Chap 35. Drama?

387 31 9
                                    

Saat ini kami sedang di rumah pak bowo, sebelumnya ketika pindah kemari kami sudah mengabari pada mereka tentang kehamilanku, tentu saja reaksi mereka bahagia dan juga memberi banyak nasihat dengan apa yang harus kami lakukan, cuma mereka khawatir aja dengan sekolahku.

Di malam hari ketika orang lain sedang tidur aku terbangun karena merasa gelisah, perutku terasa bergetar.

"Ada apa nak, sini bilang sama mama." Ucapku sambil mengelus perut yang masih rata, tak sabar ingin ini perut semakin besar.

Kupikir itu cuma keinginan anakku, tapi itu tersalur padaku juga, jadi aku minta bantuan rizal yang sedang tertidur.

"Daddy bangun." Ucapku sambil menggoyangkan badan rizal.

"Dad bangun." Kucoba ulangi sampai dia bangun.

"Mmm, ada apa sayang."

"Laper, pengen sate kambing." Ucapku dengan wajah memelas.

"Tapi ini tengah malam, emang ada yang masih jual."

"Biasanya ada kok di angkringan alun-alun kota."

"Mmm, besok aja ya, aku masih ngantuk."

"Ayolah dad, baby kita yang minta, iya kan baby." Ucapku sambil mengelus perut.

"Iya daddy." Lanjutku sambil meniru suara anak kecil.

"Iya iya aku pergi."

Rizal kemudian pergi, aku menunggunya sambil push rank.

.

"Lama banget sih, udah lose trek pula."

Ketika aku mulai mengeluh ternyata rizal pulang juga.

"Ini satenya."

"Waaah, terimakasih hubby." Dengan gembira aku mengambil bungkusan itu.

"Tadi manggilnya daddy, sekarang hubby, katanya mau papa saja? " Tanya rizal.

"Mmm, enak." Bodo amat dengan rizal, laper sih.

"Yaudah aku tidur lagi ya."

"Mmm, enak."

Rizal langsung tidur, kemudian aku menghabiskan makanku dulu baru kemudian tidur.

.

Pagi harinya aku masih juga muntah-muntah, aku seperti biasa memakai aroma terapi dan minum air hangat, awalnya papa bowo mau memberiku izin untuk tidak berangkat sekolah, namun aku tetap berangkat saja mengingat mual ini biasanya cuma sebentar, apalagi aku merasa tidak nyaman jika harus jauh dari rizal.

"Tin, kamu berangkatnya naik mobil sama papa saja ya, biar kandunganmu lebih aman." Ucap pak bowo.

"Aku mau sama mas rizal aja pa, aku pengenya sama mas rizal."

Pak bowo melirik rizal sebentar.

"Kalau begitu rizal juga naik mobil aja sama papa."

Karena rizal menyetujuinya aku pun ikut saja.

Ketika kami sampai di sekolah, tentu saja kami jadi perhatian beberapa orang, mungkin ini hal tidak biasa.

"Hey lihat, rizal sama tina bareng sama pak bowo, emang apa hubungan mereka ya."

Mungkin seperti itu yang mereka omongin, kubiarkan saja karena tidak penting.

Sampainya di kelas, jam pelajaran pertama fisika kulalui dengan tiduran, hari ini pak bowo tidak memarahiku, mungkin karena aku terlihat lelah.

Ketika istirahat datang, sebelum anak-anak menuju kantin rizal maju ke depan memberi pengumuman.

"Halo kawanku tersayang, hari ini aku mau menyampaikan hasil rapat osis kemarin, jadi kan tiga bulan lagi setelah ujian ada acara kelulusan kelas 12 dan juga naik kelas 10 11, nah nanti ada acara pentas seni, jadi setiap kelas harus menunjukkan satu pentas seni, kita bikin kesepakatan mau bikin apa di acara ini."

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang