya saja. Dalam keadaan seperti itu, Arthur merasa tubuhnya seperti ditarik ulur, terhisap kemudian dimuntahkan, mirip seperti masuk ke dalam pusaran tornado.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang