Tengah malam, Alano tidak menemukan keberadaan sang istri di sebelahnya. Ia melirik ke samping, melihat ke arah jam weker dan menemukan bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
Alano melangkah pelan menuju kamar sebelah, dimana tempat bayi kembar mereka biasanya tidur. Suasana rumah hening.
Dari ambang pintu, Alano melihat Andin sedang duduk di sofa panjang, memeluk Rory dengan wajah lelah yang terlihat jelas meski hanya diterangi lampu temaram. Rory, bayi mungil mereka yang baru saja berusia beberapa bulan, tampak terlelap di dada Andin, menyusup erat dalam pelukannya.
Suster yang biasanya menjaga Rory tampak duduk di sudut ruangan, memijat bahunya sendiri. Dia menyadari kehadiran Alano dan berbisik pelan, "Maaf, Tuan, Tuan Muda Rory rewel sejak beberapa jam lalu. Saya sudah coba menenangkannya, tapi sepertinya tumbuh gigi membuatnya sulit tidur. Saya terpaksa memanggil Nyonya Andin."
Alano mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa. Matanya kembali tertuju pada Andin, yang tampak tertidur dengan kepala bersandar ke belakang sofa.
Setelah beberapa menit berdiri, Alano merunduk, meraih lengan Andin dengan lembut dan membisikkan, “Andin… sudah larut. Ayo kembali ke kamar.” Tangannya mengelus punggung Andin dengan gerakan lembut, berharap bisa membangunkan istrinya tanpa mengejutkannya.
Andin menggerakkan matanya perlahan, masih setengah terpejam. “Oh, Alano… kenapa kau bisa disini? Rory….” bisiknya sambil sedikit menyesuaikan posisi bayi di pelukannya.
"Ssst… tak apa, jangan bergerak," jawab Alano sambil menepuk pelan punggung bayi itu. "Biar aku yang membantumu membawanya ke ranjangnya. Kau pasti lelah, kan.”
Andin mengangguk pelan, tak mampu menyembunyikan lelah di wajahnya. Dalam keheningan yang hangat, Alano dengan hati-hati menempatkan Rory di tempat tidurnya kembali, memastikan bayi kecil itu tetap nyaman dan terlelap. Setelah itu, dia berbalik dan mengulurkan tangannya ke arah Andin.
"Aku bisa jalan sendiri," kata Andin pelan sambil mencoba berdiri.
Namun, tanpa sepatah kata, Alano mengangkat tubuh istrinya yang ringan, membawa Andin dalam gendongannya menuju kamar mereka. Andin hanya bisa tersenyum kecil dan bersandar pada bahu suaminya, merasakan detak jantungnya yang stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti (TAMAT)
FanfictionMemiliki ibu dan kakak tiri yang jahat, kehidupan Andin yang dipenuhi kebahagiaan berubah drastis jadi layaknya neraka. Demi ayahnya yang sedang koma, Andin rela menjadi pengantin pengganti yang akan menikahi seorang pria kaya tapi cacat dan buta...