43

142 35 3
                                    

***

Dari mobilnya, Kim Jihoon bisa melihat murid kesayangannya masuk ke hotel. Di tempat parkir, ia melihat gadis itu keluar dari mobil si dosen. Lisa berdiri sembari mengikat rambutnya, menunggu Jiyong menyusul setelah mematikan mesin mobilnya. Lepas mengikat rambutnya, Jiyong keluar dan Lisa melepaskan kancing celananya.

"Augh! Aku makan terlalu banyak malam ini," kata Lisa, sembari mengusap-usap perutnya sendiri. Kim Jihoon yang tidak bisa mendengar obrolan itu jelas salah paham. Terlebih ketika Jiyong mendekat lalu ikut mengusap perut yang tertutup kaus itu. Jiyong mengusapnya sebentar lalu menepuknya, tidak seberapa keras tapi cukup untuk membuat Lisa sebal.

"Ya! Nanti aku kentut!" seru gadis itu, sedang Jiyong tertawa sembari melangkah lebih dulu. Masuk ke dalam lift di basement tempat parkir itu.

Lisa mengejarnya, lalu dengan santai merangkul bahu Jiyong. Akan mencekik leher pria itu tapi diurungkan niatnya sebab sudah ada orang lain di dalam lift itu. Lift kemudian berhenti di lobby, mereka keluar dan Jiyong memesan sebuah kamar di sana. Dua orang itu masih tidak menyadarinya, dengan santai keduanya melangkah kembali ke lift, akan pergi ke kamar yang sudah dipesan itu.

"Kita langsung ke kamar? Ayo mampir ke bar dulu," ajak Lisa. "Aku belum menyapa bartender di sini bulan ini," susulnya, si gadis yang jadi pelanggan tetap bar dalam hotel itu.

Jiyong menurutinya. Mereka pergi ke bar, menyesap segelas cocktail, dan masih tidak menyadari kehadiran Kim Jihoon di sana. Masih tidak tahu kalau seseorang memperhatikan mereka dengan wajah merah padam yang penuh emosi. Penuh kemarahan. Rasa cemburu membakar dada Jihoon. Teramat panas kemudian meledak saat dilihatnya Jiyong mencium bibir Lisa.

Ciuman itu hanya sebuah kecupan ringan. Kecupan yang tepat dibibir setelah Jiyong berhasil membuat Lisa kesal—lagi. Kecupan kecil yang akhirnya meluruhkan rasa kesal itu, mengubahnya jadi kupu-kupu yang menggelitik. Melihat senyuman yang teramat cantik itu muncul di wajah Lisa, Kim Jihoon jadi semakin marah.

Lisa harusnya tersenyum padanya. Lisa harusnya mencium bibirnya. Lantas, bak baru saja terhipnotis, Kim Jihoon memecahkan gelas wine di depannya. Seorang pelayan terkejut, kemudian menghampiri Jihoon yang tangannya terluka. Berteriak juga meminta bantuan rekan-rekannya.

"Ada apa itu?" tanya Lisa, menoleh ke arah pelayan yang berisik tadi, tapi tidak sempat mengenali Kim Jihoon di sana. Tubuh Kim Jihoon tertutup tubuh pelayan bar ketika Lisa juga Jiyong menoleh.

"Entahlah, ayo naik saja, sebelum jadi semakin berisik," ajak Jiyong, lebih dulu bangkit lalu membawa Lisa pergi dari sana. Sekali lagi, tanpa mereka tahu kalau Kim Jihoon tengah memperhatikan keduanya.

Tiba di lantai kamar mereka berada, Jiyong berjalan di depan. Sedang Lisa mengekor di belakangnya. Gadis itu sibuk menatap handphonenya, terus menunduk membaca beberapa pesan dari Jisoo juga Jennie. "Karina sudah pulang," kata Lisa, melaporkan informasi yang ia dapatkan pada pria di depannya.

"Ya, dia sudah mengirimiku fotonya di kamar," balas Jiyong, juga sibuk melihat handphonenya sembari melangkah ke pintu kamar. "Tapi Lisa-ya, apa di asrama tidak ada inspeksi atau sesuatu seperti itu?"

"Inspeksi apa?"

"Kenapa kamarnya Karina berantakan sekali? Seperti- ya!"

Mereka tiba di depan kamar. Jiyong baru saja membuka pintu kamar itu, lalu menoleh ke belakang, akan menunjukan foto yang Karina kirim padanya. Tapi saat ia menoleh, Kim Jihoon ada di sana, bergerak dengan sangat cepat lalu menarik Lisa ke dalam dekapannya.

Lisa yang terkejut tidak sempat berteriak. Dalam beberapa detik itu, hanya Kim Jihoon yang mengamuk. Mengatakan kalau Lisa adalah miliknya dan Jiyong tidak berhak mendapatkannya. Jiyong bergerak untuk memisahkan Lisa dari dekap pria mengerikan itu. Menarik bahu Lisa, bersamaan dengan dua pria lain yang tiba-tiba muncul, menahan Jihoon agar tidak lagi mendekati Lisa.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang