68

809 80 97
                                    

"Kalian mau kemana?"

Aji dan Rizky cukup terkejut tatkala dirinya di tanya oleh Gama, mereka sudah bersiap dengan ransel masing - masing untuk berangkat ke Italia, sesuai perintah dari Dhanurendra.
Keduanya saling pandang kebingungan sebab tidak tahu harus memberi jawaban apa terhadap Gama.

"Kenapa diam saja?"

"Emm, ini Bang, kami ada tugas dari Bapak."
Jawab Aji sedikit ragu, ia takut salah dan juga tak berani jika harus berkata jujur, takut membuat Gama tersinggung.

"Tugas apa malam - malam begini? Bukannya lusa kita harus menemani Bapak ke Belanda?"
Tanya Gama lagi, ia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh kedua rekannya tersebut.

"Itu Bang, kami di..

"Kalian tidak sedang menyembunyikan sesuatu dari saya kan?"
Sahut Gama penuh selidik, ia berjalan pelan mendekati Aji dan Rizky yang terlihat gugup.
"Termasuk kelahiran Putra saya dari Rhea?"

Rizky dan Aji hanya mampu saling lirik saat Gama berkata mengenai kelahiran putranya. Rupanya pria itu sudah tahu, kemungkinan Johan juga memberi tahu perihal ini kepada Gama.

"Kami di perintahkan Bapak untuk berangkat ke Italia sekarang, untuk melihat keadaan Rhea dan Bayi nya."
Mau tidak mau akhirnya Rizky buka suara tentang perintah apa yang Dhanurendra katakan pada mereka.

"Tanpa aku?"
Pekik Gama seolah tak percaya.

"Bapak tidak mengizinkan Bang Gama untuk bertemu mereka sebelum Bang Gama siap untuk menikahi Rhea. Dan itu juga bukan wewenang kami untuk membantah ucapan Bapak. Kami berangkat dulu."
Kata Rizky dengan tegas, tak mau berlama - lama berdebat dengan Gama, ia segera menarik Aji untuk meninggalkan paviliun sesegera mungkin.

Gama seorang diri termenung di atas sofa, ucapan Rizky seolah menampar dirinya dengan keras. Kesalahan yang besar telah ia perbuat, mungkin beberapa bulan ia merasa mual muntah bahkan tidak nyaman itu karena di Italia sana Rhea tengah mengandung anaknya seorang diri. Berkali - kali Gama nampak meraup wajahnya dengan cemas dan frustasi. Sebab Dhanurendra tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan Rhea dan anak laki - laki nya. Ia harus memutar otak supaya Dhanurendra berubah pikiran.
Gama beranjak dari tempat duduknya ia berniat untuk mencari Dhanurendra untuk membicarakan hal ini. Ia menuju ruang kerja atasannya tersebut, dimana disana terlihat Dhanurendra tengah menatap sesuatu di balik ponselnya.

"Permisi, Pak."
Sapa Gama sembari mengetuk pelan daun pintu yang terbuka tidak terlalu lebar.

"Masuk Gam."
Balas Dhanurendra tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ada yang ingin saya bicarakan, Pak."
Gama berdiri di hadapan Dhanurendra, ia memberanikan diri untuk mengatakan semua yang ada dalam isi hatinya.

"Katakan!"

"Sebelumnya saya meminta maaf jika sikan dan perlakuan saya telah membuat Bapak sakit hati. Dan tentang hubungan saya dengan Rhea yang ternyata sudah cukup jauh, hingga beberapa jam yang lalu saya mendapatkan kabar bahwa Rhea telah melahirkan anak saya."
Gama terdiam menghentikan perkataannya, ia juga nampak menghela nafasnya yang tiba - tiba saja terasa sesak seolah tidak ada oksigen di sekitarnya.

"Lalu apa yang ingin kau lakukan?"
Tanya Dhanurendra dengan tenang, meski begitu sebenarnya isi hati nya sangat emosional terhadap salah satu staffnya tersebut, ingin sekali ia menembak kepala pria itu supaya tidak lagi menorehkan luka kepada Putrinya.

"Tadi, saya sempat berbicara dengan Aji dan Rizky saat saya tanya kemana mereka akan pergi, dan mereka bilang bahwa Bapak menyuruh mereka untuk berangkat ke Italia guna melihat kondisi Rhea dan Putra saya.

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang