Tahun ke kedelapan, usai kepergianku untuk menuntut ilmu di negara orang, kini aku telah kembali. Membawa gelar seperti apa yang Papa mau, Papa yang telah membesarkanku seperti orangtua kandungku. Papa yang merawat serta memberiku kasih sayang yang begitu melimpah. Aku sangat bangga telah menjadi bagian dari hidupnya, sejak bayi beliau membesarkanku seorang diri tanpa pernah aku melihatnya berkeinginan untuk menjalin hubungan dengan perempuan mana pun.
Papa.
Selalu tidak ada habisnya jika membahas kasih sayang darinya. Aku masih duduk di ruang tunggu, terdiam sembari menatap foto kami berdua yang kujadikan layar kunci di telpon genggamku.
..
"Marcell, kau sudah dimana? Pesawat Rhea sudah landing apa kau belum sampai di bandara?"
Sosok pria paruh baya yang tak lain adalah Papa Rhea nampak begitu gusar dengan telepon genggam yang menempel di telinganya, ketika satu menit yang lalu Rhea memberinya kabar bahwa ia sudah menunggu dan Marcell belum juga datang untung menjemputnya."Siap Pak! Maaf ini masih di perjalanan, jalanan macet jadi tidak bisa datang tepat waktu. Sepuluh menit lagi saya sampai."
"Cepatlah dan tetap berhati-hati kasihan Rhea jika harus menunggu lama, perjalanannya jauh dia pasti sangat lelah."
"Baik Pak laksanakan."
..
"Sebentar lagi Rhea akan tiba di rumah, apakah jadwal hari ini sudah beres semua, Letkol Gama?""Jadwal Bapak sudah beres semua Pak, jadi kita bisa pulang ke rumah sekarang."
"Baiklah, ayo pulang sekarang. Oh ya nanti mampir ke toko bunga. Belikan buket bunga gladiolus untuknya."
Letkol Gama mengangguk patuh lantas mengiringi langkah Papa Rhea yang tak lain adalah Pak Dhanurendra, seorang Perdana menteri yang saat ini tengah menjabat untuk negara.
Sebagai pemimpin nomor satu di negeri ini pengamanan Pak Dhanu cukup ketat. Beliau memiliki beberapa ajudan dan sekertaris pribadi yang selalu mendampingi beliau.
"Kau tau Gam? Aku merawat Rhea itu sejak kecil. Mungkin kau belum pernah tahu siapa dia bahkan untuk melihatnya. Tapi dia adalah anak perempuan kesayanganku."
"Saya hanya pernah mendengar namanya sesekali Pak, sebab selama saya bersama bapak hampir empat tahun ini saya belum pernah melihat nya secara langsung, hanya foto yang terpajang di meja kerja Bapak."
"Tunggu, nanti kau juga akan tahu. Kakeknya Rhea itu dulu adalah prajurit yang sangat setia. Beliau harus kehilangan nyawanya ketika harus menyelamatkan saya. Begitu juga dengan kedua orangtua Rhea, Ayah kandung Rhea juga seorang prajurit yang harus kehilangan nyawa karena harus menyelamatkan saya juga. Lalu ia harus kehilangan ibunya ketika melahirkannya. Jadi dengan senang hati saya mengadopsi serta merawatnya seperti anak kandung saya sendiri."
"Saya turut prihatin dengan nasib buruk yang menimpa keluarga Rhea Pak. Akan tetapi saya sangat bangga karena kebaikan Bapak, Rhea masih bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga."
"Aku berusaha membahagiakan dia seperti putriku sendiri, meskipun aku masih banyak kekurangan dalam memberinya kasih sayang."
"Dari sudut pandang saya, Bapak sudah memberikan yang terbaik untuk Rhea. Anak itu pasti bangga memiliki Ayah angkat yang hebat seperti Bapak."
"Usia nya sudah dua puluh sembilan tahun Gam. Yang kau lihat di foto itu waktu Rhea masi berumur tiga belas tahun dan masih SMP." Pak Dhanu terkekeh ketika mendengar Gama menyebut Rhea dengan sebutan "anak itu."
Tak lama mobil rombongan Pak Dhanurendra sudah sampai di sebuah toko bunga untuk mengambil buket bunga gladiolus yang di pesan Gamaliel sebelumnya."Semoga Rhea suka."
Gama bergumam ketika seorang pegawai toko bunga tersebut menyodorkan sebuah buket bunga gladioulus berwarna putih kepadanya. Gama menatap bunga-bunga tersebut sesaat, rupanya bunga itu begitu indah meskipun aromanya tidak begitu kuat."Apa makna dari bunga ini Pak?"
Gama bertanya karena sejak tadi begitu penasaran, sebab selama ini yang ia tahu para gadis-gadis itu lebih suka di beri bunga mawar, lili, atau yang lainnya.
Daripada memendamnya Gama langsung bertanya ketika memasuki mobil yang di tumpangi dirinya dan juga Pak Dhanu."Bunga Gladiolus merupakan simbol kekuatan. Dan kau tahu, saya memberinya nama Rhea Nala Dhanurendra karena saya selalu berharap disetiap langkah hidupnya selalu di aliri kasiih sayang dan kesuksesan seperti sungai."
"Bapak menyematkan nama Bapak juga?"
"Saya sangat menyayangi Rhea, dan sangat melindungi privasi nya. Meskipun ada nama Dhanurendra di namanya, akan tetapi kehidupan Rhea tidak akan mampu di endus media luar. Saya tidak ingin nama saya menganggu kehidupan normal Rhea, jadi selama ini yang segelintir orang tahu, Rhea adalah kerabat jauh."
Gamaliel terdiam lantas memperhatikan ponselnya yang baru saja menerima pesan masuk dari Marcell bahwa dirinya baru saja tiba di bandara. Sementara itu Gamaliel juga sedikit tersentuh dengan kisah yang baru saja atasannya bagikan kepadanya.
...
"Rhea, maafkan aku."Marcell tiba dengan langkah tergesa-gesa menghampiri Rhea yang tengah asik dengan laptopnya.
Gadis itu mendongak lantas melemparkan senyum yang menunjukkan kedua lesung pipit di pipinya."Sudah ku duga pasti Bang Marcell masih asyik dengan gadis-gadis itu kan?"
Rhea terkekeh kemudian memeluk pria yang memiliki tatto di lengan kiri itu."Abangmu ini sudah berubah ya Rhe, tidak ada lagi gadis-gadis seperti apa yang ada pikiranmu ini."
Dengan berkacak pinggang Marcell menyentil kening Rhea perlahan. Bukannya marah, Rhea justru tertawa meledek sebab selama yang ia kenal Marcell adalah sosok pria yang di kerumuni oleh jutaan wanita disekelilingnya."Sudah ayo pulang, akan ku tunjukkan padamu siapa Arjuna nya sekarang."
"Maksut Bang Marcell, sekarang sudah ada yang menggantikan posisi Abang begitu?"
"Ck, bukan menggantikan akan tetapi ada yang lebih menarik dari Abang, sudahlah jangan banyak bicara. Ayo cepat pulang! Bapak pasti sudah menunggu."
Marcell menggiring Rhea menuju parkiran sembari menyeret koper berwarna ungu milik Rhea. Tak lupa Rhea memeluk lengan Marcell sebab rindu kepada sosok yang selama ini selalu ia anggap sebagai Kakak kandungnya.
_connected immediately.....
NB: dont forget to follow me 💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Not As Beautiful As Love Should Be
Romancesebenarnya sederhana, namun dari kata sederhana itulah sesuatu yang terlihat sederhana tidaklah sesederhana itu. ini bukan tentang kisah yang menye - menye ~inspired by major teddy and the ganks~ Noted : Ini semua hanyalah kisah khayalan untuk memen...