01. Dijodohkan

455 20 3
                                    

"Yah, pebisnis itu biasanya jual barang atau jasa. Sejak kapan anak manusia masuk dalam kategori itu?! Juga, kenapa harus Kashi?!"

Kashi, 22 tahun, jarang mandi dan hobi menumpuk tugas laporan, dijodohkan orang tuanya dengan kalangan kelas atas.

"Bukan dijual, itu usaha untuk menyelamatkan nasibmu," jawab Bunda. "Pak Dante itu orangnya oke, kok."

Kashika Wintarani punya pacar meskipun mereka sering ribut dan adu bogem. Dia jelas dihujat golongan kromosom XY--para laki-laki--kalau putus mendadak dan tiba-tiba menikah dengan orang lain karena perjodohan.

"Pak Dante itu CEO dari perusahaan teknologi multinasional. CEO Zeta. Anak perusahaan Stazer Intercorporate yang ada di Swiss itu."

Kashi mengangkat wajahnya yang semula terbenam ke bawah. Menghadap ubin.

"39 tahun not bad, Kashi. Atletis, tinggi, panas. Kesukaanmu."

Kashi terpejam. Tuhan, letih sekali rasanya ketika cewek sengklek sepertinya berhadapan langsung dengan sisi kerasnya dunia. Selama ini, ia hidup di tengah zona nyamannya sendiri.

"Well-mannered, well-educated. Pintar. Pesonanya mahal. Anaknya cuma satu, not a big deal. Dia sudah berpisah lama dengan istrinya."

Sejujurnya, itu legit. Kashi suka uang. Tapi, ia tidak berpikir bahwa itu adalah langkah penebusan yang tepat. "Bunda, tunggu dulu, biar Kashi bicarain ke Ragas dulu. Meskipun Ragas somplak, kekanakan, dan sering nyakitin Kashi, ini sama aja kayak mengkhianati Ragas. Ragas masih pacarku, Nda," jujurnya kala itu. "Kashi ... Kashi pikirin opsi lain dulu."

"Perusahaan kita kolaps dan Ragas tidak bisa membantumu!" Nada bicara ayah mulai naik seoktaf. "Ragas tidak bisa menolong kita semua, tapi Zeta dan Pak Dante bisa. Sekali lagi Diginat tergoncang dan berdiri tanpa sokongan, kita tamat. Ayah mau gantung diri aja kalau sudah begitu. Hutang Diginat tidak pernah bisa ayah tanggung sendiri."

Diginat adalah startup tempat ayah-ibunya menginvestasikan delapan puluh persen aset mereka tanpa pertimbangan matang. Diginat, perusahaan rintisan baru itu sedang bertahan dari badai kebangkrutan.

Kashi juga tau berbagai upaya telah dilakukan ayah dan bundanya. Mulai dari merincikan nominal untuk membayar hutang secara harian, terus berinovasi di tengah badai hebat dengan survei pasar yang lebih matang, memotong anggaran, sampai mengumpulkan para petinggi.

Hasilnya? Pemegang saham minoritas kocar-kacir. Kabur. Meninggalkan ayahnya sebagai pemegang saham mayoritas dan ancaman gulung tikar.

Itulah bahayanya memulai sesuatu tanpa kecukupan ilmu.

Kashi mengela napas. Sejak dua hari yang lalu, ketika ayah-bundanya mengabarkan bahwa aset pribadi mereka akan dijual satu-satu, adik perempuannya menangis terus. Dikelilingi kekayaan membuatnya sesak napas jika harus menghadapi kebangkrutan secara tiba-tiba.

"Kak, kalau aja aku sudah cukup dewasa, aku yang akan menikah dengan Pak Dante," ucap adiknya, Kara, Karadisa Gauri. Sayangnya, ia masih minor. Masih kecil. Anak SMA yang tengil.

Kashi mengela napas lagi pada akhirnya. "Kasih Kashi dua hari untuk berpikir, memutuskan, dan menyelesaikan sesuatu yang harus selesai jika itu memang perlu. Kashi nggak akan membiarkan Diginat runtuh. Kashi ... akan coba memikirkan langkah penyelamatan aset kita tanpa perlu menikah."

~

Tapi sampai sepuluh jam terakhir dari permohonan waktunya untuk berpikir, Kashi tidak bisa menemukan solusi yang tepat.

Gali lubang tutup lubang adalah skema paling masuk akal di tengah kondisi mereka. Tapi, ia baru menyadari masalah barunya beberapa menit yang lalu.

Skema gali lubang tutup lubang tetaplah konsep hutang. Hutang harus dibayar. Sedangkan penghasilan Diginat tidak bisa menutupnya. Mereka tidak punya lini lain, sumber lain.

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang