23. Bergerak Secara Brutal

104 16 0
                                    

"Mau cium."

Dante yang kala itu baru pulang dari kantor, kontan menghentikan gerakan tangannya yang cekatan membuka kancing kemeja. Dasinya yang menggantung longgar itu dipegang oleh Kashi yang menatapnya dengan tatapan seduktif.

Kashi, wanita muda yang baru selesai dari kelas etiketnya itu, mengulas senyum tipis begitu Dante memastikan pendengarannya bekerja dengan benar.

Wanitanya bilang ... cium? Ada berapa banyak makna cium di muka bumi? Yang ia maksud itu penyatuan dua bibir, kan?

"Karena ini aku tidak menyarankanmu untuk menyetir sendiri," ucap Dante dengan tatapan datar. Bukannya ia tidak mau, ia bisa membedakan mana akal bulus dan niat hati. "Separah apa kepalamu terbentur?"

Kashi ingin tertawa, tapi tawanya tak sampai mengudara karena ia sedang berada dalam misi. "Ibu hamil itu manja tau, Sayangku."

"Aku juga tau, tapi seingatku cuma manja. Nggak gila."

Bajingan ini.

Namun, Kashi tetap berjinjit. Berusaha menggapai bibir lelakinya dengan tinggi badan yang terpaut cukup jauh.

Dante tersenyum iblis. Kurcacinya ini mau apa sebenarnya?

Lantas, ia menepikan tubuh Kashi ke sampai kepalanya menyentuh tembok. Dante menunduk. Sementara dagu Kashi ia cengkram secara presisi. "Hei, Amatir, lihatlah cara mencium yang benar. Amati dan rekam baik-baik."

Detik berikutnya begitu membunuh gerak Kashi. Dante, lelaki brengseknya itu, menyerangnya tanpa jeda. Ciumannya menuntut, basah, dan dijejali kabut gairah.

Tak sampai di sana saja, tangan nakal Dante itu menyasar ke dadanya. Lelaki gila.

"Hhh." Kashi sampai terdorong begitu Dante melepaskannya. Ia reflek menjauh. Menganggapnya ancaman. Ancaman BESAR.

"Yang begitu mau mengancamku? Belajarlah bagaimana cara mencium yang--"

Kashi tak membiarkan kalimat Dante menyentuh titik. Ia menarik dasi lelaki itu untuk menyamakan tinggi mereka. Dengan gerakan seksi, ia berusaha menjadi point interest yang seduktif bagi Dante.

"I will fucking kiss you," Kashi menjaga jarak mereka agar selalu sedekat nadi, "deeply."

~

Hosea begitu menggilai Rhea. Untuk suatu alasan.

Rhea ... adalah gadis sebatang kara. Dan Hosea sudah terobsesi padanya sejak SMA. Tak terkira lagi seberapa banyak air mata yang ditumpahkan Rhea hanya karena lelaki itu.

Namun, Rhea tak bisa kabur darinya begitu saja, meskipun ia ingin. Rhea butuh persiapan.

Karena itu, sekarang, ia justru rela berdarah-darah agar Hosea bisa menaruh kepercayaan padanya. Ruko ini juga atas pemberian Hosea. Semuanya ... segala-galanya yang ia punya ... adalah kemurahan hati Hosea.

Ia meminta ruko untuk mengembangkan usaha. Modal awalnya selalu datang dari uluran tangan Hosea yang busuk--yang entah dari lini mana datangnya. Selama ini, Hosea benar-benar berkutat dengan hal yang melanggar hukum.

Lantas, Rhea menangkap kesempatan itu dengan mencari uang sebanyak-banyaknya lewat kafe yang ia kelola.

Menyerang dan diserang. Hosea mendapat jiwanya, ia mendapat semua materi yang ia butuhkan atas obat segala rasa sakitnya.

"Hari ini, kenapa kamu ingin melakukannya tanpa kuminta?"

Hosea masih setengah telanjang. Sebatang rokok menyembul dari bibirnya. Cigarettes after sex, katanya. Sementara Rhea kembali terkapar tak berdaya. Lukanya belum sembuh, dan ia sengaja memperparahnya untuk suatu celah.

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang