Satu hari setelah pentas selesai, harusnya masih masuk sekolah untuk sekedar pengumuman mengenai liburan akhir semester, namun ternyata sari tidak berangkat, membuat teman sekelas berpikir aneh.
"Eh kok hari ini sari gak masuk sih, apa drama kemarin itu bukan akting ya, apa memang gustin itu pacaran sama sari dan sudah menikah sama rizal." Kira-kira seperti itu yang mereka bicarakan, namun kawanku untung saja membelaku, kawanku mengatakan kalau sari hanya sedang tidak enak badan, untung saja besok mulai libur.
Hari itu kami dapat pengumuman kalau libur akhir semester sebulan, bagiku itu belum cukup untuk menutupi kehamilanku, karena kehamilanku baru mau empat bulan.
Sekarang aku selama di sekolah mengenakan jaket karena perut butuh di tutup, aku tidak berani ngumpul bareng teman sekelas karena mereka memang sedang curiga, apalagi kemarin ketika pentas aku mengenakan gaun yang longgar.
Setelah hari itu akhirnya waktu libur datang juga, kini aku bisa bersantai di rumah sambil manja-manja imut di depan rizal, kupikir itu asik juga ketika aku minta apa dia turuti, padahal waktu nyidam sudah tidak separah dulu.
Saat kami sedang makan bersama di rumah papa bowo, beliau berbicara padaku.
"Tin, nanti kelas 11 kamu untuk sementara sekolahnya di rumah saja ya, sampai kamu lahiran."
"Mmm, nanti teman sekelasku gimana pa, soalnya mereka curiga kalau tina hamil."
"Gak papa, lagian kan emang dari dulu sekolah kita memperbolehkan siswanya untuk menikah."
"Eh? emang gitu ya pa." Ternyata sia-sia perjuanganku menutupi kehamilan.
"Iya, soalnya daerah sini dulunya banyak anak lulusan SMP langsung menikah, tidak mau melanjutkan sekolah, jadi papamu membuat sekolah swasta untuk menampung para anak yang nikah dini."
"Eh papaku? "
"Kamu gak tau, yayasan ini tu papamu yang mendirikannya dengan uang pribadi, sedangkan aku cuma bertugas mengelola."
"Eh, emang papaku sekaya itu ya pa."
"Jadi kamu benar-benar tidak tau ya, papamu itu kan kelahiran sini, jadi dia kenal betul masyarakat sini, papamu pindah ke semarang agar bisa mengais uang lebih banyak untuk membangun kampung halamanya, bahkan perusahaanku dan kafe yang dikelola andin juga hasil dari bantuan papamu."
"Woooo." Informasi aneh yang baru kudapat dari papa bowo membuatku terbengong.
.
5 Bulan kemudian.
Aku sudah beberapa bulan sekolahnya dari rumah, jadi papa membawa seorang guru untuk mengajariku.
Ketika santai di rumah, aku tidak pernah kesepian karena kawanku sering berkunjung untuk menemuiku, bahkan sari juga ikutan, kupikir sari benar-benar pergi ke semarang, tapi ternyata begini yang dia katakan.
"Hehe, waktu itu aku memang sudah pulang, tapi aku dimarahi orang tuaku karena minta pindah sekolah terus, jadi terpaksa aku masih sekolah disini." Ucap sari.
"Ya bagus lah, terus gimana, katanya kamu gak mau lihat aku lagi." Tanyaku.
"Ayolah, waktu itu kan sedang pentas drama, ya meskipun aku memang kesel kalau lihat kamu sih, tapi untung saja kamu mulai home school, jadi aku bisa nyaman di sekolah, hehe, dan juga aku bisa godain rizal tanpa ketahuan istrinya."
"Hmmm, awas saja kalau kamu godain rizal, bisa mati aku kalau ditinggal pas lagi hamil."
Oh perlu kalian tau, ketika liburan kami sudah meresmikan pernikahan kamai, umur 17 datang kami langsung membuat KTP dan langsung bikin surat nikah, dan tentu juga resepsi meskipun kecil-kecilan.
Resepi mengundang tentangga desa, para guru sekolah, teman sekelas dan keluarga besar, waktu resepsi papa bowo juga memberitahukan kalau kami sebenarnya sudah menikah siri dari lama, dan tentunya teman sekelas kami terkejut.
"Jadi drama waktu itu beneran, dan juga gustin pacaran sama sari." Ucap teman sekelas
Waduh, itu aku lupa, kenapa harus sampai tersebar kalau sari mantanku, untung saja sekarang cuma mantan.
Bulan lahiran datang, perutku sudah sangat besar, dan rizal juga sudah menyiapkan banyak hal untuk lahiran, mobil juga sudah stay di parkiran jika tiba-tiba saja aku mau melahirkan.
Dan eeee, dah lah besok saja, males masa bulan puasa nulis novel terus, udah gitu yang like n vote dikit.
.
.
.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Agus tapi Agustina
Romance"Ma, aku gak mau jadi cewek." itulah masa depanku. Sebelumnya namaku Agus, ketika SD aku dibuat mainan sma mamaku, aku didandani seperti anak cewek, dipakein rok dsb. ketika smp aku tau apa yang dilakukan mamaku adalah buruk, jadi aku sering marah-m...