Sagara menggiring Parta bertarung di dekat jembatan. Dapat dikatakan bahwa ilmu kanuragan Sagara sedikit lebih unggul dibandingkan Parta, mengingat Sagara telah mengolah ilmu kanuragannya semasa terkurung di Guha Dhawahan selama tujuh tahun. Walaupun begitu, tak lantas membuat Sagara lebih mudah mengklaim kemenangan atas Parta, sebab kepala pengawal Mahesa begitu gigih dalam membalaskan dendamnya.
Di sisi lain—di depan pintu gapura kedaton—Abinawa dan Mahesa bertarung dengan sengit. Ledakan-ledakan energi spiritual tercipta di antara keduanya. Kedua saudara tiri itu melayangkan ajian-ajian untuk saling menyerang. Tak ada satupun yang bertahan. Jelas bahwa keduanya menganggap pertarungan ini sebagai keputusan hidup mati mereka.
Abinawa mulai memainkan keris Amrta dan Mahesa pun mengeluarkan keris Kolojingga yang akan mengeluarkan cahaya jingga nan menyilaukan saat bergesekan dengan keris lawan. Abinawa mengetahui kelebihan senjata pusaka Mahesa, tapi tetap saja saat itu dia lengah sehingga Mahesa berhasil memukul perutnya. Tepat di bagian lambungnya.
Abinawa meregangkan kedua kaki, menahan tubuhnya agar tidak terpental lebih jauh lagi ke belakang. Tubuhnya pun roboh dengan ditahan satu tangan. Darah tersembur dari mulutnya. Pukulan Mahesa telah berhasil menimbulkan sedikit kerusakan pada organ dalamnya.
"Selama tujuh tahun aku berusaha keras melatih ilmu kanuraganku, bersiap untuk mengahadapi hari ini. Tapi apa yang telah kau lakukan selama tujuh tahun terakhir, Abinawa?" Mahesa memasang wajah arogan bersamaan senyum yang mencemooh. "Kau hidup layaknya orang bodoh. Mengurung diri dalam keterpurukkan hanya demi menunggu seorang perempuan. Kau benar-benar tidak berguna, Abinawa. Kau tidak layak menjadi seorang pemimpin."
Abinawa menegakkan tubuhnya. Meludahkan sisa darah yang terasa asin di dalam mulutnya. "Benarkah aku sebodoh yang kau kira? Saat kau sibuk mewakili tugas-tugasku di luar kuthanagara, apakah kau tahu apa yang aku lakukan saat itu?"
Abinawa pun mengungkapkan kebenarannya. Dia memang sengaja meminta secara khusus pada Sri Maharaja II agar mewakilkan semua tugas di luar kuthanagara kepada Mahesa. Beruntung baginya sebab kesehatan menjadi satu-satunya alasan yang paling dapat diterima oleh Sri Maharaja II. Akan tetapi, bukan itu yang menjadi alasan sebenarnya Abinawa bertindak demikian.
Sebenarnya Abinawa mengerti bagaimana sulitnya posisi Mahesa yang selalu dibayangi kesalahan ibundanya. Abinawa pun dapat menangkap setiap ucapan dan goresan mikro ekspresi di wajah Mahesa yang menyiratkan kebencian yang teramat dalam. Dia sudah dapat menduga bahwa suatu saat nanti, Mahesa akan melakukan sesuatu yang mungkin tidak akan pernah dapat dibayangkan oleh siapapun. Mengambil kembali apa yang seharusnya dia miliki mungkin saja akan menjadi rencana utamanya. Takhta dan Anatari.
Oleh sebab itu, Abinawa memilih bertugas di wilayah Bhumi Javacekwara. Dia terjun langsung ke dalam lingkungan masyarakat. Membantu mereka yang membutuhkan dan kesusahan. Menanggulangi bencana alam, dan mengatasi tersebarnya wabah penyakit aneh yang membunuh setengah populasi penduduk Bhumi Javacekwara. Rencana Abinawa pun berhasil. Dia menjadi Yuwaraja yang dicintai rakyatnya.
Itulah tujuan Abinawa, mendapatkan simpati dan dukungan rakyatnya. Dia ingin memanfaatkan kekuatan rakyat sebagaimana yang telah dipelajarinya dari kitab-kitab Nagari Timur.
Mahesa terdiam. Dia teringat saat Abinawa meninggalkan Bhumi Javacekwara. Kala itu, seluruh penduduk kuthanagara berlutut memberikan hormat mereka, termasuk prajurit Bhumi Javacekwara, serta pejabat tinggi yang berpihak padanya. Duka mendalam pun menyelimuti Bhumi Javacekwara dalam waktu yang cukup lama. Untuk memulihkan kekacauan yang Abinawa ciptakan, Jiera dan Mahesa harus bekerja keras dalam membangun citra Mahesa sebagai penerus takhta yang pantas. Akan tetapi, mereka tidak pernah berhasil sepenuhnya.
Tangan Mahesa mengepal erat. Dia tersenyum mencemooh. "Tidak kusangka, kau begitu licik, Abinawa."
"Sayangnya, aku tidak selicik kalian. Aku hanya beruntung. Sedikit lebih cerdik dalam memprediksi pergerakan lawan," sanggah Abinawa dengan sedikit kebanggaan. Sikapnya saat ini sedikit mirip dengan Anatari.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 2) Pertarungan Terakhir di Bhumi Javacekwara (END)
Fantasy🍃Terimakasih WattpadFantasiID yang telah memilih PTDBJ masuk ke dalam Reading List January 2024🍃 🍃🍃🍃 Tujuh tahun telah berlalu, tetapi rumor tentang Anatari dan Abinawa masih saja berkembang. Anatari bangkit dari kematian untuk menjalankan kemb...