Chap 23. Demam

479 32 2
                                    

Kami sampai di rumah sore hari dengan keadaan basah karena hujan masih deras, sia-sia pakai jas hujan kalau udah basah duluan.

Sampai di rumah kami dicegat mama andin yang melotot sambil menyilangkan tangan.

"Assalamu'alaikum, eh mama."

"Wa'alaikumsalam, enak ya hujan-hujanan."

"Hehe."

Bingung dengan apa yang akan kami katakan sampai mama menarik telinga kami.

"Aduh ma, sakit."

"Tau sakit, kalau deman gimana coba, kalian ya, udah besar masih hujan-hujanan."

"Gustin itu ma, rewel soalnya."

"Eh, kok nyalahin aku sih."

"Sana mandi."

"Iya ma."

Kami pun segera menuju kamar mandi, aku di kamar mandi privasi, sedangkan rizal di kamar mandi bersama.

Setelah selesai mandi kami ganti pakaian kemudian makan, untung saja pas aku selesai mandi ternyata rizal sudah selesai ganti baju.

Saat sedang makan kami ditanya mama.

"Kalian dari mana."

"Dari mall ma, soalnya pakaian gustin cuma dikit."

"Emang pakaiannya gak dibawa semua, kan kalian besok jatah pindah rumah."

"Pakaianku memang cuma dikit ma, jarang beli soalnya."

Setelah selesai makan kami menuju kamar untuk sejenak mengerjakan PR bersama.

"Bantuin dong, kamu kan pinter." Ucapku.

"Iya."

Setelah selesai dengan PR kami pun tidur.

.

Esok hari rizal bangun dulu kemudian membangunkan gustin.

"Tin bangun, hey." Ucap rizal sambil menggoyangkan badan gustin.

"Mmm."

"Bagun, dah subuh ini."

"Mmm, ak hu ma u ti dur."

"Hey."

"Mmm."

Seolah melihat hal tidak biasa, rizal mengecek dahi gustin dengan tanganya, kemudian dengan dahinya.

"Kamu demam."

"Mmm."

Rizal mulai resah melihat gustin yang tidak bersemangat, gustin yang biasanya suka ketawa atau galak kini terlihat pucat.

"Bentar ya."

Rizal kemudian lekas bangun dan menuju dapur, disana sudah ada mama.

"Ma, makananya sudah siap belum, soalnya tina demam."

"Tuh kan apa mama bilang."

"Ih ma, gustin lagi sakit lho."

"Iya iya, kamu sholat sama persiapan dulu aja, biar mama yang siapin makan sama obatnya."

"Tapi kan ma, nanti gustin sendirian."

"Udah sana, gustin bukan anak kecil lagi."

"Iya deh."

Rizal buru-buru sholat, dan setelah itu langsung bersiap dengan sekolahnya, semua ia lakukan dengan cepat agar bisa langsung melihat gustin.

Sampainya di kamar ternyata mama baru saja selesai masak.

"Lho cepet banget." Tanya mama.

"Cukup kok, sini ma biar aku saja yang suapin gustin."

"Yaudah ini" Mama menyerahkan sepiring makanan kemudian pergi untuk urusannya sendiri.

Rizal menerima makanan dari tangan mama andin kemudian menyuap gustin.

"Sayang, bangun dulu ya, makan ini nanti minum obat."

"Gam mau, gak lapar."

"Dikit aja."

Rizal membantu tina duduk kemudian menyuap beberapa sendok makanan.

"Udah kenyang."

"Yaudah ini obatnya,  mungkin nanti sore dah sembuh kok."

"Mmm." Gustin pun makan obat yang diberikan.

"Yaudah kamu istirahat aja nanti aku yang mintain ijin, aku pergi dulu ya."

"Iya."

Sebelum pergi rizal mengecup kening gustin terlebih dahulu, dan gustin hanya diam karena  memang tidak bertenaga, setelah itu rizal pun pergi.

.

Waktu berjalan terasa cepat, dan ketika aku membuka mata ternyata sudah sore.

"Usah sore kah, ternyata selama itu aku tidur."

Aku menyibakkan selimut kemudian bangun, aku menoleh kanan kiri ternyata sudah ada rizal yang duduk tertidur di sampingku, bukan cuma itu, aku melihat ada boneka beruang besar yang duduk di sampingku.

"Itu kan boneka yang aku pengen."

Seketika aku merasa senang dan terharu, ternyata rizal membelinya juga untukku.

Entah ada dorongan dari mana, tanganku mengusap kepala rizal, dengan senyum aku berkata.

"Terimakasih mas, hehe."

Namun tak kusangka tiba-tiba tangan rizal bergerak cepat memegang tanganku, aku pun terkejut hebat sampai hampir saja menamparnya.

"Hyaaa!!!"

"Tidak baik lho memegang kepala suamimu."

"Apaan si, lepasin, aku laper mau makan."

"Emang kamu udah baikan? " Tanya rizal.

"Udah."

"Baguslah." Rizal pun tersenyum dengan ucapanya.

Oh, melihat senyumannya aku merasa mau meleleh, karena tidak kuat aku pun buang muka.

"Yaudah ayo." Ucap rizal.

"Lepasin dulu dong tanganmu."

"Iya iya ni dah lepas, oh iya, karena besok kita mau pindah aku tadi sudah siapin semua kebutuhan kita."

"Mmm, makasih."

.

.

.

Bersambung...
Vote uyy.. Biar ane semangat

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang