Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih pada kamu kamu kamu ☺️ yang setia mengikuti cerita Anba (Anatari & Abinawa) dari mulai Book 1 sampai Book 2. Ataupun yang membaca salah satu serinya. Cerita Dwilogi ini (GYTKBJ & PTDBJ) masih memiliki banyak kekurangan dalam berbagai segi, yang mungkin membuat kalian merasa tidak nyaman atau merasa aneh saat membacanya. Aku minta maaf atas segala kekurangan yang masih belum dapat dihindari.
Ini adalah chapter tambahan khusus buat kalian 🫶 Aku pribadi sebenarnya penggemar sad ending 😅 Semoga kalian suka extra chapter yang singkat ini
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Kelopak mata Anatari terbuka perlahan. Langit-langit kamar berwarna putih memenuhi pandangannya. Sinar matahari bersimbah memenuhi ruangan luas dan nyaman tempatnya terbaring di salah satu rumah sakit di kota.
Dia menegakkan punggungnya dengan kasar. Aku kembali. Ini bukan mimpi? Dia meraba seluruh tubuhnya. Tak ada rasa sakit yang terasa. Aku tidak mati? Dia tertegun. Apa yang sebenarnya terjadi?
Anatari mengendap-endap keluar, mencari tahu keadaan di sekitar. Dia berjalan pelan membawa serta tiang infus. Suasana di lorong kamar rawat inap terasa sepi dan sedikit dingin. Anatari terus berjalan menuju ke ujung lorong yang berbelok. Rupanya arah itu membawanya ke pintu keluar area ruang rawat inap. Anatari berinisiatif menghampiri dua orang perawat yang duduk dibalik meja informasi.
"Sudah dua hari, tapi pasien itu masih belum juga sadar padahal tidak ada luka yang berarti," ujar perawat satu.
"Pasien mana yang kau maksud?" tanya perawat dua.
"Karyawan itu, Anatari Kemala kalau tidak salah." Perawat satu berujar dengan nada sinis.
Anatari menghentikan langkahnya.
Perawat dua terkikik geli. "Anatari Kemala? Namanya kuno sekali."
"Aku dengar dari rekan kerjanya yang waktu itu mengantar ke IGD, katanya dia pembawa sial. Salah satu korbannya adalah manager produksi perusahaan. Pasien yang bernama Anzel Wiraguna," ghibah perawat satu.
"Benarkah? Apa yang terjadi pada pria itu?"
"Perempuan bodoh itu ingin melompat dari gedung kantornya. Tapi, pria itu yang berniat menyelamatkannya, justru ikut terjatuh," jelas perawat satu.
Anatari tertegun. Anzel menyelamatkanku?
"Beruntung bagi pria itu tidak mendapatkan luka serius setelah jatuh dari lantai dua. Hanya demi menyelamatkan seorang perempuan yang tidak berharga," sambung perawat satu.
Lantai dua? Bukankah aku melompat dari lantai sembilan belas?
"Kudengar dia akan pulang hari ini," kata perawat dua.
"Dia baru saja meninggalkan ruang rawat inap. Kurasa sedang mengurus administrasi di lantai bawah," info perawat satu.
Anatari melepas paksa jarum infus yang terhubung ke pergelangan tangannya. Rasanya sangat menyakitkan, jauh dari kata keren. Akibat tindakan cerobohnya, darah mengalir dari bekas tusukan jarum suntik. Tapi Anatari tidak peduli. Dia berlari melewati pintu keluar, membuat terkejut dua perawat yang menggunjingkannya.
"I-Itu .... Itu dia!" pekik perawat satu.
Dua perawat itu bergegeas keluar dari balik meja. Perawat dua menengok ke arah lorong.
"Dia mencabut jarum infusnya," kata perawat dua.
"Dia benar-benar bodoh. Cepat susul. Sebelum dia mencoba melakukan hal bodoh lainnya," kata perawat satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 2) Pertarungan Terakhir di Bhumi Javacekwara (END)
Fantasy🍃Terimakasih WattpadFantasiID yang telah memilih PTDBJ masuk ke dalam Reading List January 2024🍃 🍃🍃🍃 Tujuh tahun telah berlalu, tetapi rumor tentang Anatari dan Abinawa masih saja berkembang. Anatari bangkit dari kematian untuk menjalankan kemb...