25

161 38 2
                                    

***

"Karina ketinggalan kereta jadi aku-"

"Ya, terimakasih sudah mengantarnya," potong Jiyong, sembari mengembalikan kunci mobil yang Lisa bawa. Mobil itu sudah diparkir sempurna sekarang. Tidak menghalangi jalan tapi tetap ada cukup ruang untuk Lisa bisa masuk. "Aku masih ada kelas," susulnya, mengatakan kalau dirinya harus segera naik ke kamarnya sekarang. Jiyong memang tidak pergi ke kampus, tapi ia masih mengisi kelasnya secara daring.

Dengan kemeja serta celana pendeknya, pria itu meninggalkan Lisa. Berjalan naik ke kamarnya, bersamaan dengan kembalinya Karina ke sana. Karina datang untuk mengambil barang-barangnya, sembari mengajak Lisa untuk masuk dan menginap di rumahnya.

"Tidak, aku langsung-"

"Langsung pulang? Jangan! Eonni pasti lelah, istirahat dulu di sini, besok saja pulangnya. Eommaku sudah menyiapkan banyak makanan untukmu," Karina menyelanya, memeluk lengan Lisa lalu memaksanya masuk. "Pamanku memang menyebalkan, tidak apa-apa, dia akan tetap di kamarnya. Tidak akan menggangumu," yakin Karina, tetap memaksa Lisa agar masuk ke dalam rumahnya.

Kedatangannya diterima di sana. Karina juga keluarganya menyambutnya dengan sangat baik. Mereka banyak berbincang di sana, terus mengobrol hanya membicarakan Karina dan masa kecilnya. Sama sekali tidak menyinggung Jiyong yang tetap di kamarnya. Lalu begitu tiba waktunya tidur, Lisa diajak untuk tidur di kamar Karina. Mereka menyiapkan tempat tidur tambahan di sana, sebuah matras angin yang katanya sering dipakai saat teman Karina datang menginap.

Ayah Karina yang menyiapkan tempat tidur itu, lalu istrinya datang mengantarkan bantal dan selimut tambahan. Lisa dilayani dengan sangat baik di sana, diperlakukan dengan sopan, diberi semua yang terbaik dalam rumah itu. Lebih menyenangkan lagi karena tidak satupun menyinggung hubungan canggungnya dengan Jiyong.

Sampai, setelah semuanya masuk ke dalam kamar, Lisa berkata pada Karina, "aku ingin jalan-jalan sebentar," katanya, mengaku kalau dirinya belum bisa tidur sekarang.

"Ya, pergilah eonni," santai Karina, yang masih sibuk dengan handphonenya. Berbaring di atas ranjangnya sembari membaca komik online favoritnya. "Hati-hati, telepon aku kalau tersesat," susulnya sebelum Lisa benar-benar pergi.

"Aku tidak akan pergi sejauh itu, hanya di halaman," tenang Lisa, berhati-hati meninggalkan Karina di kamarnya. Keluar tanpa membuat suara apapun, seolah ia sudah terbiasa menyelinap sebelumnya.

Tiba di halaman, gadis itu langsung menoleh ke atas, melihat rumah atap Kwon Jiyong di ujung tangga. Lampunya masih menyala, tapi sedari tadi Jiyong tidak menunjukkan wajahnya. Pria itu bahkan tidak turun untuk makan malam. Sama sekali tidak menunjukan dirinya pada Lisa, seolah sedang menghindarinya.

"Apa yang sedang aku lakukan sekarang?" heran Lisa, merasa menyedihkan setelah diabaikan sebegitu parahnya.

Ia menyesal karena datang ke sana. Meski berada di sana tidak lah sebara buruk, tapi melihat Jiyong terang-terangan menghindar darinya, membuat harga dirinya semakin terluka. Lisa lantas duduk di kursi taman, di halaman kecil rumah itu. Sembari berkali-kali menghela nafasnya, ia duduk di sana. Terus menyesali tingkahnya sekarang.

"Dia bukan siapa-siapa, kenapa kau mengejarnya sampai ke sini, Lisa? Kau sudah gila? Sadar lah, setelah ini jangan menemuinya lagi," omelnya, pada dirinya sendiri, tanpa bisa di dengar orang lain.

Lama ia duduk sendirian di sana, bahkan saat Jiyong muncul dari kamarnya. Pria itu keluar, berjalan menuruni tangga, sempat bertatapan namun Jiyong memilih untuk lanjut masuk ke dalam rumah. Kira-kira dua puluh menit, Jiyong kembali dari rumah utama. Lisa masih di sana, tetap duduk, tetap menghela nafasnya.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang