13. Tragedi

845 34 5
                                    

Waktu kecil, hari-hariku sama seperti anak pada umumnya, tapi kehidupanku berubah setelah masuk SMP.

Aku termasuk anak orang kaya, papaku punya perusahaan sendiri, aku kurang paham apa itu, terus mamaku juga punya resto sendiri yang sudah besar, mobil motor mah berjejer, aku tinggal makai kalau mau, namun itu semua membuat hidupku suram.

Papaku sering sibuk dengan urusan perusahaan, tidak beda dengan mamaku, aku di rumah palingan sama ART wa sulis, kalau di sekolah ada temen si cuma gak sampai lima.

"Wa, papa sama mamaku belum pulang ya."

"Belum nak." Ucap wa sulis.

Karena jarang punya momen sama keluarga, aku dirumah sering bikin ulah, ohya, di sekolah aku juga sama karena papaku kan guru juga, jadi sering tuh caper di sekolah dengan bikin rusuh, namun itu justru membuatku jarang punya teman, ada yang bilang mentang-mentang anak orang kaya lah, ada yang bilang apa lah itu lah.

Aku juga sering bolos sekolah biar papaku tau, tapi kalau ngaji mah selalu berangkat dua kali sehari dong.

Sejak itu aku pindah haluan, kalau cowok gak mau berteman bagaimana dengan cewek, ternyata aku punya beberapa teman cewek, gak tau apa itu karena hartaku atau ketampananku aku gak peduli, namun ternyata itu membuat masalah baru.

"Itu cewek gue bgnast."

"Sapa juga yang ambil cewek lu P A."

Aku kadang berantem karena dikira ngerebut cewek orang lain, atau membuat para cewek ribut karena, eeeee, apa sih aku gak tau.

Di saat hidupku serasa lagi di puncak kesuraman, orang tuaku baru menyadari itu, bagaimana tidak, anak sekecil itu berkelahi dengan mahfud.

Menjelang kelulusan SMP mereka mulai perhatian padaku, sejak itu aku merasa kembali pada keluargaku, aku juga sering membantu mama di resto setiap libur, meskipun tidak untuk temanku.

Kehidupan itu membuatku hanya fokus pada masalah keluargaku, sampai aku berbeda dari anak pada umumnya, yaa, aku telat puber.

Kejadian aneh terjadi ketika baru seminggu masuk SMA, pertama kali masuk kelas aku lihat teman sekelasku banyak dari mereka yang satu SMP denganku jadi aku bosen lihat mereka, namun tak kusangka ada murid yang telat masuk.

"Pak adit tolong dia ya, ini anaknya raji." Kulihat papaku membawa cewek, pandanganku tak bisa lepas darinya, baru kali ini hatiku bergetar.

Sesudah dia masuk, lho lho, dia mau duduk di sebelahku, seketika dadaku sesak, jantungku melebar.

"Cieee." Sekelas bersorak bahagia padaku, terimakasih bro.

Kemudian setelah itu ada perkenalan, pak adit salah mendengar nama agustina sabagai agus, itu lucu bagiku.

"Gus, agus, sini duduk samaku lagi, kok gak jadi."

"Ciee."

Tiba juga untukku berkenalan.

"Namaku rizal, terserah kalian mau panggil aku apa, tapi untuk anak yang tadi duduk di sebelahku boleh panggil aku mas kok."

Ucapanku membuat muka gustin bete, kesel, cemberut, marah, hahaha itu membuatku senang, entah kenapa itu membuatku candu untuk menggodanya.

Suatu hari aku harus ikut rapat osis, namun seperti biasa aku harus menggoda gustin dulu biar asik, karena dia menolak ajakanku akupun memilih rapat osis, aku tidak mau terlalu memaksa, karena meskipun ketika dia marah terlihat imut tapi aku tidak mau kalau sampai aku di blacklist dari hidupnya.

Pulang dari rapat osis aku gebelet toilet, jadi aku kesana dulu, setelah dari toilet kulihat sekolah sudah sangat sepi, mungkin hanya penjaga sama beberapa guru karena hari sudah sore, namun aku mendengar sebuah teriakan dari toilet cewek.

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang