Nafisa akhirnya tak jadi melajukan mobilnya, justru menyimak apa yang terjadi. Di depan mobil saat ini terpampang drama yang pada akhirnya menguak siapa dan apa motif wanita yang mau mencelakai Nisa dan Nafisa.
"Meutia, cukup! Untuk apa kamu mengejar anak-anak itu?" Pemain biola yang tadi mengamen, menyentak dan memaksa wanita itu menghadap wajahnya.
"Namaku Angela, bukan Meutia!" balas si wanita ketus.
"Bagiku kamu adalah Tia. Meutia seorang pejuang. Meskipun kamu mengganti namamu sebagai Angela atau siapapun, bagiku kamu tetap Meutia." Pemain biola itu berkata tegas.
Wanita paruh baya yang berpura-pura menjadi nenek itu mencebik. Raut wajahnya terlihat tidak suka.
"Mengapa aku harus menurutimu? Siapa kamu?!"
"Aku Agam, orang yang selama ini selalu peduli padamu. Aku yang datang kepadamu pasca tsunami di saat kau terpuruk. Aku yang menemanimu sampai kamu pulih. Apa itu cukup untuk membuatmu mendengarkan aku?!"
Kata-kata lelaki yang mengaku bernama Agam itu menyentak kesadaran Meutia. Kejadian demi kejadian saat tsunami dan sesudahnya berputar begitu cepat di otak Meutia. Wanita itu tiba-tiba mencengkeram kepalanya dan berteriak.
"Aaaa AAA!"
****
Meutia hanya tahu berlari dan berlari saat air laut bergulung-gulung. Ombak yang dilihatnya begitu tinggi dan ganas, menyapu apa saja yang dilewatinya.
Saat gempa terjadi, Ayah, Ibu, dan adiknya sedang menambal perahu milik mereka yang bocor di pantai. Meutia baru saja datang untuk mengantar rantang berisi sarapan saat air laut mulai mengamuk.
Teriakannya tak mampu untuk menolong keluarganya dan orang-orang yang berada di bibir pantai.
Meutia pun sempat tersapu dahsyatnya tsunami. Ia terseret berkilo-kilo meter, tetapi berhasil selamat karena tersangkut di tower jaringan telekomunikasi. Sebuah besi panjang menancap di kakinya, hingga akhirnya harus diamputasi.
Kala itu Meutia masih berusia dua puluh dua tahun. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya, hendak menjemput keluarganya untuk mengikuti acara wisudanya.
Meutia merasa hidupnya berantakan. Sama berantakannya dengan kondisi Aceh seusai disapu tsunami. Rumah-rumah rata dengan tanah, gedung-gedung hancur, fasilitas pemerintahan lumpuh. Mobil dan motor seperti bangkai tak berharga. Orang-orang pun banyak yang meninggal dan hilang.
Saat itulah, di sebuah rumah sakit darurat, Meutia bertemu Agam yang sudah menjadi perawat. Agam, teman SMA yang selalu ia tolak kebaikannya karena memiliki perasaan terhadapnya. Ia takut berutang budi.
Agam yang ternyata jauh lebih tulus dibanding prasangka Meutia. Bahkan dibanding pria yang disukainya saat kuliah. Pria yang membuatnya jatuh cinta sekaligus menghancurkan cintanya. Pria yang mengganti sosoknya dari Meutia menjadi Angela.
Agam juga yang membantunya melewati masa-masa sulit. Meskipun demikian, Meutia masih juga tidak mau menerima perasaan Agam. Cintanya sudah porak-poranda seperti tsunami yang memporak-porandakan dirinya.
Challenge day-11: buat cerita dengan tema pasca tsunami.
Aaahhh makasih Puput dan team, untungnya masih dikasih kesempatan buat menambal challenge yang bolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S PLAY
General FictionNafisa dan Nisa tak pernah menyangka bahwa papan permainan yang mereka temukan di gudang rumah nenek mereka akan membawa mereka pada segudang petualangan. Kedua kakak beradik yang kerap terlibat sibling rivalry itu harus berjuang bersama agar bisa m...