Chap 41. Seorang Mama Muda

542 30 6
                                    

Beberapa hari setelah lahiran, kupikir waktunya untuk gustin bersantai namun salah, karena selama tujuh hari setelah lahiran gustin harus menyusui dedek aji setiap dua jam sekali, bahkan ketika malam sekalipun gustin harus bangun untuk menyusui juga.

"Tin bangun, sudah jam dua ini." Ucapku sambil membangunkan gustin.

Seolah sudah terbiasa, gustin dengan mata tertutupnya bangun kemudian duduk, setelah itu membuka sumber air kemudian mengambil sang bayi kemudian menyusuinya, dan hebatnya gustin masih mendengkur.

"Kayaknya kamu lelah banget, aku sampai khawatir jika aji terlepas dari tanganmu." Ucapku sambil menjaga aji agar tetap dalam dekapan gustin.

Kupikir mungkin bisa jika menyusui sambil berbaring, tetapi air susunya tidak akan keluar, jadi gustin terpaksa harus duduk.

Melihat sang bayi sedang enak menyusu, aku ingin ikutan juga, tapi jika itu kulakukan pasti nanti gustin akan langsung terbangun kemudian melototiku.

Setelah aji terlihat kenyang, aku mengambil sang bayi kemudian menidurkannya lagi, kemudian aku membenarkan posisi gustin tidur, karena bahkan gustin sendiri tidak sadar jika dia sedang menyusui, matanya aja sudah jadi mata panda, lelah juga aku harus begadang selama seminggu.

.

.

Seminggu berlalu, waktu menyusui dua jam telah berakhir, kini tinggal menyusui secara normal, tidak sampai harus begadang, gustin pun mulai terlihat senyumannya kembali.

Ketika melihat gustin yang tersenyum sambil bermain dengan aji, aku juga merasa bahagia sebagai ayahnya.

Sekarang gustin juga semakin sering bermain dengan mama desti, apalagi kerjaanya sama, menyusui, masak, bersih-bersih, mereka melakukanya bersama.

Ketika desti menyusui alfin dan gustin menyusui aji bebarengan, mereka kadang tertawa bersama, menertawakan apa yang sedang mereka lakukan.

"Haha, paman sama ponakan sedang balapan nyusu."

Bagiku lucu melihat dua ibu-ibu yang sedang bergurau itu.

.

.

Kembali bersamaku, perkenalkan namaku agustina, seorang mama muda, heheh, setelah melewati beberapa pekerjaan yang melelahkan, aku kini tinggal menikmati bermain bersama buah hatiku, setiap hari aku tidak pernah betah jika harus terpisah dengan anakku meskipun cuma sebentar.

"Maaa, ayo siap-siap, kamu kan hari ini masuk sekolah lagi." Ucap rizal padaku.

"Tapi paa, nanti aji gimana, masa ditinggal." Ucapku sambil menyusui aji di pagi hari.

"Kan nenek sudah bilang sendiri, kalau kamu sekolah aji dititipkan sama neneknya."

"Hmmm."

Enggan si untuk meninggalkan anak dirumah, tapi mau gimana lagi, resiko anak SMA, masih harus sekolah meskipun ada anak dirumah.

Aku melakukan persiapan dulu, mandi, ganti baju, dandan, menata tas, sarapan, kemudian menyiapkan ASI untuk ditinggal di rumah.

"Maa, ASI untuk aji udah tina siapkan di kulkas ya." Ucapku pada mama desti.

"Iya, kamu tenang saja, jangan banyak pikiran di sekolah, fokus saja, aji aman sama neneknya." Ucap mama desti.

Setelah semua siap kami berangkat bersama, tidak lupa berpamitan dengan penghuni rumah, juga tak lupa mencium anak dulu, mmm, sedih padahal cuma tinggal sebentar.

.

Ketika sampai di sekolah untuk pertama kalinya di kelas 11 aku merasa sedikit bersemangat, aku di tempatkan di kelas yang sama dengan rizal, afti dan resti, sedangkan lilis dan sari di kelas berbeda.

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang