Aku pulang diantar oleh Resti karena katanya mereka masih mau main di rumah Lilis dan Lilis mau masak.
Sesampainya di rumah resti langsung balik ke rumah Lilis, sedangkan aku masuk ke rumah dengan masih terbayang telfon dari mama.
"AGUSTINA WULANDARI! dari mana saja kamu" Ucap mama sambil menyilangkan tanganya.
"Ada apa si ma, ini kan belum jam delapan, biasanya pulang jam sepuluh juga biasa saja."
"Ada apa ada apa, kamu itu sekarang anak gadis, jadi tidak boleh pulang malam-malam, apa kata tetangga kalau kamu begini, untung saja kamu tidak diculik atau pria yang nakal sama kamu."
Tatapan mama saat ini tidak seperti biasa, entah kenapa mama terlihat sangat mengintimidasi membuatku tidak berkutik.
"Udah sana ditungguin papa di meja makan."
"I iya."
Aku masuk ke rumah dan ganti pakaian, tentu dengan pakaian baruku meskipun terpaksa karena pakaian lama sudah tidak ada di lemari.
Setelah itu aku makan bersama keluargaku, tentu saja aku masih di introgasi.
"Tadi dari mana kamu."
"Dari rumah temen kok ma."
"Cowok?"
"Nggak kok, mereka cewek."
'Pengen si punya temen cowok, tapi kesel kalau deket mereka bukanya berteman tapi gombalan mulu yang ada.' Bayangku.
"Bener? Nanti kamu berteman dengan cowok nakal kan bahaya."
"Bener deh ma."
"Udah udah ma, mending kalian makan saja, lagian tina baik-baik saja kok." Ucap papa.
"Huuuh."
'Papa terbaik.'
Setelah makan aku berenjak untuk mandi.
"Huuuh, sejak kapan mama jadi galak gitu ya, nggak lagi deh."
Ketika sedang mandi aku sering kali memandangi tubuhku yang sudah berubah, memakai pakaian dalam gini rasanya agak gimana gitu, aku merasa seperti orang mesu*.
Setelah mandi kuganti dengan baju tidur dan segera tidur.
.
Esok hari aku bangun pagi karena dibangunkan oleh mama.
"Tin, gustin, bagun nduk."
"Mmm, masih gelap ma."
"Udah subuh ini."
"Oaaam."
Aku bangun kemudian mengambil wudhu, setelah itu aku mencari pakaianku.
"Ma, sarung sma peciku dimana y."
"Buat apa, pakaian lamamu sudah mama sumbangin semua."
"Lah terus aku gimana."
"Kok gimana, pakai mukena lah, kemarin kan sudah beli."
"Deg." Di pagi hari ketika aku masih mengumpulkan nyawa aku ketiban sebuah fakta serius.
Aku garuk-garuk kepala dengan keras meskipun tidak gatal.
'Emang boleh? Emang boleh? Emang emang boleeeeh?."
"Serah dah."
Aku segera memakai mukena daripada kelamaan ditunggu oleh papa, setelah itu kami sholat berjamaah.
Setelah sholat aku niatnya mau berbaring lagi, namun dicegah oleh mama.
"Nduk, mau kemana, sini bantu mama masak."
"Mmm, iya."
"Kamu harus terbiasa dengan ini, jangan sampai nanti kamu cuma bisa ngerepotin suami kamu."
"Aaah mama, padahal belum lama papa ngajarin agus biar jadi imam yang baik."
"Agus biarlah agus, kamu kan bukan agus lagi, mulai sekarang kamu harus belajar untuk jadi istri yang baik dan berbakti."
"Iya iya deh ma."
"Nanti habis masak kamu nyuci pakaian ya, mama mau nyapu."
"Iyaaa." Pengen ku kesal, tapi ini adalah mama yang sudah berjuang membesarkanku.
"Hahaha." Tawa mama.
Pagi hari kujalani sesuai apa yang di perintahkan mama, semua itu selesai jam enam pagi, setelah selesai semua aku mandi kemudian ganti seragam sekolah.
Tidak seperti pakaian dalam, kalau cuma rok mah aku nyaman saja, rasanya cuma kaya pakai sarung.
"Make up?"
"Nggak nggak, sesat itu mah."
Setelah bersiap-siap aku turun untuk makan bersama keluarga kemudian pergi ke sekolah.
Sebelum jam pelajaran dimulai aku ngumpul dulu bareng Lilis, resti dan juga afti.
"Gimana kemarin, keknya mamamu marah tu."
"Iya no, ngeri pokoknya."
"Terus gimana, nanti kita mau ngerujak di rumah resti kamu ikut gak."
"Tapi sebelum maghrib aku harus pulang."
"Oke mah kalau begitu, lagian sekolah pulang jam dua masih sisa waktu banyak."
"Oke."
Sekolah kujalani seperti hari kemarin, namanya juga sekolah pasti membosankan.
Hari ini seragamku sudah ada, jadi besok aku tidak perlu memakai seragam bekas milik mama.
Pulang sekolah seperti yang direncanakan aku ikut kawanku ke rumah resti untuk rujakan, uh kaya orang lagi ngidam gak si, aku lihat mereka rasanya getir sendiri.
.
.
.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Agus tapi Agustina
Romance"Ma, aku gak mau jadi cewek." itulah masa depanku. Sebelumnya namaku Agus, ketika SD aku dibuat mainan sma mamaku, aku didandani seperti anak cewek, dipakein rok dsb. ketika smp aku tau apa yang dilakukan mamaku adalah buruk, jadi aku sering marah-m...