54. Menuju Balas Dendam Terpahit

71 9 0
                                    

Kashi takut gelap.

Kashi ... takut dengan intimidasi, dalam bentuk apapun.

"Tolong." Matanya tertutup rapat, penciumannya terasa pengar.

Kashi terus mengelus perutnya. Sudah tak terkira lagi seberapa tremor tubuhnya kala itu.

"Maaf, ya." Lantas, tanpa siapapun duga, penutup matanya dibuka. Ia sempat teler karena senyawa kloroform yang membuatnya tidak banyak melakukan perlawanan.

Bibirnya meracaukan nama Dante ribuan kali. Lantas, ia coba untuk mengerjap. Cahaya kuning menyerang retinanya seketika itu juga.

Yang ada di hadapannya kala itu adalah pria asing, tapi ia tidak berusaha menunjukkan kesuperioritasannya dengan mengintimidasi Kashi.

Ia justru sempat memastikan apakah Kashi aman di sana. Ia juga membagi segelas air padanya.

Mereka saling bertatapan. Lantas, mata Kashi mengedar pada ukiran bebungaan di dinding yang dilapisi warna emas, bunga rosewood.

"Hai, aku tidak berniat untuk membunuhmu." Lelaki di depan Kashi itu bertutur lembut. Namun, tetap saja, Kashi merasakan kengerian nyata di depannya. "Aku belum bisa melepaskan ikatanmu, maaf."

"Siapa?" tanya Kashi, lemah. Masih dalam tundukannya. "Kamu siapa?"

"Kaiden Rosewood, Kai," Ia menyebutkan namanya tanpa ragu.

"Kenapa?" tanya Kashi lagi. "Butuh apa dariku ...?" Kashi tidak mengerti. Apakah mereka tidak mengendus bahwa pernikahannya dengan Dante diawali settingan semata?

Menculiknya tidak akan membuat Dante mengalami duka mendalam. Mungkin. Setidaknya, itu yang dipikirkan Kashi soal Dante. Padahal, kenyataannya lain.

"Aku tidak membawamu ke sini atas suruhan Rosewood." Lebih lanjut, itu kesepakatannya dengan Jaden secara pribadi. Setidaknya, ia tidak boleh membuat Kashi takut dulu. Jaden punya rencana yang sudah disepakatinya dengan Mars juga.

Lalu, entah di menit keberapa tepatnya, pintu dari ruang penyekapan Kashi yang punya satu cahaya terpusat dan terasa begitu dingin itu dijeblak. Seseorang muncul.

Jaerden Kiev Hezekiah Rosewood, dengan satu remaja seusia adik Kashi, Marshalean Rosewood.

"Kakak--" Kashi sudah tak mampu berkomentar lagi. Ia menatap Jaden dengan tatapan nanar. "Kakak yang memegang pisaunya?"

Maksud Kashi, ia bertanya apakah Jaden yang selama ini berniat jahat padahal ia selalu tampak baik.

Jaden diam. Lalu, ia berlutut di kaki Kashi dan melepaskan ikatan di tangannya dalam hening.

"MAKSUDMU APA?!" Tangan Kashi maju untuk mencekik Jaden, tak ada formalitas atau sopan-santun lagi di antara mereka.

Jaden balas mencengkram tangan Kashi untuk melepaskan diri. "Setidaknya, dengarkan aku dulu. Aku bermaksud baik padamu. Aku ingin menyelamatkanmu dari Dante."

Tapi Kashi merasa bahwa baik Dante maupun Jaden, tidak ada yang bisa ia percaya seratus persen. Kashi belum tau siapa yang benar, siapa yang salah.

"Kalau kamu berjanji untuk bersikap kooperatif denganku, aku akan menceritakan padamu tentang semua masa lalu Dante. Tanpa terkecuali."

~

Sialnya, yang melampirkan bukti lebih dulu adalah Jaden, alih-alih Dante. Alhasil, keyakinan Kashi pada mereka berdua mulai timpang, berat ke Jaden.

Entah bukti yang dimanipulasi atau bukan, tapi Jaden memang berniat mengajukan argumennya secara presisi dan terencana di depan Kashi.

Argumen yang menegaskan Kashi untuk lari.

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang