Chap 44. Nakal

740 30 9
                                    

"Seng, kamu pulang sendiri gak papa kan, aku ada keperluan soalnya." Ucap rizal, entah kenapa akhir-akhir ini rizal sering pulang sendiri, mungkin dia langsung ke tempat kerja.

"Okelah."

Rizal pergi sendiri dengan motornya, sedangkan aku menunggu angkot didepan sekolahan, ketika menunggu datang tiga kawanku naik mobil.

"Eh bu tina, kok sendirian, suaminya mana."

"Lagi ada perlu, jadi aku pulang sendiri, kalian nih jangan panggil aku kaya gitu ah, malu."

"Haha iya kak." Ucap lilis.

"Kuy bareng kita aja."

"Mmm." Aku naik mobil bareng mereka.

"Tin, kok kamu sama sari kayaknya udah jarang tatap muka, kalian kenapa, katanya habis putus masih teman."

"Gak tau juga, mungkin sari males lihat wajahku, biar lah kalau dia memang ingin menjauhiku."

"Jangan gitu tin, tidak baik jadi musuh, lebih baik kita ke rumah sari dulu, mungkin saja kalian bisa akrab lagi."

"Terserah kalian dah."

Kami pun dengan mobil menuju rumah sari, sampainya di rumah sari aku melihat hal janggal.

"Lho, kok motornya rizal ada disini."

Meskipun bingung aku biarin, kami ketok pintu rumah sari, ternyata tidak ada jawaban, aneh juga orang ada tamu masa tidak ada orangnya, pas kami buka pintu ternyata tidak dikunci, kami pun masuk ke rumah sari dengan perlahan.

"Saar." Kami memanggil sari namun tidak ada jawaban.

Ketika kami berjalan sampai di depan pintu kami mendengar suara dua orang dari dalam, seketika aku pucat, karena yang kudengar dari dalam suaranya aneh.

"Ah ah ah."

"Plok plok plok."

"Sari ngapain? " Kami bertanya-tanya dengan bingung, kami masih mendengarkan suara dari dalam.

"Terus zal, ah."

"Kamu ya, pinter banget godain aku."

"Iya, habis aku kesel sama ISTRIMU itu."

"Haha, ini aku udah mau sampe, keluar dimana? "

"Di dalam aja, tolong keluarkan di rahimku, hamili aku, ah."

"Oke, terima ini, aah."

Mendengar suara dari dalam membuatku semakin pucat, kakiku lemas sampai susah bergerak, mataku semakin panas sampai berair.

Lilis yang melihatku menangis ia marah dengan apa yang terjadi, lilis mendobrak pintu dengan keras hingga pintu itu terbuka.

Kini aku melihat sendiri dua orang di dalam, ketika si laki-laki sedang menanam benih ke dalam sari sambil memejamkan mata.

"Ha?"

Dua orang itu pun terkejut dengan kehadiran kami.

"Mama?" Ucap sari dan...aji?, lho kenapa aku merasa dia aji anakku, padahal wajahnya mirip rizal dan juga sari memanggil dia rizal.

Dan juga kenapa mereka memanggilku mama, ah apa ini kenapa akh sjsn. s. s...........

"Kriiiing kriiiing."

"Mah bangun, udah subuh ini." Tubuhku bergoyang ketika mendengar suara rizal, aku langsung bangun cepat dan kemudian menangis tanpa terkendali.

"Hiks, huaaa, hiks."

"Kamu kenapa, kenapa nangis, mimpi buruk? " Ucap rizal.

"Hiks huaaa."

"Udah sini jangan nangis lagi." Rizal kemudian hendak memelukku, namun karena merasa tidak nyaman aku segera mendorongnya.

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang