Pohon-pohon besar tampak bagai kanopi menutupi tanah. Sementara itu di bawahnya berlindung semak-semak perdu juga tanaman-tanaman epifit. Sinar matahari menerobos masuk dari celah-celah daun.
Nisa dan Nafisa mengerjap berkali-kali. Mereka terkejut dengan tempat baru kali ini. Baru saja mereka ada di dalam mobil, berusaha melarikan diri. Namun, sekarang mereka berada di dalam hutan belantara.
"Aneh, hutan selebat ini nggak terdengar cericip burung, atau kupu-kupu warna-warni yang berterbangan di antara bunga-bunga," celoteh Nisa.
"Nisa, Nisaaa...! Kalau mau lihat kupu-kupu dan burung-burung di taman. Di hutan mah yang ada bisa aja monyet atau harimau," jawab Nafisa sambil tertawa.
Tiba-tiba di atas mereka melintas bayangan burung besar dengan suara lantang yang mengerikan.
Mereka berdua secara refleks langsung merunduk, tetapi segera memandang ke atas begitu bayangan itu berlalu dari atas kepala mereka.
"Naf, burung apa itu? Bayangannya aja gede banget."
"Perasaan itu sayapnya lebih mirip kelelawar," bisik Nafisa.
Mereka tidak berani berbicara keras-keras, sebab bisa saja makhluk tadi menyerang mereka. Lagi pula mereka sama sekali tak tahu ada di mana, di zaman apa mereka saat ini. Apapun bisa jadi membahayakan nyawa mereka.
Kedua perempuan muda yang penasaran itu berjalan mengikuti arah makhluk aneh itu pergi. Namun, belum juga terjawab hewan yang seperti burung besar itu apa, dari balik pohon tempat mereka bersembunyi muncul sebuah makhluk berbadan besar dengan leher panjang sedang memakan dedaunan.
"Nis, Nis, i-ituuu brontosaurus!" kata Nafisa tergagap seraya menunjuk ke arah makhluk besar yang hanya terlihat kepala dan lehernya saja dari tempat mereka berdiri.
"Ah, jangan ngaco, lo! Masa hari gini ada dinosaurus. Lo kebanyakan nonton film sih!" balas Nisa tak percaya.
"Berani taruhan, burung gede yang terbang tadi pasti pterodactyl. Dinosaurus yang bisa terbang," kata Nafisa meyakinkan.
"Naf, jangan bercanda dong! Masa sih kita terdampar di zaman dinosaurus?! Rasanya lebih baik gue lari dikejar nenek-nenek daripada dikejar dinosaurus buat dijadikan santapan makan siangnya," ucap Nisa frustrasi.
Nafisa menggeleng sembari mengelus punggung Nisa.
"Tenang aja, Nis! Dari buku yang gue baca, pterodactyl dan brontosaurus itu nggak makan manusia, kok. Nah, kalau T-Rex mungkin saja, ya. Setahu gue T-Rex itu sih yang paling ganas."
"Nafisa, kakakku tersayang, buku yang lo baca, ilmuwan itu nggak hidup satu zaman sama dinosaurus. Mereka cuma menerka-nerka dari fosil yang ditemukan," kata Nisa skepstis.
Nafisa tiba-tiba membekap mulut Nisa seraya memberi gestur agar adiknya diam. Ia melihat Brontosaurus yang tadi sedang makan bergerak cepat untuk bersembunyi. Jangan-jangan ada T-Rex yang sedang berburu mangsa.
"Sssttt! Mendingan kita diam dan tetap sembunyi kalau nggak mau jadi makanan percobaan dino."
Challenge day-13: buat cerita dengan tema dinosaurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S PLAY
Ficción GeneralNafisa dan Nisa tak pernah menyangka bahwa papan permainan yang mereka temukan di gudang rumah nenek mereka akan membawa mereka pada segudang petualangan. Kedua kakak beradik yang kerap terlibat sibling rivalry itu harus berjuang bersama agar bisa m...