Dalam sebuah kafe terlihat dua gadis sedang duduk satu meja saling berhadapan, namun tidak terlihat seperti sahabat, keduanya sama-sama canggung melihat wajah lainya.
"Apa ini alasanmu mau putus sama aku, kamu lebih memilih hidup seperti perempuan seperti waktu kecil dulu." Sari tersenyum getir setiap melihat agus dengan penampilan beda.
"Aku minta maaf karena bingung bagaimana jelasinya, tapi ini bukan kemauanku, bukanya aku ingin dandan seperti perempuan, tapi aku memang perempuan sar." Jelas agus yang tentu saja membuat sari bingung.
"Apa maksudmu, aku tidak tau apa yang kamu katakan."
Untuk lebih jelas lagi, agus pindah duduk di sisi sari hingga berdempetan.
'Harum, bau prawan.' Pikir sari.
"Tolong tutup matamu." Pinta agus.
Kemudian agus memegang kedua tangan sari dan sari hanya mengikutinya sambil menutup mata.
"Apa yang kamu rasakan?" Tanya agus.
"Tangan kiriku memegang apa ini cuma bajumu, dan tangan kananku memegang apa ini, empuk." Bingung sari.
"Coba buka matamu." Pinta Agus.
Sari membuka mata dan..... "Aaa!" Teriak sari dan seketika menarik tanganya.
"Apa ya yang kamu lakukan?"
"Menurutmu apa yang kamu pegang tadi?"
"I itu, kok datar, jadi kamu dirawat di rumah sakit karena operasi kalamin, aku tidak menyangka kamu bakal sejauh ini, memangnya kamu tidak memikirkan perasaanku?" Ucap sari, terlihat jelas kesedihan di wajahnya.
"Eh? kamu salah paham, aku bilang ini sebenarnya bukan kemauanku, iiih."
"Terus apa buktinya, aku juga tau dulu kamu seneng-seneng aja pas dandan kaya cewek."
"Oh iya aku lupa, ini ada surat keterangan dari dokter." Agus mengeluarkan map berisi surat-surat keterangan tentang kondisi agus dari rumah sakit.
Sari pun menerima dan membaca isi surat keterangan itu.
.
"Ini bohong kan, tidak mungkin ini terjadi." Tentu saja Sari tidak mau percaya.
"Itu benar kok, memang kejadianya seperti yang tertulis di surat itu, asal kamu tau saja kemarin aku baru saja menyelesaikan menstruasi pertamaku." Ucap agus yang dipelankan, meskipun pelan namun bisa terdengar jelas oleh sari karena memang duduknya berdempet.
Tentu saja ucapan agus membuat sari terkejut, namun agus masih tetap melanjutkan.
"Rasanya pinggulku pegal, perutku seperti terbelah, hari pertama darahnya keluar banyak sampai kasurku basah, dan hari terakhir memang keluar sedikit namun baunya sangat anyir dan pekat." Lanjutnya.
Sari sangat paham dengan itu, hanya perempuan saja yang tau rasanya, jadi tidak bisa mengelak lagi kalau agus memang tidak berbohong, tentu itu membuat sari semakin terlihat sedih.
"Tapi bukan berarti kamu harus minta putus kan, padahal baru puluhan hari kamu jadi cewek, mungkin suatu hari nanti kamu bisa kembali seperti dulu lagi kan."
"Itu... "
'Tidak mungkin kan kalau aku mengatakan sudah menikah.' Batin agus.
"Identitasku sudah berubah, bahkan nama baruku sudah tertulis di kartu keluarga, dan namaku sekarang agustina wulandari."
"Nggak, itu tidak bisa jadi alasan buatmu minta putus, aku tidak terima ini."
"Aku mohon mengerti aku sar, kita ini sesama perempuan."
"Tidak, aku masih mencintaimu meskipun kamu perempuan, aku yakin kamu masih mencintaiku buktinya kamu pergi jauh hanya untuk menemuiku, iya kan gus?"
Agus.. eeee. agustina termenung dengan pertanyaan dari sari, gustin pikir kalau rasa sayang mungkin tidak akan pernah hilang, hanya saja berganti dari sayang ke pacar menjadi sayang ke sahabat atau saudari, yang jelas saat ini yang ada di hati gustin adalah rizal.
Melihat gustin yang termenung, sari mulai berfikir negatif.
"Jangan-jangan, kamu sudah punya cewe.... sudah punya cowok?" Tanya sari.
"Ituu.. " Gustin yang bingung semakin meyakinkan sari.
"Jadi benar kamu sudah punya cowok? kamu tega ya khianati aku, padahal baru puluhan hari kamu jadi cewek, tapi kamu sudah berpikir untuk mencari penggantiku, bahkan itu sebelum kita benar-benar putus, apa kamu tidak merasa jijik gitu?"
"Hah, itu, itu, aku tidak berfikir menghianatimu, sebenarnya aku.... " Daripada ada salah paham, gustin ingin mengatakan pada sari tentang nikah karena terpaksanya, namun sebelum ia selesai berbicara datang rizal yang mengganggu mereka.
"Sayang, katanya kamu mau ketemu sama mantan pacarmu, kok malah ketemu sama temanmu, kenalin namaku rizal." Ucap rizal pada gustin dilanjutkan mengulurkan tangan pada sari.
Tentu saja sari tidak menerima uluran tangan itu, sari masih terkejut dengan panggilan dari cowok didepanya pada gustin.
"Mas rizal? kok kamu kemari si, kan aku sudah bilang tunggu di luar saja."
MAS?, panggilan gustin pada cowok didepanya membuat sari melongo, karena panggilan itu biasanya hanya ada pada pasangan yang sudah menikah, karena kalau pacaran sukanya panggil ayang bebeb.
"Habisnya mantanmu itu gak dateng-dateng si, kan aku bosen nunggunya." Ucap rizal.
Gustin kembali menoleh pada sari, terlihat sari sedang menggigit bibirnya sambil menahan isak tangis meskipun air matanya sudah mengalir, melihat itu gustin ikut sedih.
"Mas, kenalin, ini sari pacarku yang pernah kubicarakan." Ucap gustin sambil memegang pundak sari.
Rizal seketika melongo melihat itu, rizal kira cewek disebelah gustin itu cuma temanya yang sedang curhat.
"Dia cewek lho."
"Emang iya, makanya tolong tunggu di luar ya. " Pinta gustin.
"Nggak, ini juga masalahku karena kamu kekasihku, jadi aku berhak ikut campur."
"Mas." Gustin menatap rizal didepanya dengan lembut.
"Tolonglah, setidaknya berilah kami waktu sampai sari berhenti menangis."
"Baiklah, tapi nanti ada yang harus aku bicarakan sama kalian."
"Iya."
Rizal pun pergi meninggalkan gustin dan sari yang semakin deras menangis.
.
.
.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Agus tapi Agustina
Romance"Ma, aku gak mau jadi cewek." itulah masa depanku. Sebelumnya namaku Agus, ketika SD aku dibuat mainan sma mamaku, aku didandani seperti anak cewek, dipakein rok dsb. ketika smp aku tau apa yang dilakukan mamaku adalah buruk, jadi aku sering marah-m...