Firasat

4 1 0
                                    

Lampu-lampu dari beberapa wahana permainan mulai dimatikan. Pertanda pasar malam akan segera berakhir. Para pengunjung mulai keluar dari arena pasar malam.

Nafisa menekan tombol lampu jam tangannya. Sinar terpantul, membuat gadis itu dengan mudah membaca jam. Pukul 22.00, ternyata malam sudah cukup larut, biasanya di rumah mereka sudah disuruh tidur oleh Mama.

Namun, sekarang ia sama sekali tidak mengantuk. Apalagi melihat adiknya terbaring di klinik darurat, masih dalam arena pasar malam. Tubuhnya mulai terasa dingin meskipun malam ini udara cukup lembap yang menimbulkan rasa gerah.

Nafisa berusaha menghangatkan kaki Nisa dengan menaruh selimut yang ada di atas ranjang. Sementara tangannya menggenggam erat tangan Nisa, mulutnya tak henti berdoa sambil sesekali berbicara agar Nisa segera sadar.

Seorang perawat berbaju biru baru saja menyuntikkan obat. Tadi dokter jaga sudah memeriksa, katanya Nisa tidak apa-apa. Kemungkinan hanya kelelahan. Walaupun begitu, Nafisa tetap tidak bisa tenang.

"Nisa, bangun! Lo harus kuat. Kita akan segera mengakhiri permainan ini dan pulang sama-sama."

Sudah satu jam Nisa pingsan. Susah payah Nafisa menggendong adiknya di punggung sambil mencari klinik atau rumah sakit terdekat.

Dalam situasi yang membuatnya panik, sebuah suara harmonika yang memainkan melodi klasik menenangkan dirinya. Seakan menuntun dan menguatkan langkahnya yang mulai goyah hingga berhasil mencapai klinik.

Jemari Nisa bergerak, meski hanya terasa amat lemah. Nafisa tersenyum, lalu mengecup telapak tangan Nisa yang berada digenggamannya.

"Alhamdulillah. Nis, lo dengar gue? Please respond me again," ucap Nafisa di telinga adik semata wayangnya.

Sekali lagi jemari Nisa bergerak. Kali ini terasa lebih kuat. Bahkan kelopak matanya tampak berkedip walau masih belum dapat terbuka.

Nafisa memandang ke jendela di samping tempat tidur Nisa. Bianglala yang sedari tadi terlihat terang berputar di kejauhan saat ini sudah mulai berhenti. Pasar malam pun sudah mulai sepi.

Perasaan Nafisa terasa tidak enak. Firasat memantik pikiran-pikiran buruk di kepalanya. Ia harus segera membangunkan Nisa.

****

Percikan air yang cukup deras di wajah, membuat Nisa tersadar. Matanya mengerjap berkali-kali, silau oleh sinar lampu yang terpancar tepat di atas langit-langit ranjang.

"Nafisa," erang Nisa dengan suara serak. Tubuhnya terasa pegal-pegal dan dingin.

"Alhamdulillah, lo akhirnya sadar juga." Nafisa mengembuskan napas lega. Ia pun tersenyum dan memeluk Nisa.

"Sudah cukup kuat? Firasat gue nggak enak. Kita harus segera keluar dari sini supaya bisa balik ke rumah," lanjut Nafisa.

Nisa pun mengangguk. Meski masih merasa lemas, ia memaksakan dirinya untuk bergerak. Hal pertama yang diingat Nisa adalah memastikan simbol aneh di lengannya.

"Naf, gue baru saja balik ke gudang tua di rumah nenek. Simbol Ra ini, adalah kunci untuk memenangkan permainan. Sebelumnya kita harus dapat menemukan kotak itu dulu," ujar Nisa yang ditanggapi dengan dengungan kebingungan oleh kakaknya.

"Gimana caranya lo balik ke rumah nenek sementara gue gendong-gendong lo yang beratnya na'uzubillah." Nafisa memonyongkan bibirnya kesal.

"Gue nggak ngerti lah! Kayaknya mungkin jiwa gue doang yang pergi. By the way, makasih lo udah merawat gue selama pingsan dengan baik ya. Terlepas dari muka gue yang basah kuyup lo guyur air," balas Nisa mencandai Nafisa.

Kedua anak perempuan itu terkekeh pelan.

Nisa pun menceritakan kejadian yang dialaminya selama jiwanya bertualang. Kemudian mereka mulai menyusun rencana untuk mencari kotak permainan yang ada di dimensi dunia mereka sekarang.

"Firasat gue, kita harus mulai dari wahana adu ketangkasan. Gue yakin, di balik hadiah-hadiah itu salah satunya kotak permainan yang seperti di rumah Nenek."

Challenge day-26: Buat cerita yang mengandung kata-kata Biru, Harmonika, Jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Challenge day-26: Buat cerita yang mengandung kata-kata Biru, Harmonika, Jendela. Kata-kata ini harus diletakkan sesuai dengan urutannya.

Minimal 500 kata.

LET'S PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang