Chap 45. Anak kedua dan ketiga

462 22 8
                                    

Sudah beberapa bulan sejak kejadian itu, rizal semakin protektif samaku, kalau keluar sering nemanin, katanya takut aku dapat pelecehan lagi, ooh suami yang baik, apalagi akhir-akhir ini aku katanya terlihat lesu, ya aku pikir itu karena lelah sekolah, menjadi mama muda ternyata melelahkan, apalagi anakku masih kecil.

"Seng, kamu baik-baik saja kan, akhir-akhir ini kamu semakin lemah saja." Ucap rizal.

"Gak papa."

Gak papa palalu, terulang lagi aku pingsan di sekolah, segera aku dibawa ke UKS, kami pikir aku cuma kelelahan tapi kata bu UKS aku sedang hamil.

"Ha!? hamil lagi."

"Habis nifas kamu pakai KB apa tidak si tin." Ucap bu UKS.

"Eh, mmm, kadang pakai si bu, hehe."

"Haduh kok bisa lupa, harus rutin dong, kamu gak khawatir hamil lagi, kan anakmu masih bayi."

"Ya gimana lagi ya bu."

Pulang sekolah aku bersama rizal pergi ke RS poli kandungan untuk cek.

"Selamat siang bu."

"Siang, eh, kamu agustina ya, anak SMA yang sudah menikah itu."

"Iya, ibu kok masih ingat."

"Ingat lah, memangnya siapa lagi anak SMA yang sudah menikah kalau bukan kalian, eh anak kalian mana, sehat kan."

"Di rumah bu, alhamdulillah sehat."

"Lha terus kenapa pergi ke poli kandungan lagi, kamu gak hamil lagi kan."

"Hehe."

Sang dokter geleng-geleng menghela nafas.

"Kalian tuh masih SMA ya, kenapa kalian suka banget bikin anak ya, kamu nggak pake KB."

"Lupa, hehe."

"Kamu gak khawatir, anak kamu masih bayi, dan kamu mau anak lagi, pasti sangat melelahkan untuk mengurus dua bayi."

"Nggak papa bu, kalau memang sudah takdir mah."

Akhirnya aku pun cek juga, sama seperti sebelumnya aku di USG.

"Tin."

"Iya dok."

"Iya memang kamu hamil lagi, dan... ada dua janin."

"Hah, kembar bu."

"Iya." Ucap dokter dengan wajah nesu, aku yang awalnya bahagia menjadi was-was setelah melihat wajah dokter.

"Kenapa dok, ada yang salah."

"Kamu yakin mau merawat mereka, kamu masih kecil lho, bener mau merawat tiga bayi, bahkan untuk orang dewasa saja banyak yang stres, saya saranin untuk gugurkan mereka saja."

Ucapa dokter sangat membuatku terkejut, aku mengakui memang berat merawat bayi, apalagi beberapa bayi, tapi ketika mendengar kata terakhir dokter membuatku terpukul dan sedih, emangnya semudah itu mengatakanya? apa karena dokter sudah memprediksi kalau aku tidak mampu, tapi apa itu, dipikir aku hami diluar nikah apa!?

"Nggak dok, saya mau rawat mereka, jangan seenaknya bicara ya, kalau memang perlu saya bisa keluar dari sekolah, mati pun tak apa dok saya tidak peduli, yang penting anak saya bisa lahir, hiks."

Dokter menatap rizal, dokter mengatakan beberapa hal pada rizal, terlihat rizal murung bersedih membuatku takut, sepertinya rizal juga mengkhawatirkan aku.

"Mas, iya kan mas, kita akan merawat mereka, jangan membuatku takut dong."

"Seng, tapi mereka masih janin, belum hidup, sedangkan kamu masih dibutuhan aji, jika kamu setres bagaimana aji."

"Hiks, kenapa kamu begitu sih, kita sudah menikah, mereka bukan anak haram mas, apapun kulakukan demi mereka, jika aku setres kan bisa keluar dari sekolah biar fokus sama mereka, kalau aku meninggal kamu boleh menikah lagi kok mas yang penting mereka lahir, hiks."

Rizal terdiam kemudian memelukku, mencoba menenagkanku.

"Baiklah kita rawat mereka, tapi nanti sekolahmu di tunda dulu ya."

"Iya."

Pulang dari RS kami mengabarkan pada keluarga tentang kehamilanku, awalnya mereka terheran ketika mendengar aku yang hamil lagi, tapi ketika mendengar janin baruku kembar membuat mereka terkejut dan khawatir, akhirnya kami mengatakan rencana yang sebelumnya kami pikirkan.

.

.

.

Bersambung..

Dah lama gak up guys, aku jadi lupa sama alurnya, hehe, okelah seperti itu saja, mungkin kedepanya bakal aku tamatin aja deh.

Terus aku mau bikin novel baru lagi aja, eeee, aku terpikir sebuah konsep mirip manhua yang pernah kubaca.

Seorang terbangun di sebuah hutan dengan dua tubuh, apa!? kenapa aku ada dua, satu laki dan satu perempuan, sebenarnya aku siapa dan sebenarnya aku laki atau perempuan, yang mana sebenarnya aku, aku tidak tau mana aku yang asli, tapi yang jelas keduanya adalah aku.

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang