Abinawa berlutut di hadapan Janardana dan Sagara. "Aku minta maaf, karena keegoisanku telah menjebakmu dalam masalah ini. Aku akui saat itu aku tidak berpikir panjang. Aku hanya memikirkan bagaimana caranya menyelamatkan diri dari rencana kotor yang telah dipersiapkan Romo dan Jiera. Aku tidak memikirkan akibat terburuk yang mungkin akan kau dapat. Aku sungguh menyesal."
Sagara lekas membantu Abinawa berdiri. "Jangan seperti itu, Kangmas. Akulah yang telah lupa akan peringatan yang Kangmas berikan. Tolong jangan salahkan diri sendiri."
Sagara tidak jauh berbeda dengan ayahandanya, rentan terhadap dua hal yang menjadi kelemahan terbesarnya: tuak dan perempuan.
"Semua yang telah terjadi menimpa kita dikarenakan Banaspati." Suara tua dan gemetar keluar dari mulut Jayendra yang melangkah tertatih dari dalam paviliunnya.
Taruna dan Dyah membantu Jayendra mencapai kursi kayu panjang di bawah pohon sonokembang, agar tubuh tuanya yang rapuh mendapat sedikit kenyamanan. Abinawa memberi isyarat pada Sagara agar menuntun Janardana ke kursi yang sama.
"Romo, mari," ucap Sagara.
Janardana duduk di ujung kursi panjang dekat Anatari yang berdiri di sebelah Abinawa. Sagara duduk di sebelah ayahandanya, memegangi punggung Janardana yang tak lagi tegap.
Abinawa berlutut di depan Jayendra. "Kakek, maafkan saya karena tidak dapat membantu penduduk Kertarta. Saya telah gagal dan tidak berguna."
"Selagi kau masih bernapas dan dapat melakukan sesuatu, walaupun hal itu kecil, kau tetaplah makhluk yang berguna," ujar Jayendra. Manik kelabu Jayendra yang telah redup semangat hidupnya, melirik ke arah Anatari. "Maaf. Aku pernah melayangkan tuduhan berat kepadamu. Aku tahu kau kembali ke Kertarta untuk membantu, walau semuanya sudah terlambat. Hingga pada akhirnya kau ikut menjadi korban. Aku sungguh tidak layak dimaafkan."
"Saya tahu saat itu kita semua menghadapi kesulitan masing-masing. Saya juga mengerti bila Kakek berada di bawah tekanan lawan. Itu bukan salah Kakek. Tidak perlu meminta maaf," kata Anatari. "Tapi, bila Kakek tidak keberatan, bisakah memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi di malam itu?"
Manik Jayendra menatap ke kejauhan, pikirannya melayang pada kejadian mengerikan di malam itu.
Pasukan Bhumi Namaini memasuki Keharyapatihan Kertarta tidak lama setelah keberangkatan separuh prajurit pengawal Abinawa yang dipimpin oleh Wiba dan Tambir yang kembali ke Bhumi Javacekwara.
Pasukan Bhumi Namaini yang jumlahnya hampir tiga puluh ribu jiwa, melakukan serangan dengan brutal. Mereka membakar semua bangunan ketika mayoritas penduduk sudah tertidur lelap. Mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang berjatuhan. Penduduk yang berhasil keluar ataupun memang sedang berada di jalanan kuthanagara, langsung ditebas dan disayat, menemui ajal di tempat.
Jayendra dan para prajurit keamanan Kertarta, berhasil membawa sejumlah penduduk kabur menuruni lembah, bersembunyi di dalam guha di salah satu kaki bukit. Namun, Jiera berhasil menemukan mereka dan melancarkan serangan sihir menular. Sebagian penduduk yang usianya masih belia langsung tewas seketika, tak mampu menahan gempuran energi gelap yang bergerak hiperaktif menyerang kesadaran mereka.
Jiera yang mengira semuanya telah tewas, meninggalkan mereka begitu saja, bertumpuk di dalam guha. Jayendra berhasil melarikan diri bersama beberapa prajurit dan segelintir penduduk pria yang memiliki ilmu kanuragan yang cukup mumpuni. Mereka merangkak menaiki bukit. Berjalan cukup jauh menahan sakit yang menyerang sekujur tubuh dan kepala mereka. Di pertengahan jalan, mereka bertemu dengan rombongan pasukan Bhumi Javacekwara di bawah pimpinan Janardana.
Janardana memberitahu bahwa berita penyerangan ke Bhumi Acarya ternyata palsu. Mereka bergegas menuju wilayah Kertarta sebab menerima pesan dari Sagara yang mengatakan bahwa Kertarta diserang.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 2) Pertarungan Terakhir di Bhumi Javacekwara (END)
Fantastik🍃Terimakasih WattpadFantasiID yang telah memilih PTDBJ masuk ke dalam Reading List January 2024🍃 🍃🍃🍃 Tujuh tahun telah berlalu, tetapi rumor tentang Anatari dan Abinawa masih saja berkembang. Anatari bangkit dari kematian untuk menjalankan kemb...