Dingin.
Anatari merasakan ujung jarinya langsung menyentuh air. Ajaibnya, air itu tidak tumpah.
Tiga pasang mata menatap rakus lingkungan tempat mereka berada. Air membentuk kubah tinggi di atas kepala. Menciptakan ruangan bundar beralaskan pasir coklat dan batuan kali beragam ukuran. Di belakang mereka terowongan air memanjang dengan ujungnya yang bercahaya terang.
"Kita pergi ke sana," tunjuk Geni
"Ayo!" sahut Anatari.
Geni memimpin jalan Anatari dan Abinawa. Melewati bebatuan besar yang licin dan mengkilap berwarna abu gelap.
Anatari menatap takjub ikan-ikan yang berenang di atas kepala dan di kedua sisinya. Pemandangan fantastis ini menghipnotis netranya. Bias cahaya sang surya terlihat samar di atas permukaan air biru saphir sebening kaca, memperlihatkan arus air yang bergerak tenang. Dedaunan yang gugur layaknya perahu yang berlayar melintasi samudera. Akar pohon menggantung menyerupai tangan-tangan raksasa yang kurus dan bengkok.
"Aku tidak pernah membayangkan ada tempat seindah ini," ucap Anatari.
Abinawa memberikan senyuman sebagai responnya. Fokus pria itu tertuju pada apa yang tersembunyi di balik cahaya. Seperti apa rupa benda keramat yang diinginkan Anatari?
Geni melangkah lebih dulu masuk ke dalam cahaya disusul keduanya. Silaunya cahaya membuat keduanya menutup mata. Begitu kelopak mata keduanya terbuka, sebuah tempat baru menyambut di sepanjang jangkauan indra penglihatan mereka.
Hamparan lautan luas. Deburan gemuruh ombak. Angin laut yang lembab. Bumantara biru cerah. Cuaca terik. Tempat asing itu menyambut kedatangan ketiganya yang terpaku di tepi pantai berpasir putih.
"Geni, sekarang kita harus bagaimana?" tanya Anatari.
"Kau masih merasakan getaran energi siluman harimau?" tanya Abinawa.
"Energinya memenuhi tempai ini. Kurasa, inilah tempatnya," jawab Geni.
"Kita berpencar?" tanya Anatari tak sabar.
"Entahlah. Aku tidak bisa ambil resiko di tempat asing ini," tutur Geni.
Auman seekor kucing besar terdengar dari kejauhan. Anatari, Abinawa, dan Geni merapat waspada.
"Sepertinya Tuan Rumah akan segera menyapa," ucap Geni.
"Keberadaan benda itu masih belum jelas. Apa kita akan berpencar? Atau tetap berada di sini menunggu sesuatu terjadi?" tanya Anatari.
"Kita berpencar," saran Abinawa.
"Kurasa itu bukan ide yang baik." Geni berujar terlambat sebab Abinawa dan Anatari telah menjauh ke arah yang berbeda. Meninggalkan sang naga sendirian.
Geni menatap lautan di depannya. Auman harimau kembali terdengar kencang dan mengancam dihantarkan udara yang bergerak ke seluruh penjuru tempat yang dipenuhi aura mistis ini. Geni mengarahkan langkah kakinya menuju lautan, melawan ombak yang datang silih berganti menerjang ke arahnya. Dia merasakan sesuatu yang memintanya untuk terus maju menuju ke tengah lautan. Dia terperanjat, merasakan sesuatu menarik kakinya di dalam air. Tubuhnya tercebur digulung ombak. Dia meronta dari apapun itu yang berniat untuk mencelakainya. Kepanikan semakin menguasainya sebab dia tidak bisa berubah ke wujud aslinya.
Di tempat lain, Abinawa yang telah berjalan jauh menyusuri tepi pantai, dihadapkan pada luasnya perairan yang mengelilinginya, mengepungnya yang bediri di tengah pulau kecil. Terasa sangat terasing.
"Abinawa."
Abinawa memutar tubuhnya, mencari-cari seseorang yang memanggilnya dengan nada kasih sayang yang penuh kerinduan. Saat itulah Abinawa menyadari bahwa lingkungannya telah berubah tanpa dia sadari. Mengasingkannya dari Anatari dan Geni yang tidak nampak lagi keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 2) Pertarungan Terakhir di Bhumi Javacekwara (END)
Fantasia🍃Terimakasih WattpadFantasiID yang telah memilih PTDBJ masuk ke dalam Reading List January 2024🍃 🍃🍃🍃 Tujuh tahun telah berlalu, tetapi rumor tentang Anatari dan Abinawa masih saja berkembang. Anatari bangkit dari kematian untuk menjalankan kemb...