62. Dalam Keadaan Apapun, Hidup Atau Mati

65 11 0
                                    

Kalau perlu, bunuh. Bunuh orang yang membantu pelarian Kashi.

Kalimat Aubrey itu terngiang di benak Aland, tapi membuat Aland bimbang di satu waktu karena ia begitu mencintai Raea. Antara cinta dan loyalitas.

Pisau itu ia belokkan sebagai awal mula proses introgasinya.

"Aku tau kalau orang yang membantu Bu Kashi untuk kabur adalah internal. Di hari yang sama, Cassarhea, rekannya, juga menghilang tanpa jejak apa-apa. Lalu, ketika aku menyelidiki semua orang yang dipekerjakan oleh Haven, hanya datamu yang berisi informasi palsu."

Astraea jelas terjebak, tapi bukan berarti ia tidak mengira jika hal ini mungkin terjadi.

"Cassarhea ... adalah adik kandungmu."

Butuh belasan jam untuk Aland mengungkap jati diri Astraea, dan itu tidak mudah karena informasinya terkesan ditutupi. Membutuhkan banyak uang juga. Semua itu ia lakukan dengan dana pribadi, bukan dana operasional Haven.

Aland masih merahasiakan ini dari siapapun.

Dulu, ia sudah sempat curiga dengan Raea karena Raea tidak meninggalkan jejak apa-apa soal keluarganya.

"Bunuh saja, kalau kamu bisa," tantang Raea tidak tanggung-tanggung, ia mengulas senyum tipis. Tau jika Aland tidak akan bisa melakukannya.

Raea menggeser pisau Aland tepat di atas jantungnya.

"Introgasi saja, kalau memang bisa. Aku tidak akan mengatakan apapun padamu soal keberadaan mereka meskipun aku tau."

Aland menggemerutukkan giginya. Rahangnya mengeras. Menahan marah, tapi tak bisa melakukan apa-apa.

Seperti apa yang diprediksikan oleh Astraea.

"Kenapa kamu melakukannya, Raea?"

"Kenapa kamu mau aku membiarkan mereka menderita?" tanya Raea balik. "Aku tau, kamu juga kasihan pada Kashi."

"Caranya tidak seperti ini, Raea." Aland yang paling tau luka Dante, ia juga pernah menyelidiki Hosea, dan memisahkan mereka dengan wanitanya bukanlah ide yang baik.

"Kamu memanusiakan Pak Dante tapi tidak memanusiakan Kashi, bagaimana bisa?" tanyanya, masih dengan nada menantang.

"Jangan ... main-main denganku. Siapa kamu sebenarnya? Sejak kapan kamu berkhianat seperti ini?"

"I'm not, Aland. Aku tidak melakukan pengkhianatan. Aku memata-matai Fiona dan Hosea seperti apa yang Bu Aubrey mau."

"Tapi kamu--"

"Dan meskipun aku bekerja untuk kalian, aku masih seorang kakak dan seorang wanita. Rhea adalah adikku, senang bisa melihatmu berhasil mengungkapkannya. Sedangkan aku dan Kashi sama-sama wanita, sama-sama tau pentingnya mengakhiri rasa sakit dengan tangan kami sendiri."

Aland mendengkus. Matanya yang memerah kini menatap tajam Raea. Ia turunkan pisaunya, tapi tidak mengendurkan tatapan introgatifnya sama sekali.

"Aku tidak paham dengan pola pikirmu."

"Kukembalikan kalimat itu padamu, aku tidak paham dengan pola pikirmu."

"Jangan membuatku menyakitimu untuk ini."

Raea tertawa, menggeleng. Ia diam saja, merasa tidak perlu menjawab semua serbuan Aland. Sebab kalimat terakhir itu, ia juga tidak tau harus menjawabnya dengan apa.

Yah, yang pasti, setelah ini, ia tidak akan mendatangi Kashi dan Rhea dulu. Semoga ... Satya bisa diandalkan untuk menjaga mereka sementara waktu.

~

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang