08

1K 74 7
                                    

Rhea masih tetap bertahan duduk di kursi roda nya. Sebab ketika ia ingin pindah ke sebuah bangku Rizky dengan cepat melarangnya. Sontak itu membuat Rhea lumayan kesal dan tidak bisa berbuat apa - apa. Bagaimana tidak, dia butuh informasi tentang Gama dan Rizky lah yang tahu semuanya. Jadi untuk saat ini menjadi penurut lebih baik daripada kehilangan kesempatan untuk mendapatkan penjelasan soal ini.

"Minum dulu."
Rizky menyodorkan sebuah kaleng berisi susu steril untuk Rhea.

"Aku tidak haus Bang..

"Minum Rhea."
Sahut Rizky dengan nada penuh penekanan.

Kembali pasrah, Rhea meraih kaleng tersebut lantas meminumnya sedikit demi sedikit. Kini posisi keduanya saling berhadapan. Rhea duduk di kursi roda sementara Rizky duduk di sebuah bangku besi berwarna putih.

"Lima tahun yang lalu Ketkol Gama menjalani pendidikan di US. Dan pada saat itu beliau tengah terikat pernikahan dengan seorang wanita."
Rizky nampak terdiam, sepertinya berat untuk ia menceritakan ini. Namun ia tak mauu perseteruan di antara Rhea dan Gama terus berlanjut.

"Lalu?"
Rhea bertanya dengan tidak sabarnya.

"Di tengah pendidikan itu, tiba - tiba saja istri Bang Gama mengajukan gugatan perceraian. Dan itu membuat Bang Gama sangat terpuruk. Bang Gama tidak bisa apa - apa selain menurutinya. Sebab sudah konsekuensi jika berhubungan dengan prajurit itu harus siap dengan keadaan apapun. Meskipun sebenarnya Bang Gama dan Istrinya dulu berpacaran cukup lama. Tapi isi hati orang tidak ada yang tahu, Rhe. Akhirnya sidang di kabulkan , Bang Gama resmi berpisah, dan pada saat itu juga beliau lulus pendidikan dengan nilai terbaik. Kurasa imbas dari rasa sakit itu membuat Bang Gama tidak mau menyerah."

"Lalu hubungannya dengan soto ayam apa Bang?"

"Mantan istri Bang Gama itu dulu suka memasak mungkin sama seperti mu. Dan sejak berpisah Bang Gama paling tidak bisa makan masakan dari perempuan luar, misal seperti kamu ini. Beda jika yang memasak adalah Bik Sopi kan sudah pekerjaannya, makan di restoran kan memang itu adalah tempat untuk membeli makanan. Kamu paham? Bang Gama jadi teringat dengan luka itu. Jadi Abang mohon pada Rhea sedikit mengerti tentang Bang Gama ya. Trauma Bang Gama terlalu berat."

"Setrauma apa Pak Letkol kalo aku boleh tahu?"
Rhea menarik nafas panjang, disisi lain Rhea juga merasa sangat bersalah meskipun satu dunia tahu bahwa ini bukan sebuah kesengajaan yang Rhea lakukan.

"Dia menjadi menutup diri, semua sosial medianya ia kunci. Dan ini yang harus kamu tahu. Saat ini Bang Gama sedang menjadi trending topik disosial media manapun. Ini semua sebab ia selalu disorot ketika mendampingi Bapak. Bang Gama sedang di elu - elukan oleh semua kaum hawa di seluruh negeri. Semua orang ingin tahu tentang kehidupan Bang Gama dan itu membuat dirinya semakin menutup diri."

"Apa kiriman yang aku terima kemarin itu salah satu dari penggemar Pak Letkol?"
Celetuk Rhea, lantas membungkam mulutnya seketika. Sungguh mulutnya tidak bisa di rem, Rhea berniat ingin bertanya dan meminta penjelasan bagaimana bisa ada kiriman untuk Letkol Gama tapi di tujukan ke alamat rumah Ayahnya.

"Kiriman?"

"Ahh tidak, itu mungkin bukan untuk Letkol Gama. Bisa jadi itu untuk Gama yang lain kan?"
Jawab Rhea berkilah.

"Jangan membohongi Abangmu, Rhea."
Tatap Rizky dengan tajam.

"Maafin aku Bang."
Rhea tertunduk, selama ini Rhea cukup takut dan patuh jika harus berhadapan dengan Rizky.
"Kemarin aku menerima kiriman dengan tulisan (spesial untuk Letkol Gama). Aku tidak memberikan kiriman itu karena kesal atas sikap Pak Letkol perihal soto ayam itu. Jadi aku masih menyimpannya. Aku juga ingin marah karena kiriman itu seharusnya tidak di kirim ke alamat sini. Bukannya Pak Letkol ada keluarga yang lain, jadi niatku akan mengembalikannya sembari meminta penjelasan soal itu."

"Astaga Rhea."
Rizky mengusap wajahnya begitu frustasi. Masalah satu belum selesai dan ini akan ada masalah baru lagi. Seharu Rhea di rumah dan Rizky sudah hampir gila menghadapi perseteruan di antara Rhea dan rekannya.
"Kalau Bang Gama tahu kamu sembunyikan barangnya, bisa marah besar dia."

"Ya sudah kalau mau marah ya biar marah saja. Aku sudah tahu sifatnya yang cenderung egois itu. Sudahlah Bang, aku mau masuk. Capek harus mikirin orang terus."
Rhea kesal lantas bangkit dari kursi rodanya meninggalkan Rizky yang tercenung menatap kepergiannya.

Semua ucapan Rizky membuat Rhea semakin muak. Dia tidak ingin melibatkan siapapun, dia hanya ingin tahu mengapa sikap Gama sesensitif itu padanya. Dan dari semua pernyataan Rizky seolah - olah mengharuskan Rhea untuk mengerti dan memahami kondisi masalalu serta masalalu Gama. Ini tidak masuk akal bagi Rhea, rasa sakit dan pusing yang sempat ia rasakan tiba - tiba lenyap begitu saja. Gadis itu kembali ke kamarnya dan menguncinya dari dalam. Ia segera menghampiri laci yang terletak disisi tempat tidurnya untuk mengambil sebuah kotak yang di tujukan untuk Gama.
Dengan penuh amarah Rhea pun membuang kotak tersebut kedalam tempat sampah.

"Mungkin kepulanganku ini di waktu yang tidak tepat."
Gumam Rhea.

..
Sementara itu Gama baru saja kembali dari menebus obat untuk Rhea berniat segera memberikan obat tersebut, namun setibanya di depan kamar gadis tersebut ketukannya tidak mendapat jawaban. Berkali - kali Gama mencoba memanggil, namun tak ada jawaban sama sekali dari Rhea. Gama menyerah, ia pun lantas menaruh obat itu di atas sebuah lemari kecil yang terletak di samping pintu kamar gadis itu. Dan sebelum pergi Gama mencoba mengirim pesan melalui ponsel pribadinya.

Gama : obat nya saya taruh di atas lemari kecil di depan pintu kamar mu. Cepat di ambil dan segera di minum.

Gama menghela nafasnya ketika pesannya masuk dan  ada tanda biru, menandakan bahwa pesan tersebut telah dibaca. Gama berspekulasi bahwa Rhea tidak sedang tertidur, akan tetapi Rhea tidak ingin membuka pintu sebab tidak ingin bertemu dengannya.

Gama : saya harus menemani Bapak, sebentar lagi akan ada tamu. Cepat minum obatnya Rhea. Jangan membuat kepikiran.

Gama kembali mengirim pesan namun hanya dibaca tanpa mendapat balasan dari Rhea. Gama segera beranjak untuk melakukan tugas selanjutnya.
Hari libur tidak serta merta membuat Gama dan asisten Dhanurendra yang lain juga bisa libur, jadwal padat dan kesibukan yang lain membuat semua harus mengatur jadwal supaya bisa bergantian mengambil hari libur.

"Apa obat Rhea sudah di minum?"
Dhanurendra bertanya untuk memastikan kondisi putrinya.

"Saya sudah mencoba mengetuk pintu kamarnya, memanggil dan sama sekali tidak ada jawaban Pak. Mungkin Rhea tertidur. Obatnya saya taruh lemari kecil di samping pintu kamarnya. Dan saya sudah mengirim pesan padanya."
Gama menjawab begitu detil dan rinci.

"Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke ruang pertemuan, sebentar lagi tamu kita akan datang."
Ajak Dhanurendra.

Gama sedikit membungkukkan tubuhnya lantas mengikuti langkah Dhanurendra menuju ruang pertemuan untuk menyambut tamu yang hadir.

Keakraban begitu nampak ketika beberapa tamu dan Dhanurendra tengah berdiskusi bersama. Sementara itu Gama terlihat mencatat beberapa hal yang harus di catat di buku jurnal yang selalu ia bawa kemana - mana.
Ketika sudah selesai di jam makan siang, Gama kembali mengecek pesan dari ponselnya, hanya ada pesan dari beberapa relasi yang ingin membuat jadwal bertemu dengan Dhanurendra. Sementara itu tidak ada pesan dari Rhea meskipun terlihat tanda aktif di bawa nama kontaknya.


_connect immediately_

Not As Beautiful As Love Should BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang