I Blew The Gorgon Up

5.7K 326 15
                                    

Reon

            Dalam perjalanan ke rumahnya kami bicara banyak hal. Mulai dari tempat-tempat indah di New York, olahraga sampai makanan yang enak. Aku tahu semua itu tidak berhubungan, tapi yang terpenting kami menikmati perbincangan kami di dalam mobil. Walaupun ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku. Nama gadis yang disebelahku ini, sepertinya aku pernah mendengarnya di suatu tempat.

            “Hey apa yang kau pikirkan?” pertanyaan Eurya mengagetkanku. Ternyata tadi aku melamun.

            “Hey kau melamun lagi!”

            “Oh maaf, itu sudah kebiasaanku jika sedang berpikir.”

“Ooh, apa yang sedang kau pikirkan?”. Aduh aku harus jawab gimana. Apa aku harus menjawab dengan jujur. Kalau aku bilang hey aku sedang memikirkan namamu yang terdengar familiar sekaligus aneh untukku. Aku pasti langsung dilempar dari jendela.

“Mmm.” Aku menggaruk kepalaku. “Aku..”.

“Kita sudah sampai!”. Huh aku terselamatkan oleh keadaan.

“Ayo turun” ajak Eurya.

Kami turun dari mobil. Di depan pintu kami sudah disambut oleh dua buah patung anak kecil. Detil patung anak-anak itu sangat mengagumkan. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki sempurna tanpa cacat. Pembuatnya pasti sangat berbakat hingga mencapai detil seperti itu. Hanya satu kekurangan pada patung itu. Ekspresinya, patung yang kanan ekspresinya ketakutan sedangkan yang kiri kaget.

“Patung yang indah.” pujiku masih mengamati kedua patung itu.

“Yah, aku membuatnya bersama kedua saudaraku.”

“Benarkah, kalian pasti sangat berbakat, dari detailnya mata kalian pasti jeli sekali.”

“Terima kasih pujiannya.” dia berkata dengan wajah tersipu.

Setelah perbincangan sesaat itu kami masuk rumah. Jujur aku tidak terlalu tentang gaya rumah tapi yang kutahu rumah ini cukup luas dengan hiasan patung hampir disetiap sudutnya. Menurutku rumah ini sudah seperti tempat pameran patung. Tapi rumah ini memiliki bau aneh emm hewan aku pikir. Aku pernah mencium bau seperti ini di, di kelas biologi. Aku sering mencium bau ini akhir-akhir ini.

“Eurya apa kau memelihara hewan?”

“Ya.”Aku berpikir lagi. Sekarang aku  ingat, ini bau reptil. Pantas saja aku sering mencium bau ini pelajaran biologiku saat ini kan baru membahas reptil.

Aku terus mengikuti Eurya. Kupikir aku akan dibawa ke ruang tamu ternyata aku dibawa ke dapur. Dapur ini menyatu dengan ruang makan.

“Kau duduklah disini aku akan membuat teh untuk kita berdua.” Aku duduk di kursi yang menghadap ke jendela. Pemandangan di luar jendela adalah taman yang penuh patung. Aneh, ekspresi patung-patung itu kalau tidak takut, pasti terkejut.

Otakku berputar. Patung, tiga wanita, reptile. Tiga kata itu terus berputar di otakku. Ditambah satu lagi, Eurya sepertinya nama itu sangat familiar. Deg jantungku berdetak lebih cepat. Patung, tiga wanita, reptile aku ingat sesuatu.

“Emm Eurya apakah Eurya itu nama panggilanmu saja?” tanyaku sedikit ketakutan.

“Iya memang kenapa?”. O o punggungku seperti tersiram air es. Tinggal satu hal yang perlu kupastikan.

“Apakah nama Depanmu yang sebenarnya Euryale?” Sebenarnya aku tidak terlalu percaya mitos tapi melihat wanita kemarin dan peringatan di mimpi semalam sedikit mengubah persepsiku tentang mitos.

Eurya menatapku sebentar. Kemudian memunculkan seringainya dan entah aku berkhayal atau tidak tapi aku melihat lidah bercabang keluar dari mulutnya. “ Bagaimana kau bisa tahu?”. Tuhan lindungi hambamu ini.

Neo BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang