51. Kencan Dengan Hosea Reiga

65 11 0
                                    

"Hose," panggil Rhea, di tengah deru mesin motor Ducati milik Hosea yang dipacu kencang-kencang, entah ia akan dibawa ke mana. "Kita ... mau ngapain?"

Mereka tidak pernah berkencan seperti normalnya pasangan yang penuh cinta.

Selalu ada saja tingkah Hosea dan tak satupun normal. Maka, ketika cowok itu mengatakan soal kencan, Rhea patut curiga.

"Kencan."

"For real?" Rhea tertawa. Lantas, ia letakkan dahinya di punggung Hosea yang terasa dingin. "Belakangan ini, kamu pergi ke mana?"

"Kamu mencariku? Serius? Ini tulus atau bualan?"

Hosea aneh.

"Tulus tuh."

Namun, tidak ada jawaban yang keluar dari bibirnya sama sekali. Sampai akhirnya, mereka tiba di depan kedai es krim. Rhea sempat akan bertanya, tapi ia dibungkam pertanyaan Hosea lebih dulu.

"Suka es krim?"

Rhea kagok. Bertahun-tahun menjalin kasih, tak sekalipun Hosea pernah memperlakukannya demikian. Ada apa, nih? "Em ... iya. Suka."

"Rasa apa?"

Dahi Rhea berkeringat dingin. Gugup. "Coklat ...?"

"Kenapa? Jawabanmu terdengar ragu. Kamu takut padaku?" tanya Hosea sambil menarik naik sebelah alisnya. "Es krimmu nggak akan kucampur obat perangsang."

Rhea melotot seketika itu juga. "Aku juga nggak berpikir ke sana!" tukasnya.

Hosea sempat tertawa kecil sebelum beralih pada penjual es krim dan membuang uang-uangnya lagi.

Hosea itu lebih sering membawa setumpuk cash dibanding harus menggantungkan diri pada kartu kredit-debitnya. Mirip ... copet.

"Sebenarnya ... kenapa?" tanya Rhea, bingung. Makin bingung lagi ketika Hosea membawa dua es krim. Satu untuknya sendiri.

"Kamu bingung kenapa aku membawamu pergi tanpa memintamu buka baju?" tanyanya, dengan wajah datar. "Atau kamu kaget karena aku doyan es krim?"

"Keduanya," jawab Rhea sebelum menelan ludahnya. Dengan gerakan terpatah-patah, ia menerima uluran tangan Hosea. Menerima es krimnya.

Pemberian Hosea ... yang paling sederhana untuknya, tapi paling menunjukkan ketulusannya.

"Aku nggak suka es krim," ucap Hosea, menjawab pertanyaan kedua Rhea. "Tapi aku bisa memakannya."

"Kenapa ... nggak suka?"

"Nggak pernah ada yang memberikanku ketika aku kecil. Waktu aku tau wujudnya, aku sudah terlalu dewasa untuk ini. Terlalu manis, mirip gula-gula kesukaannya bocah."

Mau tak mau, Rhea tertawa. "Enak loh, Se. Sampai besar, aku masih suka es krim."

"Enakan makan dadamu."

Kembali lagi sisi bajingannya ini.

"Untuk pertanyaan pertamamu itu, aku ingin menunjukkan padamu seperti apa Hosea Reiga itu."

"Tiba-tiba?" tanya Rhea, bingung. Sambil melahap es krimnya yang mulai luber. "Aku kan sudah kenal sama Hose."

"Hosea Reiga di luar ruko ... juga tau? Benar-benar tau atau hanya menerka-nerka?"

Apa ... bedanya ...? Mereka kan sama-sama Hosea.

~

SANGAT BERBEDA. RHEA TARIK KATA-KATANYA TADI.

Bukan bualan ketika Hosea tumbuh blangsak karena lingkungannya SANGAT MENGERIKAN. Harusnya, ia tidak kaget, tapi situasi ini tetap ada di luar ekspetasinya.

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang