03. Reaksi Ragas

140 17 1
                                    

Detik itu, rasanya dunia Kashi runtuh seketika kala Ragas keluar dengan amukan yang siap menyerang siapa saja. Ia membanting pintu ruang pertemuan mereka dengan tatapan membunuh.

"Anak itu kenapa, sih?" Nancy Haven adalah orang pertama yang menyadari rungsingnya situasi mereka. "Apa dia kaget ya karena calon mamanya masih muda dan cantik?" Nancy berusaha membuat situasi mereka lebih baik setelah amukan Ragas tadi.

Kashi terlihat sangat tidak nyaman. Nurani dan otaknya bertempur.

Bagaimanapun juga, tetap ia yang terlihat mencurangi Ragas ....

"Dia belum bilang kalau kamu mantan kekasihnya! Senyum, Kashi!" Bisikan Bunda tersuara dengan nada membunuh.

Kashi tidak mengira bahwa ia akan melihat wajah calon suaminya--untuk pertama kalinya--di tengah suasana yang kacau. Namun, seburuk apapun suasananya, paras Dante itu memang tidak bisa menipu. Untuk lelaki seusianya, ia masih terlihat gagah dan tampan. Mirip Ragas ....

Ya Tuhan ... Ragas dan Dante adalah ayah dan anak. Dosa apa yang dilakukan Kashi di kehidupan sebelumnya?"

"Kashi, jangan berpikir untuk membatalkan ini kalau tidak mau melihat ayah gantung diri." Ayah jarang mengancam macam-macam, tapi kali ini lain. Ayah membutuhkan sokongan Zeta untuk Diginat, membutuhkan Pak Dante, bukan anaknya yang masih bocah. "Sapa mereka."

Kashi mengulas senyum tipis secara paksa meskipun inginnya sekarang cuma menangis. Ia terlalu syok.

Amadeo Andante itu ... entahlah. Tatapannya terlampau tajam, menyesakkan berada di sekitarnya. Udara seolah tersedot dan tak meninggalkan sisa untuk Kashi bernapas. "Maaf untuk kekacauan yang terjadi. Remaja, biasa. Mereka sedang labil-labilnya."

Tapi Kashi juga masih remaja ....

"Bu Audy, Pak Yudhistira, apa kabar?" Senyuman Nancy Haven melebar, seolah ia sudah berteman lama dengan ayah dan bunda.

"Baik, Bu Nancy." Ayah menyapanya dengan senyum yang kelewat semringah. Oh, ayah jelas senang. Jalan keluar dari semua masalahnya sudah ada di depan mata. "Ini Kashi, putri tertua kami."

Di era Siti Nurbaya, perjodohan adalah sesuatu yang normal. Di era Kashi, perjodohan dengan konteks seperti ini terdengar agak konyol. Harta? Kekuasaan? Uang ...? Mereka ini manusia atau simbol ketamakan?

"Selamat malam, Kashi."

Kashi tersenyum paksa sekali lagi. "Selamat malam, Bu Nancy."

Hanya sebatas itu saja, ia bahkan tidak ditanyai soal statusnya, kesibukannya, jenjang pendidikannya. Seolah, yang terpenting adalah pernikahannya dengan Dante yang terlaksana sesegera mungkin.

"Langsung saja." Amadeo Andante mengambil alih semua dialog di ruangan itu. Ia mengeluarkan secarik kertas. "Ini kontrak. Tolong ditandatangani."

Kashi sampai tidak bisa menyembunyikan mulutnya yang ternganga. Belum habis keterkejutannya soal Ragas, ia dikejutkan oleh hal lain. Ia benar-benar dijual?! DALAM ARTIAN YANG SEBENARNYA?!

Ayah membaca secarik kertas itu dengan saksama sebelum membubuhkan tanda-tangannya. Kashi menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

"Ayah?"

Ayah tidak menengok barang sesenti pun pada Kashi yang terlihat emosional.

"Saya juga meminta persetujuan dari pihak terkait." Amadeo Andante cuma menoleh sekilas pada Kashi. Ia bahkan tidak betah menatap Kashi lama-lama. Bocah, pikirnya.

"Hah?" Kashi tersenyum masam, sangking tidak percayanya dengan situasi yang sedang ia hadapi.

Namun, bunda menoleh tajam padanya detik itu juga. "Tanda tangan, Kashi." Di luar, ucapannya tampak ramah. Hanya Kashi yang menangkap nada sarat akan ancaman di sana.

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang