Chap 19. Haruskah Berakhir

553 30 8
                                    

'Hadeh, gimana ini.'

Di dalam rumah, aku keringat dingin memikirkan apa yang akan ditanyakan kawanku dan juga apa yang akan kujawab, apa mama andin akan membantuku aku tidak tau.

"Sejak kapan bude punya anak lagi?" Tanya Lilis, resti dan afti cuma diam mendengarkan.

'Plis ma, jangan kasih tau mereka.' Batinku.

Aku terus melirik mama agar mama tidak memberitahukan masalahku pada mereka.

"Tenang saja, mereka berhak tau kok." Ucap mama.

"Eh ma, jangan lah ma." Pintaku.

"Eeh, kau mau main rahasia sama kami ya, apa kau tidak percaya sama sahabat sendiri."

"Mmm."

"Udah, kamu ambilkan minum untuk mereka, biar mama saja yang bicara." Ucap mama.

Sebagai menantu yang baik aku pun pergi meninggalkan mereka untuk mengambil minum.

"Haah, gini amad ya, siapa sangka lilis itu sepupunya rizal."

Aku membuat lima minuman, kemudian membawanya ke ruang tamu.

Sesampainya di ruang tamu kulihat kawanku cuma senyum-senyum, entah apa yang dikatakan mama andin.

"Wiih, selamat ya kak, semoga langgeng, hihi."  Ucap Lilis.

"Tenang saja, kami bisa jaga rahasia kok, yakan."

"mmm."

Aku tidak bisa berkata lagi, biarkan saja mereka menikmatinya, toh aku sudah fine fine aja.

"Jangan panggil aku kak." Ucapku.

"Kalau begitu mbak."

"Nggak."

"Yaudah kak aja."

"Ish kau ya."

"Haha."

"Pantesan tiba-tiba hari ini pakai jilbab ke sekolah, ternyata sudah punya imam sendiri ya, hihi."

Setelah sedikit perbincangan itu kami main seperti biasa, hanya saja tidak masuk ke kamarku, katanya tidak boleh masuk kamar teman yang sudah menikah tanpa izin suaminya, ribet dah, jadi kami hanya nobar di ruang tamu.

Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak sadar sore pun datang, akhirnya sang benalu pun pergi.

"Kami pamit ya bude, pamit ya kakak tina."

"Agh, iya, tapi di sekolah jangan panggil aku begitu. " Aku garuk-garuk kepala meski tidak gatal.

"Iya iya, oh btw kakak lebih cantik lho kalau pakai jilbab." Lanjutnya.

"Iya iya, aku pakai terus kok."

Setelah itu mereka pergi, dan kini di rumah tinggal aku sama mama karena papa bowo dan rizal masih belum pulang.

"Aku mandi dulu ya ma."

"Iya."

Aku menuju kamar mandi, di cermin kulihat diriku yang memakai jilbab, aku teringat ucapan lilis sebelum dia pulang.

"Emmm, cantik ya." Kucoba membenah jilbabku, kuatur berbagai model, kuamati diriku di cermin membuatku blushing sendiri.

"Dah ah, mandi saja."

Aku mandi tanpa hambatan, kupikir ini adalah tubuhku sendiri jadi aku tidak berpikir aneh meskipun diriku adalah tipeku ketika aku masih laki-laki.

Setelah mandi aku kembali memakai pembalut karena masaku belum habis.

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang