Copet Tidak Kepepet

3 1 0
                                    

Nisa dan kakaknya berusaha menikmati suasana di pasar malam, sebelum sang dadu mengirim mereka ke tempat antah berantah lagi.

Mereka pun memutuskan berjalan-jalan dan bermain di wahana permainan.

Lampu berwarna-warni yang dipasang di sekitar wahana permainan menampakkan kesan magis dan atraktif di tengah langit malam yang menggelap. Suara musik ceria yang mengalun membuat suasana tambah semarak.

"Naf, gue pengin naik bianglala. Temenin, yuk!" Nisa menggandeng tangan saudaranya untuk mengantre.

Bianglala memang menjadi ikon pasar malam. Wahana favorit para pengunjung, sehingga antreannya cukup mengular.

Akhirnya kakak beradik itu dapat giliran untuk naik ke atas bianglala. Sebuah wahana berbentuk roda raksasa yang memiliki kursi-kursi yang tergantung di sekelilingnya.

Dalam sekejap, kursi-kursi pun dipenuhi oleh para pengunjung. Operator segera menekan tombol hingga roda mulai berputar.

Namun, baru saja bianglala itu bergerak, seorang ibu yang sedang mengantre berteriak meminta tolong.

"Tolong! Copet! Orang itu mengambil dompet saya!" katanya sembari menunjuk seorang lelaki kurus yang berlari kencang.

Beberapa orang mencoba menghambat laju lari pencopet itu, tetapi gerakannya amat lincah. Dengan tangkas ia bisa melewati orang-orang yang mencoba menangkapnya.

"Nis, sorry, gue nggak bisa tinggal diam."

Nafisa segera membuka sabuk pengaman yang melilit pinggang dan dadanya, lalu melompat turun dari bianglala yang masih berputar saat posisinya mulai turun.

Nisa tak bisa mencegah niat baik kakaknya. Nafisa memang orang yang paling tak bisa diam ketika melihat kejahatan di depan matanya. Permainan bianglala ini jadi tidak lagi menyenangkan bagi Nisa. Hati dan pikirannya sibuk mendoakan Nafisa.

Begitu wahana berhenti, Nisa segera turun dan langsung meminta bantuan pihak keamanan setempat.

***

Sementara itu, Nafisa berlari secepat mungkin mengejar pencopet yang ia ingat memakai kaus bergaris-garis. Laki-laki itu sangat lincah bergerak, menerobos keramain, bahkan berlari memotong wahana komidi putar. Jujur saja, Nafisa amat kewalahan.

"Copet! Tolong!" seru Nafisa mencoba menarik perhatian orang-orang agar menghentikan lelaki kurus itu.

Lagi-lagi, lelaki itu terlalu tangguh. Ia mempu melewati hadangan orang-orang. Bahkan ia seperti sudah sangat hafal dengan area pasar malam ini.

Nafisa terus saja mengikuti pelaku pencopetan itu. Ia bahkan beberapa kali melempar benda-benda yang bisa diraihnya ke arah copet itu. Beruntung, sebuah kaleng minuman yang dilemparnya tepat mengenai tengkuk kepala si pencopet. Lelaki berbaju garis-garis itu berhenti tepat di depan wahana rumah hantu.

"Jangan lari! Lawan saya kalau berani!" tantang Nafisa.

Sayangnya pencopet itu tak menggubris kata-kata Nafisa. Ia sengaja masuk ke dalam rumah hantu agar semakin sulit ditangkap.

"Ah, sial!" Keluh Nafisa kesal.

Tak kehabisan akal, Nafisa berusaha menghubungi operator wahana rumah hantu untuk meminta bantuan.

"Bang, tolong saya tangkap pencopet! Dia barusan masuk kemari."

Setelah menjelaskan ciri-cirinya, operator wahana rumah hantu pun segera melakukan pencarian di monitor melalui kamera tersembunyi.

Kerjasama mereka membuahkan hasil. Pencopet itu akhirnya berhasil ditangkap, ia terjebak dalam peti mati yang dipajang.

Nafisa pun menyerahkan pelaku kepada pihak keamanan yang berwenang. Rupanya sudah lumayan banyak korbannya di malam itu.

 Rupanya sudah lumayan banyak korbannya di malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Challenge day-21: Random genre generator.

Buat cerita dari salah satu genre yang muncul. Kira-kira tadi genre apa ya? Udah berasa, atau masih kurang?

 Kira-kira tadi genre apa ya? Udah berasa, atau masih kurang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





LET'S PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang