Tantangan apa lagi yang harus aku taklukkan di sini untuk bisa bertemu lagi dengan Nafisa dan kembali ke rumah nenek? batin Nisa.
Gara-gara dia tidak berhasil memengaruhi Tegar untuk menikahi Sekar, sekarang Nisa harus turun level. Ia merasa perjuangannya jadi sia-sia.
Remaja perempuan itu menghela napas panjang. Lelah memang menjalani permainan ini, tetapi ia tak boleh menyerah. Dia tidak mau selamanya ada di sini.
Nisa bangkit dari duduknya lalu merapikan celana jinnya yang sedikit kusut. Ah, ia jadi ingat Nafisa. Kakak perempuannya itu sering menepuk-nepuk celananya.
Walau mereka sering bertengkar, tapi jika lama tidak bertemu seperti ini, Nisa kangen juga.
"Mudah-mudahan Nafisa baik-baik saja dan berhasil dalam semua misinya," doa Nisa sungguh-sungguh.
Nisa kembali berjalan, mencoba menikmati pemandangan yang ada. Dia bersyukur sudah berada di daratan lagi. Angin laut yang berembus cukup menyejukkan tubuhnya yang gerah karena cuaca panas. Ombak menerpa tepi pantai mengalunkan gemuruh yang seolah berirama.
Mengikuti nalurinya, Nisa berjalan menyusuri pantai. Kakinya yang telanjang menginjak pasir laut yang lembut. Sesekali ia menengah untuk merasakan air laut yang hangat. Sekadar mengobati keinginan untuk berenang, tapi tak mungkin karena bajunya bisa basah.
Kedamaian tentu hanya sebuah mitos jika berada dalam dimensi permainan ini. Syahdunya pemandangan pantai membalut kerinduannya pada keluarga. Namun, ketenangan Nisa tiba-tiba hilang saat sekumpulan ubur-ubur menyerbu dirinya. Sengatan perih dan gatal langsung membuatnya keluar dari air.
Tema day 13: Buat tulisan dengan kalimat terakhir pada hari ke-6.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S PLAY
General FictionNafisa dan Nisa tak pernah menyangka bahwa papan permainan yang mereka temukan di gudang rumah nenek mereka akan membawa mereka pada segudang petualangan. Kedua kakak beradik yang kerap terlibat sibling rivalry itu harus berjuang bersama agar bisa m...