.
.
.
Salsa mengerjapkan matanya dan mencoba mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut Bumi"Lo bercanda ? tanya Salsa tak percaya
"Gue serius, gue cuma mau lo tahu kalau gue nggak pernah main-main sama ucapan gue. Gue tau ini terlalu cepat buat kita yang baru kenal 1 bulan, tapi gue berharap semuanya bisa mengalir apa adanya buat kita, lo pasti juga sadar kan kalau pertemuan kita dari awal itu udah banyak kejutannya, dimulai dari Rumah Disabilitas, Kampus kita yang sama, Orang tua kita yang ternyata sahabatan. Lo juga tahu kan kalau ini bukan sekedar kebetulan, gue anggap ini takdir yang emang udah disiapin buat kita."
Salsa sempat bengong mendengarkan Bumi yang berbicara panjang lebar dan juga kebenaran perihal semua yang Bumi katakan tentang pertemuan, kebetulan atau lebih tepatnya takdir ini.
"Gue nggak tau harus bilang apa, cuman memang ini terlalu cepet buat gue"
"Gue juga nggak minta lo jadi pacar gue, at least gue dapat izin dari lo supaya bisa deketin lo aja udah cukup untuk gue sekarang" terang Bumi menjawab kebingungan Salsa
"Mungkin bisa dimulai dari berteman dulu supaya kita bisa saling mengenal ?" Salsa tersenyum tulus dan mengulurkan tangannya
"Sure, kita mulai semuanya pelan-pelan ya" Angguk Bumi menerima uluran tangan Salsa lalu mencubit hidung Salsa yang memerah karena tangisnya tadi
"Boleh kurangin sedikit nyebelinnya nggak?" Ejek Salsa
"Btw Sal, boleh gue panggil lo Renjana? karena gue suka nama depan lo" Pinta Bumi
Salsa mengangguk dan mengembangkan senyum manisnya
"Manis banget Bangsat" Batin Bumi menyembunyikan kesaltingannya.
Bumi dan Salsa sepakat untuk memulai kembali perkenalan mereka yang sempat diwarnai kekesalan Salsa karena sikap Bumi yang menyebalkan baginya. Salsa juga sudah siap menerima Bumi menjadi temannya, ya setidaknya untuk saat ini. Salsa juga mengizinkan Bumi untuk mendekatinya walaupun ia juga tidak mau terburu-buru karena ini juga pengalaman pertama bagi Salsa, karena sejujurnya Salsa juga sudah memiliki ketertarikan pada sosok Bumi. Liburan keluarga kemarin sudah sedikit banyak membuka hati Salsa tentang bagaimana Bumi dan sikapnya terhadap orang-orang di sekitarnya terutama kasih sayangnya untuk mama dan adiknya. Salsa yakin bahwa Bumi adalah sosok yang baik dan bertanggung jawab.
Bumi juga berjanji akan mengurus orang-orang yang sudah membuat Salsa menangis tadi. Ia juga meminta maaf kepada Salsa atas sikapnya yang menyebalkan, Bumi mengakui bahwa ia hanya tidak pandai mengekspresikan perasannya sehingga ia akan menunjukkan sisi menyebalkannya tersebut ke orang-orang terdekatnya. Dan baru Salsa lah wanita selain keluarganya yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Bumi. Karena sebelumnya ia adalah tipe yang cuek dan dingin terhadap wanita. Seperti yang Aro katakan sebelumnya bahwa karena sifat dingin Bumi lah ia selalu menolak setiap ada wanita yang mencoba mendekatinya.
Kadang pertemuan datang bukan untuk mengajarkan kita tentang arti perpisahan, namun ternyata pertemuan juga bagian dari takdir yang mungkin sudah disiapkan oleh Tuhan agar dua insan yang tidak saling mengenal bisa memulai cerita dan babak baru dalam hidupnya. Seperti Bumi dan Salsa yang dituntun oleh takdir yang tak terduga hingga mereka saling menemukan. Mereka memilih untuk memulai babak baru kehidupan mereka dengan saling mengenal. Apapun hasil akhirnya dari pertemuan ini tentu saja mereka sendiri yang akan memutuskannya.
---
-Rumah Salsa
Pukul 19.00 WIB mobil sport putih Bumi memasuki gerbang rumah Salsa yang ternyata orang tua Salsa juga baru sampai di rumah sepulang kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA BUMI
Teen FictionDunia Salsa yang sudah berisik, kian bertambah berisik saat bertemu dengan Lianta Bumi Narendra (Bumi) lelaki dingin dan tak punya hati, tidak seperti namanya Bumi yang harusnya menjadi sumber ketenangan bagi semua orang, namun hadirnya malah membua...