28

178 40 0
                                    

***

Kaki Jiyong sudah sembuh sekarang, dan pria itu hampir sakit lagi saat dirinya akan menabrak seorang gadis yang tiba-tiba muncul di depan pintunya. Ia baru saja selesai mengajar, baru saja memberi salam pada para mahasiswa di depannya. Di saat semua orang dalam ruang kelas itu masih ada di kursi masing-masing, Jiyong membawa tas berisi laptopnya keluar. Itu tas jinjing, yang hanya Jiyong genggam pegangannya, sembari tangan lainnya mengecek layar handphonenya. Akan mengecek jadwalnya yang selanjutnya sembari menggeser pintu ruang kelasnya.

"Ya!" pria itu terkejut, sebab di saat ia menggeser pintunya, seorang tiba-tiba muncul di depannya. Bukan bergerak menghampirinya, tapi benar-benar berdiri di depan wajahnya, dengan kepala yang hampir berbenturan dengan miliknya.

Sama sekali tidak menduga kedatangan gadis itu, Jiyong menjatuhkan tasnya karena terkejut. Dia bisa saja melukai kaki kirinya lagi, kalau tas itu jatuh di atas kakinya, tapi untungnya, refleks cepat membawa pria itu untuk bergerak mundur, membuat kaki Jennie yang kejatuhan laptopnya. Sekarang Jennie yang berseru, kesakitan karena kakinya tertimpa laptop. Tepat di ujung-ujung jari kakinya yang hanya memakai sepatu hak tinggi dengan bentuk lancip di ujungnya—kitten heel, berwarna hitam.

Jennie tidak pernah berencana mengejutkan Jiyong. Gadis itu baru saja datang ke ruang kelas yang katanya Jiyong isi hari ini. Ia tidak tahu kapan pria itu selesai mengajar, jadi dirinya berencana untuk mengintip di kaca pintunya. Tapi baru saja ia akan mengintip, hanya secepat kedipan matanya, Jiyong tiba-tiba muncul dan membuka pintu itu. Lalu pada kedipan selanjutnya menjatuhkan laptop ke atas jemari kakinya.

Kini, semua mata tertuju pada mereka. Semua mata penasaran pada apa yang terjadi di pintu. Orang-orang ingin tahu siapa yang mengejutkan dosen mereka, lalu saat sosok Jennie muncul di depan mata, mereka jadi semakin penasaran, siapa gadis mempesona itu. Jennie datang dengan pakaian kuliahnya—rok hitam selutut dengan blouse berlengan transparan.

Hanya bagian lengannya saja yang transparan tapi itu cukup untuk membuat mahasiswa yang baru saja Jiyong ajar berseru. Gadis dengan baju transparan memang mudah ditemui, tapi melihat sang dosen bersama seseorang seperti itu bukan sesuatu yang bisa mereka temukan setiap saat. Pemandangan itu langka sekali bagi mereka.

"Apa yang kau lakukan?" heran Jiyong kemudian, cepat-cepat membungkuk untuk mengambil tasnya, lantas menarik Jennie untuk segera bangun, menutupi tubuh gadis itu dengan tubuhnya agar tidak jadi tontonan mahasiswanya.

Pria itu tidak memberikan klarifikasi apapun. Ia biarkan anak-anak di kelasnya penasaran akan hubungan mereka, membiarkan mereka melihatnya memegangi tangan Jennie dan membawanya pergi dari sana.

"Kelasmu harusnya selesai sepuluh menit lagi, kenapa kau sudah keluar? Itu termasuk korupsi, kau tahu?" gerutu Jennie, yang sebenarnya akan merasa sangat senang kalau dosennya keluar kelas lebih awal.

Gadis itu kesulitan berjalan karena nyeri di kakinya, juga karena sepatunya yang tidak cukup mendukung untuk ia pakai bergerak. Tapi Jiyong memeganginya, memastikan ia tidak jatuh tersungkur dengan rok pendeknya sekarang. Baru setelah beberapa langkah menjauhi kelas, keduanya masuk ke dalam lift.

"Kenapa kau datang?" tanya Jiyong, setelah mereka berdua berdiri di dalam lift.

"Dimana ruanganmu?"

"Kita akan ke sana," jawab Jiyong dan Jennie bilang kalau mereka bisa bicara di dalam ruang kerja Jiyong setelah tiba nanti.

Lisa bahkan tidak pernah masuk ke ruang kerja Jiyong, tapi siang ini Jennie yang masuk ke dalam. Gadis itu melepaskan sepatunya, langsung duduk di atas kursi begitu Jiyong menutup pintunya. Cepat-cepat mengusap dan mengecek keadaan jemarinya, yang kuku-kukunya ia warnai merah.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang