05. Pertemuan Pertama Secara Empat Mata

123 16 0
                                    

"Sudah membaca isi kontraknya?" Jika pertanyaan sebelumnya tak mampu dijawab Kashi, kali ini Dante memaksanya untuk menjawab.

Kashi sendiri masih terlampau syok dengan serangan demi serangan yang dilontarkan Dante padanya. "Maaf, Pak?" Otaknya terlalu blank, apalagi setelah ia dihadapkan dengan pertanyaan berapa lama ia berpacaran dengan Ragas.

Dante ... tau semua itu?

Amadeo Andante tertawa renyah, tapi menyimpan nada sengit. "Calon istri CEO harus bisa menjawab pertanyaan sebelum diulang dua kali."

"Kenapa bapak setuju dengan perjodohan ini?" Kashi langsung menembak akurat, menyingkirkan ego dan rasa takutnya. "Kalau bapak tau saya dan Ragas--"

"Pertama, aku bukan bapakmu." Sambil membawa Range Rovernya, Dante tak mengendurkan auranya yang dominan. Kuat. Mencekik siapa saja. "Kedua, kalau kamu sudah membaca isi kontraknya--"

"Saya menandatanganinya di bawah ancaman, Pak Dante." Kashi mengatakannya dengan tatapan kosong. Ia tidak membaca detail kontraknya. "Semerugikan apapun isi kontraknya untuk saya, saya harus melakukannya."

Dante menginjak rem mobilnya secara mendadak sampai membuat tubuh Kashi terdorong ke depan. Ia kontan menatap wanita muda di sampingnya. Wanita muda yang lebih mirip bocah dari perspektifnya. "Jangan memotong ucapanku," tekannya dalam nada yang membunuh.

Kashi meremas ujung kemejanya. Ia resah, merasa tidak nyaman karena tatapan intimidasi Dante. "Maaf." Cuma itu yang ia katakan.

Dante belum mengucapkan apa-apa. Ia mengeluarkan secarik kertas yang ia letakkan di pangkuan Kashi tanpa menengok padanya sama sekali. "Baca yang keras."

Kashi menatapnya dan kertas itu secara bergantian dengan tatapan tidak percaya. Ia dijemput untuk adu mekanik seperti ini? Tiran. Tiran brengsek.

"Baca. Jangan membuatku mengulang perintah berkali-kali. Kamu terlihat bodoh kalau selalu terlambat meresponku."

Ego Kashi semacam tersikut. Ia membacanya secara terbata-bata. Jantungnya berdegup kencang, seperti lompat dari tempatnya. "Kon-trak per-ni-kahan."

"Baca yang benar. Kamu mempresentasikan tugas kuliahmu dengan suara kambing begini? IPK-mu berapa?"

"Kontrak pernikahan." Kashi berdehem sekali sebelum ia mengela napas panjang. Sial, ia benar-benar harus melakukan ini? DI DEPAN DANTE?! "Pertama, Zeta bertanggung jawab untuk semua langkah penyelamatan Diginat terhitung semenjak kontrak ditandatangani."

Kashi sudah tau tentang itu.

"Kedua, pihak pertama adalah pemegang semua kuasa, ruang gerak, transaksi, dan keseharian pihak ... kedua?"

Baru sampai pada baris kedua yang luput dari matanya malam itu, Kashi sukses dibuat sesak napas. Ia tidak tau bahwa ia akan dieksploitasi sampai sedalam ini. Pihak pertama adalah Dante, pihak kedua adalah Kashi.

Kashi bukannya sengaja melewati tiap poin yang tertulis di malam itu, tapi ayah sudah melihatnya baik-baik, secara saksama, dan Kashi mempercayakan semuanya pada ayah berhubung ia ada dalam tekanan di malam itu.

"Pak," nada bicara Kashi terdengar makin rendah, "Sebenarnya, Anda butuh apa dari saya?"

"Lanjutkan dulu isi kontraknya."

Kertas itu sudah nyaris lecek di tangan Kashi karena ia remas kuat-kuat di kedua ujungnya. "Ketiga, pihak kedua tidak berhak mencampuri urusan dan kepentingan pihak pertama."

Oke, yang ini masih masuk akal karena Dante tampak begitu narsis dengan mengglorifikasi dirinya sendiri di dalam kontrak itu, tapi poin keempatnya ....

"Keempat, segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan dan kegiatan seksual sepenuhnya ada dalam kontrol pihak per--BAJINGAN! AKU MASIH DUA PULUH DUA--"

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang