***
Malam harinya, kira-kira pukul tujuh, Karina datang bersama pamannya. Mobil sang paman dihentikan di depan gedung. Dibiarkan tetap di sana sebab mereka perlu mengeluarkan banyak banyak dari mobil. Seorang petugas keamanan membantu membawakan koper-koper itu menaiki tangga, sedang Karina berlari lebih dulu untuk masuk dan membukakan pintu asramanya.
Pintu asramanya ditutup, meski tidak terkunci. Meja resepsionis sekarang sudah gelap, lampu di bagian atasnya tidak lagi dinyalakan. Sedang dari luar, ruang administrasinya masih terlihat terang. Karina mengetuk pintu ruangan itu sekarang, hanya ingin menyapa, jika seseorang ada di sana.
Tidak seberapa lama, seorang gadis keluar dari sana. Bukan gadis yang sama seperti tadi siang, kali ini rambutnya hitam legam, panjang sampai ke punggung. Wanita itu terlihat begitu lembut dengan gaun putihnya yang hanya sebatas lutut. Senyumnya yang menggemaskan terukir begitu mata mereka bertemu.
"Karina Yoo?" gadis itu bertanya, setelah Karina menyapanya. "Tadi Lisa sudah bilang, kau akan datang malam ini. Dia sedang pergi makan malam sekarang, aku yang menggantikannya," katanya, lantas mengenalkan dirinya sebagai Jennie Kim. "Semua yang bekerja di sini namanya Kim, karena itu panggil saja nama depannya. Yang tadi siang menemuimu Lalisa Kim, lalu aku Jennie Kim, dan ada Kim Jisoo, dan ketua asramanya Kim Okvin. Berkenalan lah besok. Kau sudah diberi kunci kamarmu, kan?" tanyanya dan Karina mengangguk. Ia diberi banyak sekali informasi hari ini dan semua terasa menyenangkan baginya.
Karina kemudian mengenalkan pamannya. Sembari berjalan ke lift, akan pergi ke lantai tiga belas, mereka bertukar nomor telepon. Orangtua Karina, meminta Jiyong untuk menjaga putri tugal itu. Meminta Jiyong memperhatikan segala hal yang berhubungan dengan Karina, sampai mencarikan nomor telepon pengurus dan petugas keamanan di asramanya.
"Ini nomor teleponku. Tapi aku tidak tinggal di sini, Lisa dan Jisoo yang tinggal di sini," kata Jennie, setelah ia berikan nomor teleponnya pada Jiyong. "Nomor telepon mereka ada di mading dekat resepsionis. Anda bisa menghubungi mereka kalau perlu sesuatu," susulnya namun Karina sudah lebih dulu mengatakan kalau ia akan mengirim nomor Lalisa Kim nanti, setelah mereka selesai meletakkan barang-barangnya di kamar.
Jennie mengantar sampai ke depan kamar Karina, ia beri paman dan keponakan itu ruang untuk berdua namun tidak benar-benar meninggalkan mereka. Laki-laki dilarang masuk ke dalam asrama itu, kecuali keluarga dengan izin rumit yang harus diurus sebelumnya. Karenanya Jennie tetap tinggal, menunggui Jiyong menyelesaikan urusannya dengan Karina, sembari memberi rasa aman pada penghuni asrama lainnya.
Saat Karina ada di dalam kamarnya, mulai membongkar barang-barangnya bersama sang paman, Jennie menyapa penghuni kamar lainnya. Berbincang di lorong dengan mereka yang sudah lebih dulu tinggal di sana. "Besok kalian mulai kuliah, kalian gugup?" gadis itu bertanya, pada tiga gadis yang sudah berteman, berbincang di lorong setelah gadis-gadis itu mandi.
"Eonni, Lisa eonni berkencan dengan penghuni asrama laki-laki ya?" seorang gadis bertanya, setengah berbisik agar pembicaraan mereka terdengar seperti sebuah gosip serius.
"Siapa? Mana mungkin, semua penghuni asrama laki-laki juga masih semester satu," balas Jennie, ikut berbisik, bermain dengan para mahasiswa baru itu.
"Bukan, bukan mahasiswa, pengurusnya. Pengurus asrama laki-laki itu. Aku melihatnya makan berdua di cafetaria barusan," gosipnya, benar-benar antusias.
"Ahh! Mungkin? Aku tidak tahu," kata Jennie, membuat gadis-gadis yang baru beberapa hari kenal itu semakin penasaran, semakin ingin tahu. Gosip memang seharusnya begitu—membuat penasaran.
Gosip itu belum selesai. Para gadis memaksa Jennie memberitahu mereka apa yang ia ketahui, mendesaknya dengan kekehan-kekehan kecil, dengan tawa-tawa kecil, sampai gadis yang mereka bicarakan muncul dari lift. Lisa datang menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle
FanfictionBagai potongan puzzle yang diciptakan untuk satu sama lain, mereka bertemu. Pertemuan yang tidak mereka duga sebelumnya. Berdampingan, bersebelahan mereka dalam kotak takdir itu. Ia isi kekosongan seorang di sebelahnya, melengkapinya, membuat sebuah...