Chap 21. Jalan-jalan Skuy

541 36 3
                                    

Perkara sabun bolong aku tidak memperpanjang itu, kasian juga rizal, cuman aku minta dia beli lagi yang baru.

Esoknya di hari Jum'at, seperti biasa hari ini sekolah pulang lebih awal karena yang laki-laki mau jum'atan, aku di rumah hanya diam-diam iri melihat rizal sama papa bowo mau jum'atan.

"Kok sedih gitu, masih memikirkan pacarmu itu ya." Tanya rizal.

"Aku pengen jum'atan juga." Yah, aku memang masih sedih memikirkan sari, tapi ada alasan lain untuk hari ini.

"Kamu kan perempuan masa jum'atan."

"Tapi kan sunah buat perempuan."

"Iya si, tapi masjidnya kecil, hanya cukup untuk laki-laki, kalau ada perempuan yang jum'atan ntar laki-lakinya tidak kebagian tempat."

"Haah, kenapa aku jadi perempuan segala ya." Keluhku.

"Eh tidak boleh ngomong gitu, pria wanita punya keistimewaan masing-masing, kamu juga harus bersyukur karena cuma perempuan yang bisa hamil."

"Mana bisa gitu cok."

"Bisa lah, kalau kamu mau aku bisa buatin kok." Ucap rizal yang membuatku teringat kejadian kemarin.

"Bodoh, dasar mesu, sana pergi saja, papa sudah berangkat dari tadi." Ucapku dengan pipi merah.

"Iya iya, tapi kamu jangan sedih terus ya, nanti kuajak kamu belanja dah, kan kamu cuma bawa sedikit pakaian."

Aku mengingat itu, bukanya bawa sedikit tapi memang cuma punya sedikit, jadi aku iyakan aja, lagian aku memang sedang butuh refreshing.

"Bener ya, janji ya."

"Iya, apa si yang tidak untuk istriku."

"Bodoh! sana pergi." Ucapku dengan pipi yang semakin merah.

Akhirnya rizal pun pergi, kini tinggal aku sama ART di rumah, karena mama masih di resto.

'Aaagh, kenapa aku tersipu sama ucapannya, aku masih sehat kan yak.'

Aku sedikit frustasi dengan tingkahku akhir-akhir ini, aku seperti tidak mengenal diriku lagi, jadi aku cuma bisa menepuk kedua pipiku yang merah.

"Apa rizal memang sudah pengen ya, tadi kan secara tidak langsung dia minta anak, apalagi dengan sabun bolong itu."

Dengan tenang aku berfikir.

"Bodo ah, biar saja dia bikin anak sama sabun."

Hari ini rizal berjanji mau belanjain aku, jadi aku bersiap-siap dulu sebelum rizal pulang jum'atan.

Aku melakukan perenggangan sebentar, kemudian dilanjutkan mandi.

"Kok lama bener dah masaku, udah berapa liter aja darahku keluar."

Setelah mandi aku memakai pembalut dan dilanjut ganti pakaian di kamar.

Kupilih-pilih pakaian yang cocok kupakai sekarang, mmm, hanya ada dress panjang jadi kupakai itu, ketika aku hendak pakai jilbab, aku melihat make up di atas meja yang belum pernah kupakai.

"Pakai gak ya, kalau pakai kan malu, tapi kalau tidak pakai nanti mubazir, pilihan macam apa ini, rugi dong."

Setelah banyak pertimbangan akhirnya aku pakai juga, bisa mah kalau sedikit, kan pernah diajarin sama mama desti, setelah pakai make up sekarang tinggal pakai jilbab.

"Dah beres." Ucapku dengan bangga sambil menatap cermin, namun ketika sedang menikmati cermin aku terkejut mendengar suara orang di belakangku.

"Cantik kok."

"Haa!!!"

"Kau ya, seneng banget si bikin aku kaget."

"Kamunya aja yang asik sendiri sama cermin."

"Kok cepet banget jum'atanya."

"Cepet apaan, ini sudah jam satu."

"Lho kok, perasaan tadi baru jam 12."

"Itu karena kamu asik sendiri sama cermin, untung saja aku gak perlu nungguin kamu dandan."

"Apaan si, padahal cuma bentar."

"Iya iya nonaku, sekarang kita tinggal berangkat kan."

"Iya."

Setelah sedikit pertukaran argumen kami pun berangkat belanja naik motor, mmm, aku sih mintanya ke mall, masa udah cantik gini ke pasar loak, kan sekalian mau refreshing.

'Eh, bukanya ini namanya kencan ya.' Pikirku.

'Bodo ah, aku cuma mau peras dompet rizal, hihi.'

"Pegangan, ntar jatuh kalo gini."

"Iya iya."

.

.

.

Bersambung....

Bukan Agus tapi AgustinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang