64. Segalanya Runtuh Di Mata Dante

64 9 0
                                    

"Pak, karena saya merasa sangat berhutang budi pada Bapak, saya selalu berusaha keras agar Bapak tidak sampai jatuh." Michelia mengatakan itu sambil tertunduk, mendekati Dante yang berwajah kacau. "Saya rela memberikan apapun untuk Bapak."

Meskipun Dante sangat ingin meralat ucapan Michelia dan memperbaiki pola pikirnya, tapi kepalanya yang terasa makin berat membuatnya cuma bisa diam. Pejam. Lalu, berucap dengan nada lirih, "Katakan padaku, kantor sudah sekacau apa?"

"Selama ini, saya dan Bu Aubrey sudah mengatasinya sampai limit kami, Pak," Michelia melaporkan itu dalam nada sendu, sebelum menunjukkan grafik saham mereka yang anjlok.

Perusahaan sebesar Haven itu punya kunci yang membuatnya tetap bisa menjalin relasi dan mengusai pasar, disiplinitas, profesionalitas, dan integrasi.

Menghilang beberapa hari ketika hari kerja bisa membuat perjanjian-perjanjian besar itu batal secara tak hormat.

Sedangkan Michelia tidak bisa banyak berkelit ketika kolega Dante menanyakan ketidakhadiran bosnya dan kenapa mereka belum menerima feedback dari Haven.

Dante selalu tepat waktu. Maka sekali saja ia terlambat, harganya mungkin akan sangat mahal.

Inilah yang selalu menjadi alasan Michelia soal mengapa ia terkesan memusuhi wanita bosnya. Bukan karena obsesi, tapi karena rasa tanggung jawabnya untuk menjaga stabilitas Dante dengan Haven.

Dante pernah menyelamatkan hidupnya, dibantu Frederick. Dante mungkin cukup dengan ucapan terimakasih, tapi tidak dengan ayah lelaki itu.

Menyelamatkan nyawa artinya balas budi seharga nyawa juga. Dan inilah jalur balas budi yang ditunjukkan Frederick untuknya, misi seumur hidupnya. Suatu harga.

"Bawa laptopku ke sini, aku akan membuka e-mail yang masuk satu per satu."

"Jumlahnya ratusan, Pak."

"Bawa laptopku ke sini. Sekarang."

"Anda sedang sangat kac--"

"AKU TIDAK PUNYA PILIHAN LAIN! KAMU BERHARAP AKU AKAN MELAKUKAN APA SETELAH KAMU MELAPORKAN SEBERAPA KACAUNYA PERUSAHAANKU?!" tanya Dante, dalam ledakan hebat. "Tolong, akan kukerjakan semuanya sekarang. Sampai selesai."

"Saya melaporkannya karena saya ingin menyampaikan saran, bukankah lebih baik jika bisnis Haven dipegang oleh Pak Frederick dulu?"

Orang tua itu akan makin membunuh Dante jika ia lari seperti banci. Meskipun lukanya menganga begitu besar, ketika ia masih sanggup berdiri, Frederick akan menganggapnya normal dan siap tempur.

"Atau saya perlu meminta tolong pada 'dia'. Sudah lama beliau tidak--"

"Kamu membicarakan siapa?" tanya Dante, dalam nada membunuh. Sambil mencengkram kertas laporan Michelia.

"Saudara Anda--"

"Tutup mulutmu."

Michelia terpejam erat. Nyaris memaki. "Karena ini saya selalu berkonflik batin dengan keputusan menikahi orang untuk menutup rumor. Seharusnya, pakai saya saja."

"Jangan katakan apa-apa lagi dan bergeraklah. Aku, kita, sama-sama tidak punya banyak waktu."

~

Mental Dante itu tidak pernah pulih total. Yang ia lakukan selama ini cuma menimbun rasa sakitnya secara terus-menerus. Berpura-pura baik-baik saja sambil terus memegang kuasa.

Padahal, Dante tidak sekuat itu.

Saat itu, Michelia jatuh tertidur di sampingnya. Kelelahan. Bisa jadi sudah pingsan. Mereka bekerja tujuh belas jam tanpa henti. Tanpa makan.

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang