Chap 40. Dipo Aji Wikromo

405 33 23
                                    

Ketika hamil besar, aku hanya bisa memakai pakaian longgar, jika di rumah memakai daster, dan jika di luar aku memakai gamis atau dress panjang.

Aku dianjurkan untuk sering olah raga ringan agar nanti pas lahiran sehat, seperti jalan-jalan keluar, oh aku tidak malu meskipun kata rizal aku terlihat lucu, badanku masih kecil karena baru umur 17, tapi perutku besar, apalagi aku susah jalan jadi rizal kadang mengejek jalannya seperti pinguin, biar saja yang penting dia seneng.

Bahkan ketika malam pun rizal masih juga mengajak aku olahraga.

"Ayolah sayang, kita main lagi yak, kan kata dokter biar jalannya bayi kita lancar."

"Tapi kan kemarin sudah paa."

"Itu kemarin, sekarang lagi, lagian kan kalau nanti kamu nifas kita tidak bisa main sangat lama."

"Cuma 40 hari kok lama."

"Ya lama lah, apalagi kalau siangnya puasa."

"Yaudah ayo, tapi hati-hati ya, kasian bayi kita."

"Gas, kamu pakai baju cosplay dulu yak, biar aku semangat."

"Haduh, ada-ada saja maunya."

Seperti yang diminta rizal, kami pun sering melakukanya bahkan ketika aku hamil besar.

Esok harinya, seperti biasa rizal pergi kerja, sedangkan aku palingan beres-beres rumah biar tidak nganggur, lagian di rumah papa raji tidak ada ART, jadi yang bersih-bersih aku atau mama desti.

Aku ketika melihat adik kecilku rasanya sangat bahagia, nama dia alfin, alfin pipinya sudah mulai gembul, ketika aku mengelus pipinya aku terpikir bagaimana anakku nanti, karena anakku juga laki-laki menurut prediksi dokter.

Ketika sore hari datang, rizal pulang dari kerjanya, rizal kini hari-harinya juga terlihat bahagia sejak aku sudah tidak nyidam lagi, apa memang aku merepotkannya ya ketika nyidam.

"Mau minum apa mas." Kalau didepan keluarga aku memanggil rizal mas, soalnya ada dua papa biar tidak bingung.

"Aku kan puasa sayang, kamu sih gak puasa jadi lupa."

"Hehe, aku kan lagi hamil, takut gak kuat kalau puasa."

Tanpa peduli ada laki-laki yang sedang puasa, aku dan mama kalau makan biasa saja di depan mereka, aah aku ingin puasa juga.

"Aduh." Tiba-tiba aku merasa perutku sakit.

"Kenapa tin." Tanya mama, rizal pun memperhatikanku.

"Perutku sakit ma, tiba-tiba rasanya sakit, sepertinya si dedek lagi nendang."

Kupikir mamang seperti itu, namun sakit ini semakin terasa, sampai aku hanya bisa merintih tanpa berkata.

"Astaghfirullah, sakit baget maa.

Ketika aku sedang merintih, rizal dan mama melihat ada air yang mengalir dari selangkanganku, mereka pun terkejut.

"Ketuban sudah pecah, buruan kita ke rumah sakit." Ucapnya, rizal kemudian buru-buru membopongku dan membawa ke mobil.

Mama membuka pintu mobil sedangkan rizal segera mengambil alih kemudi, saat ini di rumah hanya kami berempat sama alfin jadi hanya kami yang pergi ke rumah sakit.

"Aduh, maa sakit."

"Tahan dulu ya nduk, kita hampir sampai."

"Gak kuat maa, sakit banget."

Rizal fokus mengemudi cepat menuju rumah sakit, sampainya di rumah sakit aku segera di bawa ke ruang persalinan.

'Sakitnya, aku sudah tidak memikirkan hal lain, hanya terpikir perutku yang sakit dan menunggu intruksi dari bidan.'

'Ooo, ternyata sesakit ini rasanya, apakah aku selama ini sudah berbakti pada mamaku, apa aku sudah membuatnya bangga.'

"Tunggu sebentar lagi, tinggal pembukaan yang terakhir." Ucap bu bidan.

'Apa yang bu bidan katakan, aku tidak paham, rizal mana mas rizal.'

"Maas." Ucapku.

"Aku disini, kamu bertahan ya demi anak kita."

"Sakit mas."

"Mmm, cup cup cup."

"Sekarang bu tina, mulai mengejan ya, dorong."

"Hgggh."

Aku pegangan tangan rizal yang ada di sampingku, kuperas erat tanganya agar bisa berbagi rasa sakit.

"Ayo dikit lagi, tarik nafas, dorong keras."

"Terus."

"Terus."

"Terus."

"Stop."

Haah, apakah ini sudah berakhir, aku merasa tubuh bagian bawahku mati rasa, seperti terpotong jadi dua, tidur dulu bentar lah.

.

.

"Selamat ya pak rizal, anak bapak laki-laki." Ucap bu bidan.

Sejak melihat gustin yang mulai berjuang, rizal menangis, apalagi setelah bayinya lahir rizal terus menangis, tidak hentinya rizal mencium kening dan tangan istrinya.

Setelah bu bidan membasuh bayi itu, bu bidan memberikanya pada rizal untuk diadzani, rizal menghentikan tangisanya dulu baru mengadzani bayinya.

Setelah selesai adzan, mereka melihat gustin yang tidak sadarkan diri.

"Tenang saja, bu tina cuma pingsan kok, bu tina hebat, meskipun masih kecil namun bisa melahirkan dengan sehat, anda beruntung punya istri seperti bu tina."

"Mmm, terimakasih bu."

Setelah menunggu beberapa saat, gustin mulai sadar kembali, hal pertama yang dia katakan adalah tentang anaknya.

"Dedek mana." Ucap gustin dengan lemahnya.

Dengan intruksi bu bidan, bayi itu diberikan pada gustin, lebih tepatnya ditaruh di perut gustin agar mencari susu induknya, namanya inisiasi menyusui dini atau IMD.

"Biarkan dedeknya mencari puting ibu dulu ya, jangan diganggu." Ucap bu bidan, mereka pun hanya mengamati sang bayi bergerak mencari puting diatas perut gustin.

"Ayo, ayo, ayo, terus. ...kanan sedikit."

"Kenaa!" Setelah cukup lama menanti akhirnya bayi berhasil menemukan sumber air, dan rizal heboh melihat pencapaian itu, sedangkan gustin meringis karena geli.

"Aduh, hehe, jangan keras-keras nak, nanti mama sakit." Ucap gustin, sebenarnya bukan sakit sih tapi geli.

Setelah bayi itu menemukan puting gustin baru bayi itu dibungkus dengan kain, dan kemudian ditaruh disamping gustin.

"Kita beri dia nama siapa ya."

"Mmm."

"Gimana kalau agus."

"Kok agus, itu kan namaku."

"Coba tanya neneknya saja, barangkali ada ide."

Rizal dan gustin pun bertanya pada mama desti.

"Kok tanya mama, kan dia anak kalian."

"Tapi kami bingung ma."

"Yaudah... mmmm.... dipo aji wikromo." Ucap mama.

"Wuuuh keren, kaya nama bangsawan jawa."

"Benar, baiklah, namamu dipo aji wikromo ya nak."

Sang bayi pun tersenyum sebagai tanggapan dari sang orang tua, alfin yang sejak tadi dibopongan desti pun ditaruh di sebelah dedek aji agar saling perkenalan.

Beberapa menit mereka ulur nafas bahagia dan lega, datanglah keluarga setelah mendapat kabar.

Ada papa raji, tiyas, bowo, andin, keluarganya lilis, juga paman bibi yang lain datang memberi selamat.

.

.

.

Bersambung...

Cocok gak namanya. Haha...

Eghm, jangan lupa vote ygys, biar ane bisa up tiap hari, kalo sepi bisa-bisa ane up seminggu skali.

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang