43. Luka Terdalam Hosea dan Dante

87 14 0
                                    

Sekali lagi, Rhea meremas ujung dress-nya. Fiona memintanya ganti baju karena bajunya basah diguyur hujan, dan sialnya koleksi Fiona itu tidak ada yang sopan. Baju ini ... begitu mengekspos tubuhnya.

Mereka berjalan berdua di sepanjang lorong. Beriringan. Rumah ini mengerikan, begitu sepi. Rumah seartistik dan seluas itu ... benar-benar tidak terasa hidup.

Beberapa kali, Fiona menawarkan minuman hangat padanya. Namun, Rhea menolak. Ia bilang, ia hanya ingin mengunjungi Hosea dan tau kabar cowok itu.

"Kamu tau kalau dia sakit jiwa, kan?"

Rhea benar-benar tidak memprediksikan pertanyaan itu. Ia menoleh, agak syok. "Maaf, Tante?"

"Dia sedang sakit, habis meledak," katanya dengan nada santai. Berkebalikan dengan Rhea yang membeliak lebar. "Kutinggalkan, ya. Hati-hati. Hosea agak galak ketika lepas kendali."

A-apa-apaan ini? Wanita itu ... ibunya atau apa?

Lantas, Rhea mengalihkan tatapan pada ruangan di hadapannya. Ruangan yang pintunya bertuliskan, jangan dibuka paksa atau gue tembak pakai AK-47.

Tapi, Rhea benar-benar tidak punya pilihan lain selain membukanya secara paksa.

Yang pertama kali menyambut Rhea adalah pemandangan dari kamar Hosea. Gelap, dingin. Suhu AC-nya begitu rendah. Nuansanya hitam, dongker, silver. Menakutkan.

Emblem dan poster-poster band rock alternatif tertempel tak rapi di dinding. Beberapa sarang laba-laba melintang, mengindikasikan ruangan itu tidak pernah dibersihkan.

Lalu, seseorang yang tergeletak di atas kasur itu ... Hosea ... ia pejam di sana.

"Se! Hose!" Rhea mengguncang bahunya beberapa kali. "Hosea!"

Hosea, yang biasanya begitu peka dengan suara dan gerakan lawan bicaranya, kini hanya bisa mengerjap lemah. Matanya menatap Rhea dengan tatapan yang ... kosong. Ia berada di bawah efek obat-obatan.

"Shit." Rhea menunduk, memungut strip mencurigakan yang sudah kosong dan beberapa tub kaca tanpa label. Ia tau apa itu. Itu ... sesuatu yang membuatnya menghindari tes bebas narkotika karena Hosea pernah mencekokinya sekali ketika cemburu buta.

"Se, nggak gini, Se." Setelah tau mengenai asal-usul Hosea dan luka menganga dalam hidup cowok itu, Rhea tidak bisa memandangnya sama.

"Ngapain?" Hosea bertanya, meracau. "Ngapain, Rhe?"

Lelaki itu masih mengenalinya.

"Ke sini sama siapa? Naik apa? Ku-da? Kuda apa?" Racauannya makin lirih, nyaris tidak terdengar. Hosea kesakitan.

Rhea membeliak ketika ia menemukan luka sayat di lengan cowok itu. Lantas, ia terduduk, beralaskan dinginnya ubin kamar Hosea. Ia menggeleng, menangis.

Kenapa kamu harus menyakitiku dengan begitu dalam? Seandainya kamu datang padaku dengan penuh cinta, tanpa membuatku terluka, aku pasti memelukmu. Menenangkanmu. Menyelamatkanmu.

"Rhe, sakit."

Tuhan, aku harus apa?

"Rhe--"

"Diem, Bajingan." Fiona itu ibu macam apa?!

Tatapan Rhea mengedar ke seluruh penjuru ruangan, tapi ia tidak menemukan P3K. Lalu, ia keluar. Mencari-cari Fiona yang sepertinya sibuk dengan sesuatu.

"T-Tante." Ia mencicit, bingung.

Fiona agak terjingkat manakala ia menemukan Rhea yang bercucuran air mata di belakangnya. "Kenapa?" tanyanya. "Dipukul Hosea?"

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang