Chap 1. Pindahan

2.5K 47 17
                                    

Prolog.

Cerita ini hanya sebuah hiburan belaka, aku ingatkan pada kalian untuk jangan baper apalagi melenceng, laki-laki jadi perempuan itu tidak ada, jadi jangan menyalahi kodrat kalian.

Bukan cuma itu, sesungguhnya laki-laki yang menyerupai perempuan atau sebaliknya itu suatu dosa bagi beberapa agama, jadi anggap saja cerita ini hanya hiburan, jangan sampai kalian melenceng, haha.

Kalau ada kabar orang melenceng gegara novelku bakal ane hapus ini novel, intinya lucu aja gitu bagiku cerita ini, meskipun aku gak mau ketawa.

.

.

Chapter 1 OTW Pindahan.

Oke, cerita ini berlatar di bumi di sebuah negara bernama wakanda, aku lahir di kota semarang tapi saat ini aku sedang ikut keluarga untuk pindah ke kota Wonosobo dan bersekolah SMA di sana karena alasan pekerjaan papaku.

Saat ini aku sedang duduk di mobil di sebelah adikku yang bernama Tiyas, mamaku yang bernama Desti duduk di depan bersama papaku Radji yang sedang menyetir.

"Gus, kamu kenapa ngalamun mulu?" Tanya mama dari depan.

"Kakak kan punya pacar ma, jadi dia galau karena harus LDRan, haha." Ucap Tiyas adikku disela tawanya.

"Apaan sih, bocil sok tau."

Ya, saat ini aku memang sedang ngalamun, dari dalam mobil aku cuma melihat ke luar jendela tanpa ekspresi, dan kesalnya apa yang dikatakan adikku adalah fakta.

Aku memutar isi kepala mengingat kebersamaanku bersama pacarku ketika baru SMP.

.

.

"Hey cantik, mau kemana." Ucap teman sekelas padaku.

"Apaan sih bgnast." Aku yang kesal denganya.

"Lho kok marah, nanti cantiknya ilang lho." Lanjut mereka.

"Gwe laki bgnast!" Teriakku sambil memukul mereka yang mengejekku.

"Bgnast kau, sakit gbolk." Mereka membalas pukulanku, kami pun berantem penuh arti, sampai aku di keroyok oleh tiga orang dan aku kewalahan.

"Berhenti! Apa yang kalian lakukan?" Terdengar suara cewek.

"Sari?" Ucapku ketika melihat cewek di depanku.

"Hey, ini urusan antar laki-laki."

"Kenapa kalian terus membuly agus, emang apa salah dia?" Ucap sari pada tiga orang yang kroyok aku.

"Dulu kan waku masih SD dia suka dandan kaya anak cewek, munkin dia ingin menjadi cantik, jadi kami cuma memujinya munkin, haha." Lanjut mereka.

"Bukan, dia cuma disuruh mamanya, agus bukan orang yang seperti itu." Lanjut Sari.

"Eh kamu kok tau, kan kita baru kenal belum lama." Bingungku, jelas aku baru mengenal Sari ketika sudah masuk SMP, tapi kenapa Sari bisa tau masa-masa SDku.

"Eh itu." Ucap sari.

"Dahlah kita cabut, gak asik kalian?" Ucap tiga anak yang menghajarku.

Akhirnya kini tinggal aku sama Sari, aku dibantu Sari untuk berobat ke UKS, karena di UKS tidak ada penjaga Sari berinisiatif untuk mengobati lukaku.

"Aduh, ini pasti sakit." Ucap sari kerika mengobatiku.

"Kenapa kamu begitu peduli sama aku, kan kita baru kenal beberapa hari?" Ucapku.

"Itu...munkin kamu lupa, tapi aku sudah mengenalmu sejak lama."

"Eh? Apa iya, kok aku tidak tau."

"Iya aku mengenalmu sejak lama, munkin kamu lupa aja karena kita dulu cuma bermain sebentar."

"Jadi, kamu juga tau, kalau dulu waktu SD aku sering dandan kaya cewek."

"I iya, itu kan kamu dipaksa sama mama kamu."

"Kok kamu tau banyak?"

"Mmm itu, sebenarnya.......aku suka sama kamu sejak lama."

"Ha?"

Otakku tiba-tiba berasap ketika mendengarnya, aku sungguh tidak percaya bahwa gadis idola di sekolahku sedang mengakui cintanya padaku.

"Apa kamu mau jadi pacarku?" Lanjut Sari.

Aku bingung, apa ini prank, aku tidak mau kalau nanti dia bilang 'itu kameranya', apa yang harus kulakukan ketika ditembak cewek.

"Gus? Agus? Kok diem, kalau bingung jawab besok juga gak papa kok."

"Eh tidak tidak, sekarang saja, aku mau kok jadi pacar kamu." Ucapku.

"Bener? Yeee." Sari bahagia sambil memelukku.

"Aduh aduh, jangan peluk-peluk dulu, aku masih sakit ini."

"Ehehe maaf."

Sejak saat itu aku dan sari berpacaran, kami pacaran beberapa tahun hingga akhirnya waktu untuk kelulusan SMP.

"Ay kamu mau SMA dimana?" Tanyaku.

"Di SMA N 1 Semarang, kamu juga kan? Kita kan sudah pernah berjanji untuk masuk SMA disana bareng" Ucap Sari.

Aku merasa sedih, karena kemarin aku mendapat kabar dari papaku untuk pindahan, aku harus mengatakanya pada Sari.

"Ay, aku minta maaf, aku harus ikut keluarga untuk pindahan, jadi tidak bisa bareng kamu."

"Ha, kamu bohong kan?" Sari terkejut.

Aku memalingkan muka.

"Papaku pindah kerja di Wonosobo, jadi keluargaku harus ikut pindah."

Suasana menjdi mencekam.

Flas back off.

.

.

'Sari, semoga kamu baik-baik saja disana, aku janji akan menemuimu ketika liburan.' Pikirku.

"kak ngalamun mulu, nih makan! Kakak resek kalau lagi galau." Tiyas memberikan baygon padaku.

"Sini." Aku tanpa pikir panjang langsung memakanya karena aku pikir itu memang makanan.

"Eh kakak, apa yang kamu lakukan! Itu obat nyamuk!" Teriak Tiyas, namun itu sudah terlambat karena aku sudah memakanya.

"Eh." Aku yang tersadar kalau apa yang kumakan rasanya pahit.

"Kalian kenapa teriak-teriak." Teriak mama dan papa di depan.

"Muntahin itu kak." Teriak Tiyas.

Aku tiba-tiba merasa mual dan pusing, aku tidak lagi mendengar apa yang mereka teriakkan.

"Kak!"

"Gus!"

"Nak!"

Pandanganku menjadi kabur, aku merasa tak berdaya, dan tibalah aku terjatuh tersungkur kedepan.

"Bruk."

.

.

.

Bersambung.....

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang