Hari ini hari libur, aku dan tiyas disuruh bantu mama untuk belanja kebutuhan sehari-hari.
Kami bersiap-siap dulu, mandi terus ganti pakaian.
"Tin, kamu tutup dulu itu mukamu biar tidak gosong kena matahari."
"Kok ditutup ma, tutup bagaimana."
"Kan kemarin udah mama beliin make up, pakai juga lip balm biar bibirmu gak pecah-pecah."
"Lip balm itu yang mana ma." Yaa, aku memang tidak bisa membedakan antara lip balm, lip glos, atau lip tint, apapun itu aku menyebutnya gincu.
Karena aku yang belum pengalaman, mama pun membantuku.
"Repot amat si jadi cewek, harus begini pula ya."
"Iya lah, biar cantikmu terawat."
Aku tidak tau, sejak kapan aku suka ketika mendengar kata cantik.
Hari ini papa cuma mengolah kebun di rumah karena libur di kantor, jadi kali ini mama yang nyetir mobilnya.
Sampainya di pasar kami turun dari mobil, namun sebelum itu aku memastikan penampilanku dulu di kaca mobil, tak tau kalau mama dan tiyas sedang melihatku.
Kami keliling pasar untuk cari bahan makanan.
"Ini, kalau belanja kebutuhan sehari-hari belinya di pasar, jangan di market, ntar kemahalan, apalagi gak bisa nawar." Ucap mama.
"Kukira mau kemana, sampe disuruh dandan segala."
Kami belanja banyak, tentunya mereka semua ditawar habis-habisan oleh mama, dan karena waktu sudah mulai siang, kami makan dulu di resto.
Di dalam resto banyak laki-laki, dan entah itu perasaanku saja atau memang mereka sering melirikku.
'Apa ada yang aneh denganku.'
Aku meihat penampilanku dari handphone, kulihat tidak ada yang aneh.
'Cantik kok.'
"Eh kak, itu waitersnya ganteng juga ya." Ucap tiyas.
"Hmm." Aku menoleh melihat waiters yang dibicarakan tiyas, penasaran aja kenapa tiyas sampai memperhatikanya.
"Hihihi." Tiba-tiba tiyas dan mama mulai cekikikan.
"Apaan si kalian."
"Hehe, apa kakak sadar, kami lihat akhir-akhir ini kakak itu gayanya udah cewek banget lho."
"Apa si."
Aku merasa rambut panjangku mulai mengganggu, jadi aku menyibakanya kebelakang telinga.
"Tuh, cara kakak benerin rambut juga beda."
"Lah, apanya yang beda, namanya juga rambut panjang, laki-laki juga banyak kok yang rambutnya panjang."
Makanan kami datang, tanpa basa-basi kami makan karena sudah lapar.
"Kak, itu ada cowok ganteng sedang kemari no."
Mulai lagi, aku sudah tidak peduli dengan apa yang tiyas katakan.
"Iya iya terserah kamu, aku mau makan."
"Iih, sok gak peduli."
Ketika aku sedang makan aku mendengar suara laki-laki dari belakangku.
"Gus, kebetulan banget ketemu di sini ya."
Sontak aku noleh.
"Hah, lu lagi?"
"Kamu lagi jalan sama temanmu ya, kenalin namaku rizal, aku teman sekelas dia." Lanjutnya.
Mendengar ucapan rizal membuat mama dan tiyas hanya diam mengamati, aku tidak terlalu kaget si, karena mamaku memang terlihat muda, munkin terlihat seperti kakakku.
"Hmmm~" Mama tersenyum padaku.
"Ada apa ya ma."
Aku bertanya tapi mama mengabaikanku, dia tertuju pada rizal yang baru dateng.
"Aku mamanya wulan, dan ini adiknya." Ucap mama.
"Eh maaf tante, saya kira lain, hehe."
"Ngapain lu dimari?" Tanyaku.
"Ooh itu, ini resto mamaku, jadi tiap hari libur aku bantu-bantu disini."
"Eeh, kamu anaknya andin?" Kaget mama.
"Ah iya tante, itu mamaku, kok tante tau."
"Tau lah, kan kami sahabat sejak lama."
Biarlah mama sama rizal asik sendiri, aku mah lanjut makan aja, gak tau lagi apa yang mereka omongin.
"Sini makan sama kami, biar nanti tante yang bilang sama andin."
"HAAA!!!"
Seketika semua penghuni pandanganya mengarah padaku yang tiba-tiba berdiri.
..
.
Bersambung....
Jangan lupa Vote ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Agus tapi Agustina
Romance"Ma, aku gak mau jadi cewek." itulah masa depanku. Sebelumnya namaku Agus, ketika SD aku dibuat mainan sma mamaku, aku didandani seperti anak cewek, dipakein rok dsb. ketika smp aku tau apa yang dilakukan mamaku adalah buruk, jadi aku sering marah-m...