Angin malam yang berhembus kuat menembus kulit seorang wanita yang hanya mengenakan pakaian tidurnya. Namun hal itu tak membuat langkahnya terhenti, dia tetap berjalan lurus menyusuri lorong Rumah Sakit dengan tatapan kosong. Raganya memang berada di sana, tapi pikirannya seakan tak ikut bersamanya.
Dia begitu senang saat mendapat surat kecil yang memberitahukan keadaan ayahnya yang telah sadar, dia ingin segera menemui ayahnya hingga membuatnya tanpa berpikir panjang turut menyampaikan kabar bahagia tersebut kepada sang suami. Melihat kondisi ayahnya adalah keinginannya yang tak dapat dibendung, tapi entah kenapa perasaan senang yang melingkupi hatinya seolah sirna secara perlahan setalah Valter menolak untuk menemani dirinya.
Valter tak melakukan kesalahan apapun, pria itu bahkan tidak melarangnya untuk menemui ayahnya. Valter juga menugaskan Robert dan beberapa pria berbadan kekar untuk menjaganya. Namun bukan ini yang Alora harapkan, dia ingin pergi bersama dengan Valter. Dia ingin mengenalkan Valter pada sang ayah, dia ingin menunjukkan bahwa dirinya telah memiliki suami yang akan selalu berada di sisinya dan mendukungnya dalam kondisi apapun, hanya itu.
Wanita itu menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan guna menenangkan hatinya yang tengah gundah. Berulang kali dia meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Valter hanya sedang sibuk, pria itu akan menyusulnya besok. Ya, pasti akan seperti itu.
Setelah merasa lebih baik, Alora membuka pintu rawat ayahnya dan pada saat itulah tatapan teduh sang ayah langsung menyambutnya. Tentunya hal tersebut membuat Alora berlari menghampiri ayahnya yang tengah duduk di atas ranjangnya. Sebuah senyuman manis terukir pada wajahnya, dia menyambut uluran tangan sang ayah.
"Ayah," sapanya dengan kedua mata berlinang.
Bertrand merentangkan kedua tangannya. "Come here," titahnya.
Tanpa menunggu lama, Alora pun tenggelam dalam pelukan ayahnya. "I miss you so much. Aku senang ayah sudah sadar," ungkapnya meluapkan rasa rindu yang membelenggunya sedari lama.
Akhirnya dekapan hangat yang selama ini dia rindukan dapat kembali dia rasakan. Bertrand tidak sadarkan diri sejak dirinya berumur 17 tahun, itu artinya 6 tahun hidupnya dilalui tanpa adanya sosok sang ayah. Alora rindu semua tentang ayahnya.
Elusan lembut pada rambutnya membuat Alora semakin mengeratkan pelukannya. Tangisannya tak lagi dapat ditahan, perasaannya terasa campur aduk. Dia bahagia, senang, dan sedih secara bersamaan. Dia bahagia karena ayahnya telah sadar, tapi di sisi lain dia turut sedih karena Valter tak berada di dekatnya.
"Bagaimana kabarmu, nak?"
"Aku baik-baik saja, ayah," Alora melepaskan pelukannya. Dia memandang ayahnya dengan binar mata cerah. "Bagaimana dengan ayah? Apa ada yang sakit?"
Bertrand menggeleng pelan. "Tidak ada, sayang. Hanya kaki ayah sedikit susah digerakkan."
"Apa?! Bagaimana bisa?! Apa dokter sudah datang memeriksa, ayah?"
Melihat kekhawatiran putrinya menghadirkan senyum manis pada wajah Bertrand. Tangannya terangkat, mengelus lembut surai hitam Alora dengan penuh kasih sayang. Alora tetaplah putrinya yang manis.
"Dokter sudah memeriksa ayah. Dokter bilang ini adalah hal yang wajar, saat seseorang baru tersadar dari tidur lamanya maka harus kembali melakukan penyesuaian, sayang. Ayah akan baik-baik saja."
"Syukurlah kalau hal itu tidak berbahaya untuk kesehatan ayah," Alora sedikit lega setelah mendengar penjelasan ayahnya.
Wanita itu melihat kesana-kemari, mencari keberadaan ibunya yang tidak dia temukan dimana pun. Biasanya sang ibu akan selalu menemani ayahnya, tapi malam ini ibunya tidak terlihat.
![](https://img.wattpad.com/cover/345700992-288-k737848.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEÑOR V [ON GOING]
Mistero / ThrillerBerisi tentang kekejaman pria bernama Valter D'onofrio, dia dikenal sebagai Senor V. Darah, kasino, dan kegelapan adalah dunianya. Tak ada yang dapat membuatnya takut. Justru kehadiran Valter-lah yang membuat orang-orang ketakutan setengah mati. Ke...