Chap 14. Diskusi Keluarga

707 36 8
                                    

Sore hari di kediaman keluarga agustina.

"Apa, anak kami berbuat mesu di sekolah." Ucap Bu Desti.

"Iya, jadi kalian harus kemari dan memilih untuk menikahkan mereka, atau kami arak mereka keliling komplek." Ucap telfon di seberang.

"Tut tut tut." Telfon dimatikan, bu desti saling pandang dengan pak radji suaminya, keduanya terlihat bingung.

"Masa iya pa gustin berbuat mesu sama cowok, baru juga kemarin dia bisa dandan sendiri."

"Papa juga gak yakin ma, sepertinya ada kesalah pahaman, kita harus segera kesana."

"Gas pa, jangan sampai anak kita dipermalukan warga apalagi sampai nikah dini."

Di waktu yang sama juga terjadi di kediaman keluarganya Rizal.

"Papa dengar itu, katanya rizal berbuat mesu di toilet cewek pa." Ucap bu andin menatap bingung pak bowo suaminya.

"Ini pasti salah paham ma, papa juga tidak percaya anak yang baru puber itu berani berbuat mesu, jatuh cinta aja kayaknya belum pernah ya ma." Ucap pak Bowo.

"Iya pa, kita harus kesana dan memberi penjelasan, kan kasian kalau rizal di arak warga, kalau nikah juga masih terlalu muda, jangan sampai itu terjadi pa." Lanjut bu Andin.

"Iya ma, gas."

.

Di sekolahan terlihat semakin gelap, sore hari hampir terganti malam, disana terlihat dua orang yang sedang kacau, benar, itu rizal dan aku.

Saat ini aku yang merasa pusing dibuat semakin pusing karena melihat rizal mondar mandir sambil gigit jari.

"Lu bisa diem gak, kau bikin gue pusing."

"Hey, kamu udah aku tolongin masih aja galak."

"Kenapa mesti lu si yang dateng, kan jadinya gini."

"Iya iya, maaf."

'Kenapa aku malah nyalahin rizal ya, kan dia cuma mau nolong.' Pikirku yang bingung dengan ucapan sendiri.

"Kalian ni ya, kalau udah ketahuan baru bertengkar, lihat no, orang tua kalian dateng." Ucap pak satpam.

Benar apa yang ia katakan, aku melihat papa sama mamaku dateng kesekolah, dan ada juga pak bowo dan mungkin istrinya.

'Lho pak bowo, jadi rizal anaknya pak bowo.'

Orang tuaku dan orang tua rizal datang menghampiri kami yang sedang dikumpulkan di halaman, mereka terlihat bingung, sekejab melihat kami, sekejab melihat orang tua rizal.

"Ini pak anak kalian, mereka berduaan di WC cewek, ini sudah keterlaluan." Ucap pak satpam.

Papa sama mamaku sekilas melihat Rizal, kemudian berpindah melihat orang tua rizal, begitu pula sebaliknya orang rua rizal yang sekilas melihatku kemudian melihat orangtuaku.

"Ini pasti ada salah paham pak, tidak mungkin anak saya melakukan itu." Ucap papaku.

"Benar, anakku juga tidak mungkin melakukanya." Ucap pak bowo.

Namun seperti apa yang sebelumnya perdebatkan, pak satpam tetap pada opininya.

Di satu sisi, bu desti mamaku sama bu andin mamanya rizal saling pandang, kemudian mereka tersenyum bebarengan.

"Ini pak, maaf karena anak kami sudah membuat gaduh, jadi kami memilih menikahkan mereka saja."

"Iya iya iya."

Hey, kukira mama akan membantuku mengurus masalah ini, kenapa mudah sekali pasrah, ini sangat membuatku terkaget.

"Ha! Ma, mana bisa ma, ini cuma kesalah pahaman, mana mungkin aku mau menerimanya." Ucapku.

Kami berdiskusi bersama.

"Kamu terima saja ya nduk, mau gimana lagi, kan kita tidak punya bukti."

"Iya, kalian tenang saja, kami akan membantu kalian belajar membangun keluarga kok." Ucap bu Andin.

Aku sejak kepergok cuma bisa bingung dan resah, karena aku biasanya orang yang gak pedulian, jadi aku tidak bisa memberi kata-kata di saat seperti ini, aku bukan orang yang pandai menolak, meskipun membuatku stres sekalipun.

Aku garuk-garuk kepala dengan kasar meskipun tidak gatal, membuat rambutku berantakan karena memang aku tidak pernah pakai jilbab, dengan terpaksa aku menerima desakan ini.

"Haaaa!!! Iya iya ah."

"Oke, nanti menikah secara agama dulu, karena kalian belum punya KTP, jadi kedua pihak telah sepakat kan." Ucap orang satpam.

"IYYAAA!" Dengan kesal aku berteriak.

Setelah itu kami dibawa pergi, aku tidak tau kami mau dibawa kemana, jadi aku cuma ikut dengan terpaksa.

Tanpa kusadari mama sama bu andin sedari tadi asik ngobrol, aku tidak dengar apa yang mereka katakan karena mereka jauh di belakang.

"Andin, sudah lama ya kita gak bertemu, eh, ketemu langsung jadi besan, hihi."

"Iya Des, aku gak nyangka, ternyata dia anakmu, haha."

"Iya lho, sebenarnya aku tau kalau mereka tidak mungkin melakukanya, tapi kalau itu anakmu mah gak papa mereka menikah muda, kita bisa bergantian merawat mereka sampai mandiri ya kan."

"Iya, oh kata rizal kamu pernah datang ke restoku ya, maaf waktu itu aku sedang pergi, jadi gantian sma rizal, haha."

"Iya, gak papa, haha, yang penting kan kita sudah ketemu kan."

"Iya, haha, kapan-kapan kalau ke pasar lagi mampir ke restoku ya, haha."

"Ntar makananmu ludes gimana, haha."

"Santai mah sama besan sendiri, haha."

"Oke dah, gak sungkan aku, haha."

"BTW, kan mereka baru mau nikah siri, kira-kira kapan kita akan meresmikan mereka, haha."

"Haha, pikir nanti saja, mungkin setelah mereka lulus SMA."

"Haha iya, tapi masih tiga tahun ya, haha."

"Haha, iya, mereka sih, bikin salah paham, biar mereka tau rasa kan ya, haha."

"Hahahaha iya."

"Oh iya, kan sebentar lagi mereka jadi suami istri nih, jadwal kita ngajar mereka gimana, kesepakatan, haha."

"Gini aja, seminggu mereka di rumah kamu, terus seminggu dirumahku, gimana, haha, adil kan."

"Oke, haha, kita harus didik mereka habis-habisan sebelum mereka bisa mandiri."

"Bener tuh, haha."

"Eh tapi des, anakmu tadi keknya marah banget dah, sampe teriak-teriak, haha."

"Iya no, tapi kok anakmu kaya seneng gitu sih, apa rizal memang suka sama gustin ya, haha."

"Kayaknya sih emang gitu, rizal mau jadi pahlawan untuk gustin keknya, tapi malah jadi bencana, haha."

"Oke I'M fine, bencana, bencana yo, neng nong neng, haha."

"Hahahaha."

"Hahahaha."

Disaat desti dan andin sedang asik ngobrol, rombongan yang sudah didepan mulai teriak.

"Hey, kalian kalau jalan cepetan dong, keburu malam ini, kapan mau nikah kalau kalian santai sekali." Ucap para suami.

"Jangan buru-buru atu, besok gak papa, kan kita butuh persiapan, lagian chapter ini sudah ribuan kata." Ucap bu desti.

"Iya, nikahnya besok saja, kita hari ini diskusi dulu untuk persiapanya, lagian rizal pasti belum siap tuh ngucapin qabiltu." Ucap bu andin.

"Mm benar, benar, sekalian nunggu para pembaca like sama subscribe dulu gak sih, masa chapter sebelumnya sepi mulu."

.

Di lain tempat, di sebuah kamar terlihat seorang gadis yang sedang ngalamun.

"Kira-kira si gustin gimana ya di kamar mandi, lagian sok banget si jadi cewek, mampus kan kau."

.

.

.

Bersambung....

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang