69. Turunnya Pertolongan

67 12 0
                                    

Dia mungkin tidak salah.

Ucapan Ted kembali terngiang di benak Hosea ketika acungan pisaunya makin dekat dengan leher Ragas, adiknya. Ia menangkap detik-detik ketika wajah Ragas berubah pias, ketakutan.

Sementara itu, luka sayat di tangan Hosea tak luput dari pandangan Ragas yang nyaris menabrakkan mereka berdua di jalanan berpembatas beton. Hosea menderita.

"Gara-gara lo, Bajingan," ucap Hosea kian lirih ketika kalimatnya mendekati titik. "Gara-gara lo."

Klontang. Lalu, GREP! Hosea menjatuhkan pisaunya lalu maju untuk mencekik Ragas. Dalam ruang yang begitu sempit itu, mereka bertikai hebat. Ragas menancapkan kuku tajamnya di tangan Hosea yang sudah dihiasi luka sayat.

Lalu, Ragas memastikan posisi mobilnya terkunci agar tidak ada yang mendistraksi mereka.

"GARA-GARA LO! GARA-GARA LO!" Hosea membabi buta. Ragas sempat melepaskan diri dari cengkraman Hosea dengan menendang perutnya. Ruang sempit itu berubah jadi neraka.

"GARA-GARA LO! GARA-GARA LO! GARA-GARA LO!" Ketika menyuarakan itu berulang kali, posisi Hosea jauh mengungguli Ragas dari segi serangan. "SIALAAAAAN, GARA-GARA LO!"

"NGGAK ADA YANG MINTA DILAHIRKAN SAMA WANITA ITU!" Jerit Ragas dengan pelipis bercucuran darah. "GUE NGGAK MINTA DILAHIRIN SAMA DIA! KALAU GUE BISA MILIH, GUE MILIH MATIIIIII!"

Barulah posisi mereka berbalik, Ragas mengungguli Hosea. Ia mengunci pergerakan kaki kakaknya dan menghantamnya dengan pukulan yang sama-sama membabi-buta.

"KENAPA LO NYALAHIN GUE?! KENAPA LO MUKUL GUE?! GUE NGELAKUIN APA, BAJINGAN?! GUE NGAPAIN?! GUE JUGA MENDERITAAAA!"

"Lo ... ng-nggak dipu-kul, lo ... da-pat se-mua y-yang lo ma-u, LO B-BEDA DARI GUE!"

"GUE JUGA SAKIT! JADI GUE SAKIT!" Ragas mengendurkan cengkramannya karena mereka berdua sama-sama mulai tidak berdaya. Sudah sama-sama terluka di titik vital. "Gue juga sakit, Se. Gue capek."

"...."

"Gue capek, Se. Lo belum ngerti luka gue gara-gara dia dan dengan seenak jidat lo, lo nge-compare peruntungan kita berdua. Gue capek, capek, CAPEK!"

"...."

"Capek, Se. Gue juga pengen mati, kayak lo."

Hosea mendadak pejam, semua argumen Ted soal Ragas memukulnya dari segi psikis. Dia mungkin nggak bersalah, dia mungkin nggak bersalah, dia MUNGKIN nggak bersalah.

Atau sejujurnya, dia memang nggak bersalah.

Ragas jarang menangis. Semenjak jadi Haven dan air mata lelaki semacam dianggap dosa oleh Haven, Ragas menghindari itu. Ia terpekur dalam diam dan napas yang mulai berkejaran. "Gue capek." Kalimat itu ingin disuarakannya ribuan kali.

Tanpa sempat temu batin dengan bicara luka mereka secara baik-baik, pintu mobil Ragas mendadak diketuk. Bersiap dipecahkan. Padahal, biasanya, para penjaganya itu tidak akan ikut campur dengan mengkonfrontasinya langsung.

"Gue nggak kuat," bisiknya pada Hosea yang menahan tubuh Ragas dengan kakinya agar tak limbung menindihnya, secara tidak langsung. Gue nggak kuat buat bawa mobil ini pergi, begitu kiranya kalimat lengkap Ragas.

Hosea menyeka darah di alis kirinya yang jatuh ke mata, dengan tangan yang terluka karena ditancapi kuku Ragas. Lalu, ia menyingkirkan tubuh Ragas dari atasnya. Melemparnya ke kursi penumpang di samping kemudi.

Kepalanya mulai pening, tapi ia jauh lebih sanggup dari Ragas untuk memegang setir. Persis sebelum kaca itu dipecah oleh orang-orang yang dipekerjakan untuk mengintai Ragas, Hosea membawa pergi mereka. Membawa pergi Ragas bersamanya.

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang