25. Kalau Aku Mati, Apa Yang Akan Kamu Lakukan?

98 14 0
                                    

"Aku benci pestamu," ucap Kashi begitu Dante membawanya pulang. Padahal, lelaki itu bos. Bos BESAR. Tapi, ia lebih sering membawa mobilnya sendiri. ANEH. "Veronica itu siapa, sih?!"

"Nama panggungmu."

"Aku nggak jual karya! Aku jual ragaku ke kamu! Buat apa punya nama panggung?"

Dante reflek meringis, tak menyangka dengan respon Kashi itu. "Kamu nggak makan apapun," ucap Dante, mengalihkan topik mereka. "Mau makan apa, Sayang?"

Kashi menyipit curiga. Lelaki ini tidak mencoba untuk meracuninya, kan? "Mau muffin yang seenak tadi. Aku sempat makan muffinnya."

"Oke." Cuma itu tanggapan Dante. Perubahan lelaki itu mengambang antara surealis dan nyata. Perhatiannya tidak benar-benar ada.

"Anakmu juga mau makan yang lain."

Dante sempat terdiam sejenak. Lalu, ia bertanya, "Makan apa?"

"Uang."

"Akan kutransfer ke rekeningmu."

Seenteng itu?

Lalu, Kashi menumpukan kepalanya ke jendela. Ia pejam cukup lama dalam posisi itu. Namun, beberapa saat kemudian, suasana mencekam seolah mencekiknya ketika ia membuka mata.

Mobil Dante dikejar. Kashi bisa melihat para pengejarnya.

Wanita itu reflek menatap lelakinya. "Kamu ... melakukan dosa apa?"

"Menunduklah!"

"KAMU MELAKUKAN DOSA APA?!"

"MENUNDUK, SIALAN!" Dante menginjak gas mobilnya sampai mereka melesak dengan kecepatan yang gila.

"ALAND!" seru Dante begitu telepon daruratnya terangkat. "Mereka datang ...."

~

Hosea dan Rhea saling bertatapan. Pelipis Rhea dialiri keringat dingin. Kelu, keki. Apa yang harus ia lakukan dengan telepon yang disebut Hosea sudah tersambung dengan ibunya?

Ibunya ... Fiona Samantha.

"H-halo, Tante. I-ni Rhea."

Hening. Tak ada sahutan di seberang.

"Ta-tante?"

"Aku dengar."

Kashi, aku mendengar suaranya. Aku mendengar suara Fiona Samantha.

"Hai. Hosea banyak cerita soalmu."

"H-Hai, Tante." Rhea sempat melirik Hosea yang sedang memeluknya. "Salam kenal."

"Ya. Hosea ada di sana?"

"What's up, Mum?" tanya lelaki yang langsung merebut ponselnya di tangan Rhea itu.

"Pulang."

"Tidak mau," sambar Hosea dengan nada manja.

Kala itu, Rhea sengaja mengamati Hosea secara lekat-lekat. Ia baru menyadari, Ragas begitu mirip dengan Hosea. Maksud Rhea, dari segi pembawaan, cara berpakaian, sampai cara mereka bicara dengan orang luar--selain dirinya.

"Mama bisa bicara dengan Rhea saja?"

"Tidak bisa."

Rhea melotot. Sejak tadi, Hosea bicara seenaknya. "Hose ...." Ia menarik-narik ujung baju lelakinya. "Nggak boleh begitu."

Hosea sempat menampilkan ekspresi merajuk. Seperti bocah .... Namun, akhirnya, ia menyerahkan ponsel itu juga. "Dua menit, ya."

Lalu, sosoknya menghilang, Mungkin, ia turun ke kafe rumahan yang dirintis Rhea dengan uang Hosea. Lelaki itu suka lemonade buatan karyawannya.

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang