46. Menghitung Hari

574 65 1
                                    

Pagi ini Salsa dan Bumi tampak sibuk untuk menyambut calon penghuni baru di rumah mereka. Sekitar satu jam yang lalu ada beberapa orang yang datang untuk mengantar pesanan ranjang untuk tempat tidur calon adik bayi. Maka kini mereka berdua sedang sibuk menyusun dan menata ranjang agar terlihat nyaman dan juga enak dipandang. Ralat, hanya Bumi yang menyusun dan menata barang, Salsa hanya melihatnya sambil berkomentar. Untungnya saat ini ia sedang hamil besar, jadi ia tidak perlu repot-repot mengangkat barang-barang yang pasti melelahkan itu.

Bumi tidak protes, ia dengan senang hati menuruti apa perkataan istrinya itu. Justru Bumi lah yang melarang Salsa melakukan apapun, ia tau sudah berat beban Salsa selama hamil, ia tidak mau membebaninya lebih dari itu. Proses ini juga dilakukan dengan penuh suka cita oleh Bumi, karena ini merupakan bentuk kasih sayangnya untuk menyambut calon anaknya yang ada di perut Salsa itu.

Namun sudah 30 menit berlalu Bumi mencoba menata sesuai keinginan Salsa, namun belum juga istrinya itu merasa puas dengan hasilnya. Menurutnya posisi yang sedari tadi sudah diatur oleh Bumi masih tidak nyaman dan indah di pandangan mata Salsa.

"Sayang ini udah belum ?" Bumi membetulkan posisi ranjang ke arah yang ditunjuk Salsa

"Mas kalau kesitu nanti kasihan anak kita kena matahari, soalnya deket jendela" Lagi-lagi Salsa masih belum menemukan titik yang tepat untuk posisi ranjang itu

"Tadi adek suruh kesini, udah bener di samping kasur kita aja jadi kalau nangis deket nyamperinnya" Ucap Bumi mulai lelah

"Ya maksud adek kan tadi biar dapet sirkulasi udara yang bagus gitu lo" Salsa mulai menunjukkan muka sedihnya

"Oke-oke, jadi adek sekarang maunya gimana?

"Mm bentar" Salsa mencoba berfikir, namun tak kunjung memberikan jawabannya

"Jadi mau di taruh mana dek ?" Bumi nampak tak sabar

"Yaudah kalau mas capek ngga usah dipindah lagi, nanti adek minta tolong sama mang Tono buat bantuin pindahin" Tono adalah nama supir pribadi Salsa

"Kok gitu ? mas bisa kok pindahin ini" Bumi mulai bingung dengan respon istrinya

"Ya mas kelihatannya kaya males gitu, ga ikhlas bantuin adek nata ranjangnya adek bayi, jadi yaudah adek minta bantuan mang Tono aja" Salsa mengeluarkan isi hatinya

"Allahuakbar, kapan mas ga ikhlas dek ?

"Itu tadi"

"Mas udah nurutin mau adek lo dari tadi" Bumi protes atas tuduhan istrinya

"Ya itu mas marah sama adek, hiks.. hiks" Tiba-tiba Salsa sudah menangis dan duduk di ranjang mereka

Bumi bingung melihat Salsa yang kini sudah menangis itu, pasalnya ia tidak marah, namun kenapa istrinya malah menuduhnya marah. Menjelang kelahira, istrinya itu memang gampang sekali menangis karena hal-hal kecil, seperti saat ini contohnya.

"Heii sayangg, mas ngga marah kok sama adek, maaf ya kalau adek berfikir mas marah, cup..cup sayang jangan nangis lagi nanti kasian adek bayi ikutan nangis" Bumi membelai lembut surai istrinya.

Salsa mendongak melihat Bumi, Bumi kemudian membantu menyeka air mata istrinya

"Hiks..hiks maaf ya kalau mas capek"

"Its okay sayang, ini kan buat adek bayi, udah jangan nangis lagi yaa"

"iyaa adek ngga nangis lagi, tapi ada syaratnya mas" Ucap Salsa mengusap air matanya

"Apa sayang"

"Adek malam ini mau nginep di rumah bunda boleh ?"

"Adek kangen bunda ?" Tanya Bumi

RENJANA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang