Chap 20. Sabun Bolong

697 33 18
                                    

ketika bangun, aku mengingat kejadian semalam sebelum tidur.

Semalam aku menangis sambil di rangkul rizal, bahkan aku nyaman-nyaman saja sambil membenamkan wajahku di dadanya karena tinggiku memang segitu.

'Aaagh, kenapa mengingat itu seperti nonton film drakor.'

"Sudah bangun." Ucap dia yang berbaring di sebelahku.

"Menurutmu?"

Dari pada aku malu sendiri aku langsung pergi cuci muka terus membantu mama andin masak.

Awalnya aku cuma jaga image saja di depan keluarganya rizal, tapi lama kelamaan aku merasa terbiasa melakukan banyak hal membantu mama andin.

***

Saat agustina pergi membantu mama, aku sholat subuh sama papaku, hari ini cuma berdua karena kedua wanita itu sedang halangan.

"Zal, ke masjid yo."

"Tumben pa gak sholat dirumah."

"Iya, jaman sekarang banyak yang lupa sama masjid, jadi paling tidak keluarga kita bisa menghidupkannya, nanti keluargamu juga ajari seperti itu ya."

"Iya pa."

"Kamu harus lebih memperhatikan itu, kamu sudah punya istri, sebentar lagi punya anak, jadi hidupmu sudah tidak boleh seperti anak muda pada umumnya."

"Iya pa, aku berani bertindak berani bertanggung jawab, tapi kalau masalah anak bukanya terlalu cepat mikirnya pa, kan kami baru saja SMA, gustin aja disini terlihat seperti anak angkat papa aja."

"Yaaa, nganu si."

Aku dan papa pergi ke masjid dan berjamaah, setelah itu kami pulang dan aku langsung mandi, kubuka pintu.

"Kyaaah!! pergi!"

"Kenapa tidak kamu kunci."

"Diam! aku tadi buru-buru."

Hadeh, istriku galak bener dah, padahal dia juga yang salah, apa karena dia sedang PMS ya.

Kutunggu sambil main hp, setelah beberapa saat gustin pun keluar dengan . . .......

Lanjut Baca di karyakarsa yagesya..
. https://karyakarsa.com/genderbender/series

com/genderbender/series

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Bersambung....

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang